Cari Artikel

Jebakan Pisang



Sebuah Cerita Motivasi Tentang Kesuksesan yang insya Allah akan memberikan hikmah luar biasa jika kita bisa menerima inti dari hikmahnya dan mengaplikasikannya dalam hidup kita.

Tersebutlah ada seekor monyet yang hidup di benua afrika. Musim kurang bagus, sehingga makan sulit untuk didapat. Si monyet berkeliling mencari makanan ke berbagai tempat, kadang menemukan kadang juga tidak.

Sampai ke sebuah tempat, dia melihat sebuah pisang dalam sebuah wadah. Begitu menggiurkan, pisangnya sudah kuning dan besar. Pastinya enak untuk dimakan.

Si monyet pun menghampirinya, semakin dekat semakin jelas, bahwa pisang itu benar-benar pisang yang sudah matang dan harum sekali baunya.

Namun ada yang aneh, pisang itu berada dalam sebuah wadah.
Si monyet pun mencari cara, dan akhirnya dia menemukan sebuah lubang. Aha, ini dia cara mengambil pisang itu, pikirnya. Tanpa pikir panjang, dia pun memasukan tangannya untuk mengambil pisang tersebut.

Namun apa yang terjadi, tangannya sulit dikeluarkan. Dia tidak bisa mengeluarkan tangannya yang sedang mengenggam sebuah pisang. Dia mencoba berkali-kali menarik tangannya, namun tidak bisa terlepas.
Si monyet terus berkata,
“saya ingin pisang ini, saya lapar”. Sambil terus menarik-narik tangannya. Namun tidak juga terlepas. Dan kejadian ini terus berlangsung, sampai datang beberapa orang manusia yang menangkapnya.

Kasihan …


Dalam hidup ini, kebanyakan kita cendrung bergantung pada sesuatu atau seseorang  dan menolak untuk melepaskannya. Kita kemudian meyakinkan diri kita bahwa kita memang membutuhkannya, tidak bisa lepas, bahkan tidak bisa hidup tanpa orang atau benda ini.

Tentu saja, bukan hanya benda atau orang. Ketergantungan manusia juga bisa kepada berbagai keyakinan dan kebiasaanya. Dia tidak mau untuk melepaskan keyakinan tertentu, padahal keyakinan itu sebenarnya membatasi hidup dia.

Kita terus memegang pada apa yang kita miliki, pada keyakinan keliru dan pada kebiasaan fisik yang buruk. Masalahnya adalah hal tersebut kita anggap aman, pasti, dan sudah biasa.

Si monyet dalam waktu lama terus memegang pisang, sebab pisang tersebut sudah ada di depan mata. Dia tidak mau melepaskan pisang, sebab dia tidak melihat pisang yang lain. Dia anggap, pisang yang ada di depan dia adalah nyata, pasti, dan mudah (sudah digenggaman).

Coba, jika dia seandainya mau melepaskan pisang itu, kemudian mau berusaha lagi. Mungkin, peluangnya lebih besar, untuk mendapatkan makanan lain yang justru aman bagi dia.

Apakah Anda masih berpikir mencari yang pasti-pasti saja? Apakah Anda berpikir hanya mencari yang aman saja? Apakah Anda masih berpikir mencari yang mudah dan biasa saja?

Itulah pisang yang ada di genggaman Anda. Anda bisa terjebak dan anda tidak pernah kemana-mana. Mungkin nasib Anda tidak seperti monyet yang ditangkap manusia, namun Anda akan termakan waktu hidup dalam jebakan.

Ya, jebakan itu adalah yang biasa kita sebut zona nyaman. Lepaskan diri dari zona nyaman, agar Anda bisa memasuki zona sukses. Akan tidak akan pernah bisa mencapai zona sukses tanpa meninggalkan zona nyaman. Seperti Anda tidak akan pernah menggapai pulai baru jika tidak mau meninggalkan pulau lama.

Lepaskan Pisang Anda

Satu-satunya cara untuk bisa melampaui tempat di mana Anda berada sekarang ini adalah berkeinginan melepaskan hal-hal, orang-orang, kebiasaan-kebiasaan, dan kepercayaan-kepercaya yang membuat Anda tetap berada di tempat yang sama, bukan tempat yang Anda inginkan.

Maukah Anda melepaskan pisang Anda, atau tetap yakin bahwa Anda membutuhkannya dan Anda tidak bisa hidup tanpanya?

Ya, perlu keberanian untuk melepaskan pisang Anda. Perlu energi dan perlu pengrobanan untuk melepaskan pisang dalam genggaman untuk mencari pisang lain. Hanya saja, pisang yang ada dalam genggaman sebenarnya hanya ilusi, belum tentu bisa Anda dapatkan. Yang tadinya Anda anggap pasti, sebenarnya tidak ada.

Melupakan pisang membutuhkan tindakan berani, keputusan berani, visi yang jelas, kepercayaan baru yang lebih memberdayakan, dan ide brilian baru.

Ambilah keputusan, susunlah visi Anda dengan jelas, bangun kepercayaan yang memberdayakan, dan carilah ide-ide brilian yang bisa Anda lakukan untuk hidup yang lebih baik.

Istri-Istri Rasulullah SAW



Secara umum, seorang lelaki muslim diperbolehkan atau diijinkan menikahi wanita muslimah lainnya hingga empat orang, tetapi bukan berarti disunnahkan.
Al-Qur’an sendiri menyarankan untuk menikahi hanya satu wanita saja jika tidak bisa berbuat adil, khususnya dalam hal yang bersifat lahiriah. Tetapi Rasulullah SAW diberi kekhususan, tidak hanya empat pernikahan. Bahkan tidak jarang Allah sendiri yang memerintahkan Nabi SAW untuk menikahi wanita tersebut, dan pada dasarnya Nabi SAW tidaklah menikahi seorang wanita kecuali diperintahkan atau diijinkan oleh Allah SWT.

Riwayat paling masyhur, istri-istri Rasulullah sebanyak sebelas orang, yakni :
  1. Khadijah binti Khuwailid RA
  2. Saudah binti Zam'ah RA
  3. Aisyah binti Abu Bakar RA (Khumaira)
  4. Hafshah binti Umar bin Khathhab RA
  5. Zainab binti Khuzaimah RA
  6. Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah RA
  7. Zainab binti Jahsy bin Rayyab RA
  8. Juwairiyah binti Harits bin Abu Dhirar RA
  9. Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan RA
  10. Shafiyah binti Huyyai bin Akhthab RA
  11. Maimunah binti Harits bin Hazn RA
Mereka ini adalah istri-istri Nabi SAW atau disebut juga Ummahatul Mukminin (para ibu kaum muslimin) yang dinikahi dan hidup bersama beliau, dan beliau tidak menikahi wanita lain (berpoligami) selama masih hidupnya Khadijah. Dua orang telah meninggal ketika beliau masih hidup, yakni Khadijah binti Khuwailid dan Zainab binti Khuzaimah. Beberapa riwayat menyebutkan, bahwa beliau juga pernah menikah dengan beberapa wanita lainnya, tetapi tidak sampai tinggal bersama mereka, yaitu;
  • 1. Seorang wanita dari Bani Qilab bernama Amrah binti Yazid al Qilabiyah.
  • Seorang wanita Bani Kindah bernama Asma binti Nu'man al Kindiyyah al Juwainiyah.
Keduanya dikembalikan kepada orang tuanya, sebelum sempat dikumpuli Rasulullah SAW.

Mengenai kegagalan pernikahan beliau dengan Asma binti Nu'man, sebuah riwayat menyebutkan adalah akibat kecemburuan Aisyah. Setelah pernikahannya dengan Mariyah al Qibthiyah, beliau menikahi Asma binti Nu'man. Aisyah sangat cemburu dengan kehadiran Asma dalam jajaran Ummahatul Mukminin, karena itu bersama dua istri Nabi SAW lainnya, Saudah dan Hafshah, mereka membuat rencana untuk menjebak Asma.

Setelah matang, dipilihlah Hafshah untuk melaksanakan rencana ini, ia menemui Asma, yang saat itu belum dikunjungi Nabi SAW, dan ia berkata,
"Wahai Asma, sesungguhnya Nabi SAW jika mengunjungi istri-istrinya, sangat senang disambut dengan ucapan 'A'udzubillah', kemudian berdirilah membelakangi beliau!"

Asma yang belum mengerti seluk beluk kehidupan istri-istri Rasulullah SAW, sangat berterima kasih dengan informasi ini. Ia sama sekali tidak berprasangka buruk pada Hafshah. Maka ketika beliau mengunjunginya, Asma dengan gembira dan wajah berseri menyambut beliau. Kemudian ia melaksanakan apa yang disarankan oleh Hafshah dengan lugunya, tanpa prasangka apa-apa kepada Rasulullah SAW.

Tetapi seketika itu ia jadi terkejut melihat reaksi Nabi SAW. Ia tidak sadar bahwa ucapan dan sikapnya itu sangat menusuk perasaan beliau. Nabi SAW bersabda, "Engkau telah memohon perlindungan kepada Allah?"

Setelah itu beliau meninggalkannya. Beliau membatalkan pernikahannya ini dan menyuruh seorang sahabat memberikan mut'ah kepada Asma, dan mengembalikannya kepada orang tuanya. Keluarga Asma sangat bersedih dengan peristiwa ini.

Setelah tahu duduk persoalannya, segera saja ayahnya, Nu'man bin Aswad menemui Nabi SAW untuk meminta maaf dan menjelaskan tentang apa yang dilakukan Hafshah atas perintah dan kesepakatan Aisyah dan Saudah. Mendengar penjelasan ini, beliau hanya tersenyum dan berkata,
"Mereka memang sama saja dengan perempuan-perempuan di zaman Nabi Yusuf AS. Siasat dan tipu daya mereka memang luar biasa."

Tetapi bagaimanapun juga Nabi SAW telah mengembalikan Asma kepada orang tuanya, dan Asma telah terlanjur meminta perlidungan kepada Allah dengan ucapannya tersebut, sehingga Nabi SAW tidak mungkin memperistrinya lagi.

Kisah ini sebenarnya cukup termasyhur, tetapi sebagian ahli hadits meragukan kesahihannya, karena rasanya tidak mungkin Nabi SAW memutuskan tali pernikahannya hanya karena kesalah-pahaman semata.

Selain mereka, Rasulullah SAW juga menikah dengan beberapa orang hamba sahaya, yaitu Mariyah al Qibthiyah, hadiah dari pembesar Mesir, Muqauqis, Raihanah binti Zaid an Nadhiriyah atau al Qurzhiyah, tawanan dari Bani Quraizhah, seorang tawanan bernama Jamilah dan juga seorang jariyah hadiah dari Zainab bin Jahsy, istri beliau sendiri.

Dakwah Nabi SAW kepada Juraij bin Mata, pembesar Mesir yang lebih terkenal dengan nama Muqauqis, walaupun ia tidak menyatakan diri memeluk Islam, tetapi ia memberikan sambutan yang baik atas seruan Nabi SAW, ia tidak menghalangi penyebaran Islam di bumi Mesir. Muqauqis membalas surat Nabi SAW dan diberikan kepada utusan beliau, Hathib bin Abi Balta'ah, bersama itu pula ia mengirimkan dua orang gadis yang mempunyai kedudukan terhormat bagi masyarakat Mesir, bahkan sebagian riwayat menyatakan mereka berdua adalah putri Muqauqis sendiri, yaitu Mariyah dan Sirin. Dua bersaudara ini dipersembahkan sebagai sahaya bagi Nabi SAW, juga beberapa lembar kain dan seekor baghal, yang bernama Duldul.

Nabi SAW mengambil Mariyah dan dinikahinya walaupun dalam status sebagai sahaya, sedang Sirin diberikan kepada sahabat Hasan bin Tsabit. Tidak seperti Ummahatul Mukminin lainnya yang tinggal di rumah di sebelah Masjid Nabi SAW, Mariyah ditempatkan di luar kota Madinah. Sebuah rumah di tengah kebun anggur di tempat bernama 'Alia. Sekarang ini dikenal dengan nama Masyraba Umm Ibrahim. Dari Mariyah inilah beliau memiliki seorang putra yang diberi nama Ibrahim, tetapi meninggal ketika masih kecil.

Takut Itu Wajar



Perang Mu’tah, adalah perang yang secara rasio tak akan membuat manusia optimis apalagi yakin dengan kemenangan yang dijanjikan. Bayangkan saya, jumlah pasukan Romawi yang berkumpul pada hari itu lebih dari 200.000 tentara, lengkap dengan baju perang yang gagah, panji-panji dari kain sutra, senjata-senjata yang perkasa, lalu dengan kuda-kuda yang juga siap dipacu.

Abu Hurairah bersaksi atas perang ini.
”Aku menyaksikan Perang Mu’tah. Ketika kami berdekatan dengan orang-orang musyrik. Kami melihat pemandangan yang tiada bandingnya. Jumlah pasukan dan senjatanya, kuda dan kain sutra, juga emas. Sehingga mataku terasa silau,” ujar Abu Hurairah.

Sebelum melihatnya, pasukan para sahabat yang hanya berjumlah 3.000 orang-orang beriman, sudah mendengar kabar tentang besarnya pasukan lawan. Sampai-sampai mereka mengajukan berbagai pendapat, untuk memikirkan jalan keluar. Ada yang berpendapat agar pasukan Islam mengirimkan surat kepada Rasulullah saw, mengabarkan jumlah musuh yang dihadapi dan berharap kiriman bala bantuan lagi. Banyak sekali usulan yang mengemuka, sampai kemudian Abdullah ibnu Rawahah yang diangkap sebagai panglima pertama berkata di depan pasukan.
”Demi Allah, apa yang kalian takutkan? Sesungguhnya apa yang kalian takutkan adalah alasan kalian keluar dari pintu rumah, yakni gugur sebagai syahid di jalan Allah. Kita memerangi mereka bukan karena jumlahnya, bukan karena kekuatannya. Majulah ke medan perang, karena hanya ada dua kemungkinan yang sama baiknya, menang atau syahid!”

Pidato perang yang singkat, tapi sangat menggetarkan. Seperti yang kita tahu dalam sejarah, sebelum berangkat Rasulullah berpesan pada pasukan. Jika Zaid bin Haritsah terkena musibah, maka panglima akan diserahkan kepada Ja’far bin Abi Thalib. Dan jika Ja’far bin Abi Thalib juga terkena musibah, maka Abdullah ibnu Rawahah yang menggantikannya.

Maha suci Allah dengan segala tanda-tanda-Nya. Perkataan Rasulullah benar terbukti, sebagai salah satu tanda-tanda kebesaran Allah. Zaid bin Haritsah syahid dalam peperangan ini. Kemudian panji-panji Rasulullah dipegang oleh Ja’far bin Abi Thalib. Panglima pasukan kaum Muslimin ini menunggangi kuda yang berambut pirang, bertempur dengan gagah. Di tengah-tengah peperangan ia bersenandung riang:

Duhai dekatnya surga

Harum dan dingin minumannya

Orang Romawi telah dekat dengan azabnya

Mereka kafir dan jauh nasabnya

Jika bertemu, aku harus membunuhnya

Dalam situasi perang, sungguh tak banyak pilihan. Menjadi yang terbunuh atau menjadi yang bertahan. Maka tentu saja senandung Ja’far ra berbunyi demikian. Tangan kanan Ja’far terputus karena tebasan pedang ketika mempertahankan panji pasukan. Kini tangan kirinya yang memegang. Tangan kirinya pun terbabat pula oleh tebasan. Sehingga panji-panji Islam dipegangnya dengan lengan atasnya yang tersisa hingga Ja’far ditakdirkan menemui syahidnya.

Ibnu Umar ra bersaksi,
”Aku sempat mengamati tubuh Ja’far yang terbujur pada hari itu. Aku menghitung ada 50 luka tikaman dan sabetan pedang yang semuanya ada dibagian depan dan tak satupun luka berada di bagian belakang.”
Semoga Allah membalasnya dengan sayap yang kelak akan membuatnya terbang kemanapun dia suka.

Kini tiba giliran Abdullah ibnu Rawahah tampil ke depan untuk mengambil tanggung jawab, memimpin pasukan dan mengangkat panji-panji Islam. Ada kegundahan dalam hati dan pikirannya, karenanya Ibnu Rawahah memompa sendiri keberanian di dalam hatinya:
"Aku bersumpah wahai jiwaku, turunlah!
Kamu harus turun atau kamu akan dipaksa.
Bila manusia bersemangat dan bersuara
Mengapa aku melihatmu enggan terhadap surga."

Dalam kalimat-kalimat syairnya di tengah laga, tergambar bahwa ada kegalauan dalam jiwa Abdullah ibnu Rawahah. Tentu saja hanya Allah yang Mengetahui. Apalagi dua sahabatnya, telah pergi mendahului. Melihat dua jasad mulia sahabatnya, Abdullah ibnu Rawahah kembali berkata:
"Wahai jiwaku
Jika tidak terbunuh kamu juga pasti mati
Ini adalah takdir kan telah kau hadapi
Jika kamu bernasib seperti mereka berdua
Berarti kamu mendapat hidayah

Lalu kemudian, Abdullah ibnu Rawahah juga bertemu dengan syahidnya. Ini memang kisah tentang perang. Tapi sesungguhnya hikmah dan teladan yang ada di dalamnya, bermanfaat dalam semua peristiwa kehidupan. Dalam perang, tak ada sikap yang bisa disembunyikan. Pemberani, ketakutan, risau dan kegalauan, cerdik dan penuh akal, atau orang-orang yang selalu menghindar. Semua terlihat nyata. Tak ada yang bisa disembunyikan!

Takut, risau dan galau, sungguh adalah perasaan wajar yang muncul karena fitrah. Dalam sebuah periode kehidupan, kita seringkali merasakannya. Meski begitu, bukan pula alasan kita menghindar dari sesuatu yang harus kita taklukkan karena rasa takut, risau dan galau yang lebih menang. Kemudian kita mencari-cari alasan dengan menyebutnya dengan dalih strategi dan langkah pintar. Menunduk untuk menanduk, atau yang lainnya.

Gunung-gunung harus didaki, laut dan samudera harus diseberangi, lembah dan ngarai harus dijelajahi. Tantangan hidup harus ditaklukan bukan dihindari. Dan tujuan besar hidup kita sebagai seorang Muslim adalah menegakkan kebenaran dan menyebarkan kebaikan.

Berbuat kebaikan dan mencegah manusia dari kemunkaran, harus dilakukan, betapapun pahitnya balasan yang akan didapatkan. Ketakutan, risau dan galau akan selalu datang. Tapi berkali-kali pula kita harus mampu mengalahkan mereka dan berkata pada diri sendiri. Meniru ulang apa yang dikatakan sahabat Abdullah ibnu Rawahah dengan gagah pada hati dan akalnya, ”Apakah engkau enggan pada nikmat AllaĆ„h yang Maha Tinggi?!”

Wallahu a’lam bi shawab.

Jalannya Terlalu Berat



Diceritakan, ada seorang pemuda yang akan menemui saudaranya di suatu desa. Dia bertanya kepada pamannya, di mana rumah saudaranya itu. Pamannya membuatkan sebuah peta agar pemuda ini bisa sampai ke desa dimana saudaranya tinggal. Dengan berbekal peta itu, si pemuda pun berangkat.

Namun, beberapa saat kemudian, si pemuda itu kembali lagi ke rumahnya. Saat ditanya dia menjawab, “Jalannya terlalu berat. Terlalu mendaki dan berliku. Belum lagi bebatuan serta jurang di sisi jalan-jalan menuju desa itu.”
“Berapa umurmu?” tanya si paman.
“Saya 25 tahun paman. Ada apa dengan umur saya?” tanya si pemuda itu.
“Tahukah kamu, kapan saya terakhir ke desa itu?”
“Kapan paman?” tanya si pemuda.
“Terakhir saya ke desa tersebut, saat saya berumur 49 tahun, yaitu dua tahun yang lalu.” jawab si paman.
“Apa maksud paman?”
“Artinya, jalan ke desa itu memang berat. Pertanyaanya adalah, kenapa paman bisa? padahal saat itu umur paman 49 tahun? Sementara, kamu yang masih berumur 25 tahun, mengatakan terlalu berat.” kata si paman.

Si pemuda itu terdiam. Kemudian dia berkata,
“Pada kenyataan saya tidak bisa melalui jalan itu, paman. Apa yang harus saya lakukan?”
Si paman tersenyum.
“Itu maksud paman!”
“Bisa dijelaskan paman?” tanya si pemuda kebingungan.
“Sebelumnya, kamu mengatakan jalannya terlalu bera. Kamu menyalahkan kondisi jalan. Tetapi, baru saja kamu mengatakan saya tidak bisa. Kamu tahu perbedaanya?” tanya si paman sambil tersenyum.
Si pemuda ngangguk-ngangguk.
“Artinya, masalah itu ada pada diri saya?”
“Ya, tentu saja. Kamu mulai mengerti. Ada mindset atau pola pikir yang harus kamu perbaiki. Ini untuk kemajuan kamu sendiri.” jelas si paman.
“Sering kali, saat kesulitan itu ada, orang lebih sering menyalahkan apa yang ada di luar dirinya. Kamu mengatakan, jalannya terlalu berat. Jalannya memang berat, namun yang kamu lupakan ialah bahwa kamulah yang tidak sanggup atau tidak bisa melalui jalan tersebut.” jelas si paman.
“Lalu, apa yang harus saya lakukan. Apakah saya harus belajar dan berlatih untuk melalui jalan itu?” kata si pemuda.
“Tentu saja, jika memang kamu tidak bisa. Jika kamu tidak bisa, maka kamu harus belajar dan berlatih.” jelas di paman.
“Tapi… jalannya sangat panjang dan curam.” kata si pemuda.
“Eit…!”, kata si paman sambil mengacungkan telunjuknya. “Kamu menyalahkan kondisi jalan lagi.”
“Oh iya. Saya lupa paman. Apa yang harus saya lakukan?”
Si paman tersenyum, kemudian dia menjelaskan:
“Jika jalan yang akan ditempuh sangat panjang, maka langkahkan kakimu satu langkah. Niscaya, jalan yang akan kamu tempuh sudah berkurang satu langkah. Kamu mengerti maksud saya?”
“Baiklah paman, saya mengerti. Sepertinya saya harus belajar cara melalui jalan itu. Saya memang tidak bisa.” kata si pemuda itu.
“Bagus, pelajaran pertama sudah kamu pahami. Jika tidak bisa, artinya kamu harus belajar dan secara bertahap. Namun ada satu pelajaran lagi yang harus kamu pahami sebelum kamu mengatakan tidak bisa.” jelas si paman.
“Apa itu paman?” si pemuda kembali penasaran.
“Sekarang, kita pergi ke jalan yang berat itu. Benarkah kamu tidak bisa?” kata si paman.
“Saya harus mencobanya?” tanya si pemuda.
“Ya tentu saja, kamu harus mencobanya. Tapi, sebelum mencoba ada hal yang harus kamu perhatikan. Yuk, kita ke sana.” ajak si paman.

Mereka pun langsung pergi menuju jalan yang berat, menanjak dengan sangat curam dan diapit oleh jurang-jurang yang dalam.

“Sekarang, kita duduk di warung kopi itu sambil ngopi.” ajak si paman sambil menuju sebuah warung kopi. Di warung kopi itu, mereka bisa melihat jalan yang berat tersebut dan aktivitas yang ada di jalan tersebut. Mereka pun memesan kopi sambil memperhatikan jalan.
“Lihat itu!” kata si paman, sambil menujuk ke seseorang yang berjalan, mendaki jalan yang dikatakan berat itu sambil memikul dua karung besar berisi rumput.

Si pemuda pun itu langsung melihat orang tersebut.
“Kamu tahu? Dia hampir setiap hari melalui jalan terjal itu untuk mengangkut rumput yang cukup berat. Ya, sekitar 50 kg.” kata si paman.
“Sekarang saya mengerti paman. Jika si bapak yang mengangkut rumput saja bisa, maka saya yang tanpa beban pasti bisa.” kata si pemuda dengan penuh antusias.
“Itu maksud paman, kamu pasti bisa. Tapi ada yang salah.” kata si paman sambil tersenyum.
“Apa yang salah paman?” kata si pemuda kaget. Dia sudah merasa cerdas, tetapi masih ada yang salah.
“Yang mengangkut rumput itu bukan bapak-bapak, tetapi dia bibi Mirnah yang usianya seumur paman (51 tahun). Dia teman paman.”

Kata Mutiara Dari Orang-Orang Terkenal

3101. Semua mimpi kita bisa menjadi kenyataan, bila kita memiliki keinginan untuk mengejarnya. (Walt Disney)

3102. Mimpi hari ini adalah dasar dari realitas hari esok. (Unknown)

3103. Rahasia dari kehidupan adalah bukan melakukan apa yang kamu suka, tetapi menyukai apa yang kamu lakukan. (Unknown)

3104. Saya menemukan bahwa keberuntungan itu dapat diprediksi. Jika Anda menginginkan lebih banyak keberuntungan, ambillah lebih banyak kesempatan. Jadilah lebih aktif. Publikasikan diri Anda lebih sering. (Brian Tracy)

3105. Sekedar tahu tidak ada gunanya. Menerapkan yang anda tahu adalah segalanya. (Bruce Lee)

3106. Saya tidak takut pada orang yang berlatih sekali untuk 10.000 tendangan, tapi saya takut pada orang yang berlatih satu tendangan sebanyak 10.000 kali. (Bruce Lee)

3107. Jangan melebih-lebihkan apa yang sudah Anda terima, atau iri dengan orang lain. Dia yang iri terhadap orang lain tidak mendapatkan ketenangan pikiran. (Buddha)

3108. Apa yang menjadikan anda saat ini berdasarkan apa yang anda lakukan selama ini. Apa yang menjadikan anda di masa depan berdasarkan apa yang anda lakukan saat ini. (Buddha)

3109. Semua yang ada pada kita sekarang adalah hasil dari apa yang sudah kita pikirkan terdahulu. (Buddha)

3110. Ribuan lilin dapat dinyalakan dari satu lilin, dan lilin kehidupan tidak dapat dipersingkat. Kebahagiaan tidak pernah berkurang dengan berbagi. (Buddha)

3111. Jangan memikirkan masa lalu, jangan memimpikan masa depan, konsentrasikan pikiran pada saat sekarang. (Buddha)

3112. Batu permata tak dapat mengeluarkan kilaunya yang indah tanpa adanya gesekan, de mikian juga manusia, tidak dapat disempurnakan tanpa adanya ujian. (Chinese Proverb)

3113. Selalu berterima kasih siapapun kamu , dimana kamu berada, bagaimanapun kamu, beruntunglah kamu. (Chinese proverb)

3114. Perlakukan keluargamu seperti memasak ikan kecil dengan penuh kelembutan dan kehati-hatian. (Chinese Proverb)

3115. Layang-layang terbang tinggi melawan angin bukan bersama angin. (Winston Churchill)

3116. Sikap adalah hal kecil yang membuat perbedaan besar. (Winston Churchill)

3117. Sukses, adalah tetap menghadapi kekalahan demi kekalahan tanpa kehilangan semangat. (Winston Churchill)

3118. Pelajaran terbesar dalam hidup ini adalah mengetahui bahwa orang bodoh pun kadang kala dapat melakukan yang benar. (Winston Churchill)

3119. Bagaikan menyalakan api dengan salju, sama seperti memadamkan api cinta dengan kata-kata. (William Shakespeare)

3120. Ada 3 kalimat untuk menjadi sukses: lebih tau dari orang lain, kerja lebih dari orang lain, dan berharap kurang dari orang lain. (William Shakesphere)

3121. Seseorang seharusnya tidak mengabaikan keluarganya demi bisnis. (Walt Disney)

3122. Semua impian kita dapat menjadi nyata, jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya. (Walt Disney)

3123. Perbedaan antara menang dan kalah yang paling sering adalah Tidak berhenti. (Walt Disney)

3124. Mengerjakan sesuatu yang tidak mungkin itu menyenangkan. (Walt Disney)

3125. Cara untuk memulai adalah dengan berhenti berbicara dan memulai melakukan sesuatu. (Walt Disney)

3126. Kekuatiran seperti halnya menaruh bayangan raksasa pada hal yang kecil. (Swedish proverb)

3127. Cintailah aku di saat-saat aku paling tidak layak untuk dicintai, karena saat itulah aku sangat membutuhkan untuk dicintai. (Swedish Proverb)

3128. Kasihilah orang lain saat ia sedang tampak tidak layak mendapatkannya karena sesungguhnya itulah saat terbaik baginya untuk merasakan cinta. (Swedish Proverb)

3129. Orang bijak mengatakan, bukan karena kurangnya kasih yang merusak perkawinan/hubungan, tapi karena kurangnya persahabatan. (Rev Run)

3130. Suami dan Istri melihat kedalam cermin. Istri berkata: apa yang kau lihat? Suami menjawab Sisa Hidup Saya. (Rev Run)

3131. Belajarlah mendayung sampanmu sendiri. (Proverb)

3132. Daripada mengeluh bahwa mawar itu penuh duri, bergembiralah bahwa semak duri itu memiliki bunga mawar. (Proverb)

3133. Berbaik hatilah pada sesama karena setiap orang yang kita temui sedang menghadapi perjuangan yang lebih berat.

3134. Saat paling bahagia dalam hidupku sedikitnya adalah saat aku menghabiskan waktu dirumah dalam pelukan keluargaku. (Thomas Jefferson)

3135. Kemarahan pasti ada alasannya, tapi bukan alasan yang baik. (Benjamin Franklin)

3136. Manusia terbagi ke dalam tiga golongan: Mereka yang tidak dapat digerakkan, mereka yang dapat digerakkan, dan mereka yang bergerak. (Benjamin Franklin)

3137. Bukalah matamu lebar-lebar sebelum pernikahan, dan setengah tertutup sesudahnya. (Benjamin Franklin)

3138. Kamu mungkin bisa menunda waktu, tapi waktu tidak akan bisa. (Benjamin Franklin)

3139. Waktu adalah uang. (Benjamin Franklin)

3140. Perbedaan kecil dalam kinerja Anda dapat menyebabkan perbedaan besar dalam hasil Anda (Brian Tracy)

3141. Semua orang sukses adalah pemimpi besar. Mereka membayangkan apakah masa depan mereka akan menjadi ideal dari semua segi kebaikan, dan mereka bekerja setiap hari mengarah pada impian mereka yang tinggi yakni cita-cita atau tujuan. (Brian Tracy)

3142. Jika kamu mampu menarik berat badanmu sendiri, kamu mampu menarik 5 persen lagi. (Proverb) Bagi seekor semut, beberapa tetes air hujan adalah Banjir. (Proverb)

3143. Apakah anda tahu siapa anda sebenarnya? Jangan tanyakan. Lakukanlah! Perbuatan anda akan menggambarkan dan menentukan siapa anda. (Thomas Jefferson)

3144. Saya sangat percaya pada keberuntungan dan saya menemukan semakin keras saya bekerja, semakin saya mendapatkan banyak keberuntungan. (Thomas Jefferson)

3145. Saya disebut presiden termiskin di dunia, tetapi saya tak merasa miskin. Orang miskin adalah mereka yang bekerja hanya untuk menjaga gaya hidup mewahnya dan selalu menginginkan lebih. (Presiden Urugay – Jose Mujica)

3146. Jangan pernah ragu dengan potensi yang ada dalam diri anda. Cobalah lihat kupu-kupu, seandainya saja ia memiliki keraguan-keraguan, maka ia akan hidup dan mati sebagai seekor ulat bulu yang hanya bisa merangkak. (Larispique Philidor)

3147. Jika Anda tidak bergerak untuk mulai membangun mimpi anda, seseorang justru akan memperkerjakan anda untuk membantu membangun mimpi mereka. (Tony Gaskins)

3148. Sejuta kata makanan, tidak akan mengenyangkan. (Tan Malaka)

3149. Marilah kita selalu berbuat lebih baik, karena sampai saat ini kita belumlah berbuat apa-apa. (St. Fransiskus dari Asisi)

3150. Marah itu gampang. Tapi marah kepada siapa, dengan kadar kemarahan yang pas, pada saat dan tujuan yang tepat, serta dengan cara yang benar itu yang sulit. (Aristoteles)