Cari Artikel

Kisah Julaibib Mendapatkan Jodoh



Namanya Julaibib, begitulah dia biasa dipanggil. Nama ini sendiri mungkin sudah menunjukkan ciri fisiknya yang kerdil dan pendek.
Nama Julaibib adalah nama yang tidak biasa dan tidak lengkap. Nama ini, tentu bukan ia sendiri yang menghendaki. Bukan pula orang tuanya.
Julaibib hadir ke dunia tanpa mengetahui siapa ayah dan ibunya. Demikian pula orang-orang, semua tidak tahu, atau tidak mau tahu tentang nasab Julaibib. Bagi masyarakat Yatsrib, tidak bernasab dan tidak bersuku adalah cacat sosial yang sangat besar.
Julaibib yang tersisih tampilan fisik dan kesehariannya juga menjadi alasan sulitnya orang lain ingin berdekat-dekat dengannya.
Wajahnya jelek terkesan sangar, pendek, bunguk, hitam, dan fakir. Kainnya usang, pakaiannya lusuh, kakinya pecah-pecah tidak beralas. Tidak ada rumah untuk berteduh, tidur hanya berbantalkan tangan, berkasurkan pasir dan kerikil. Tidak ada perabotan, minum hanya dari kolam umum yang diciduk dengan tangkupan telapak tangan.
Abu Barzah, pemimpin Bani Aslam, sampai-sampai berkata tentang Julaibib,
“Jangan pernah biarkan Julaibib masuk diantara kalian! Demi Allah jika dia berani begitu, aku akan melakukan hal yang mengerikan padanya!”
Demikianlah keadaan Julaibib pada saat itu.

Namun jika Allah berkehendak menurunkan rahmatNya, tidak satu makhluk pun bisa menghalangi.
Julaibib menerima hidayah, dan dia selalu berada di shaf terdepan dalam shalat maupun jihad.
Meski hampir semua orang tetap memperlakukannya seolah ia tiada, tidak begitu dengan Rasulullah saw sang rahmat bagi semesta alam.
Julaibib yang tinggal di shuffah Masjid Nabawi, suatu hari ditegur oleh Nabi saw:
“Julaibib…,” begitu lembut beliau memanggil,
“Tidakkah engkau menikah?”
“Siapakah orangnya Ya Rasulallah Shollallahu ‘alaihi wasallam,” kata Julaibib,
“Yang mau menikahkan putrinya dengan diriku ini?” Julaibib menjawab dengan tetap tersenyum. Tidak ada kesan menyesali diri atau menyalahkan takdir Allah pada kata-kata maupun air mukanya.
Rasulullah saw juga tersenyum. Mungkin memang tidak ada orang tua yang berkenan pada Julaibib.
Tapi hari berikutnya, ketika bertemu dengan Julaibib, Rasulullah saw menanyakan hal yang sama.
“Julaibib, tidakkah engkau menikah?”
Dan Julaibib menjawab dengan jawaban yang sama. Begitu, begitu, begitu. Tiga kali. Tiga hari berturut-turut.
Dan di hari ketiga itulah, Sang Nabi menggamit lengan Julaibib dan membawanya ke salah satu rumah seorang pemimpin Anshar.
“Aku ingin menikahkan putri kalian.” Kata Rasulullah saw pada si empunya rumah,“
“Betapa indahnya dan betapa barakahnya.” begitu si wali menjawab berseri-seri, mengira bahwa sang Nabi_lah calon menantunya.
“Ooh.. Ya Rasulallah saw, ini sungguh akan menjadi cahaya yang menyingkirkan temaram di rumah kami.”
“Tetapi bukan untukku,” Kata Rasulullah saw,
“ku pinang putri kalian untuk Julaibib.”
“Julaibib?” nyaris terpekik ayah sang gadis.
“Ya. Untuk Julaibib.”
“Ya Rasulullah," terdengar helaan nafas berat.
“Saya harus meminta pertimbangan istri saya tentang hal ini”

“Dengan Julaibib?” istrinya berseru,
“Bagaimana bisa? Julaibib berwajah lecak, tidak bernasab, tidak berkabilah, tidak berpangkat, dan tidak berharta. Demi Allah tidak. Tidak akan pernah putri kita menikah dengan Julaibib.”
Perdebatan itu tidak berlangsung lama. Sang putri dari balik tirai berkata anggun,
“Siapa yang meminta?”
Sang ayah dan sang ibu menjelaskan:
“Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah saw? Demi Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah saw yang meminta, maka tiada akan dia membawa kehancuran dan kerugian bagiku.”

Sang gadis yang shalehah lalu membaca ayat ini:
“Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (QS. Al Ahzab :36)

Dan sang Nabi dengan tertunduk berdoa untuk sang gadis shalihah;
“Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh barakah. Jangan Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah.”

Doa yang indah. Pelajaran dari Kisah Julaibib Kita belajar dari Julaibib untuk tidak meratapi diri sendiri, untuk tidak menyalahkan takdir, untuk selalu pasrah dan taat pada Allah dan RasulNya. Tidak mudah menjadi Julaibib. Hidup dalam pilihan-pilihan yang sangat terbatas. Memang pasti, ada batas-batas manusiawi yang terlalu tinggi untuk kita lampaui. Tapi jika kita telah taat kepada Allah, jangan khawatirkan itu lagi. Ia Maha Tahu batas-batas kemampuan diri kita. Ia tidakkan membebani kita melebihi yang kita sanggup memikulnya.
Urusan kita sebagai hamba memang taat kepada Allah. Lain tidak! Jika kita bertidakwa padaNya, Allah akan bukakan jalan keluar dari masalah-masalah yang di luar kuasa kita.
Urusan kita adalah taat kepada Allah. Maka benarlah doa sang Nabi. Maka Allah karuniakan jalan keluar baginya. Maka kebersamaan di dunia itu tidak ditakdirkan terlalu lama. Meski di dunia sang istri shalehah dan bertaqwa, tapi bidadari telah terlampau lama merindukannya.
Julaibib telah dihajatkan langit mesti tercibir di bumi. Ia lebih pantas menghuni surga daripada dunia yang bersikap tidak terlalu bersahabat padanya.

Saat syahid, Sang Nabi begitu kehilangan. Tapi ia akan mengajarkan sesuatu kepada para sahabatnya. Maka ia bertanya diakhir pertempuran.
“Apakah kalian kehilangan seseorang?”
“Tidak, ya Rasulallah!”
Serempak sekali. Sepertinya Julaibib memang tidak beda ada dan tiadanya di kalangan mereka.
“Apakah kalian kehilangan seseorang?”
Sang Nabi bertanya lagi. Kali ini wajahnya merah bersemu.
“Tidak, ya Rasulallah!”
Kali ini sebagian menjawab dengan was-was dan tidak seyakin tadi.
Beberapa menengok ke kanan dan ke kiri. Rasulullah saw menghela nafasnya.
“Tetapi aku kehilangan Julaibib”, kata beliau.
Para sahabat tersadar,
“Carilah Julaibib!”
Maka ditemukanlah dia, Julaibib yang mulia. Terbunuh dengan luka-luka, semua dari arah muka. Di sekitarnya tergolek tujuh jasad musuh yang telah ia bunuh. Sang Rasul, dengan tangannya sendiri mengafani Sang Syahid. Beliau saw menshalatkannya secara pribadi. Dan kalimat hari berbangkit.
“Ya Allah, dia adalah bagian dari diriku dan aku adalah bagian dari dirinya.”

Di jalan cinta para pejuang, biarkan cinta berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka dan tidak suka. Melampaui batas cinta dan benci. Karena hikmah sejati tidak selalu terungkap di awal pagi. Karena seringkali kebodohan merabunkan kesan sesaat. Tapi yakinlah, di jalan cinta para pejuang, Allah lebih tahu tentang kita. Dan Dialah yang akan menyutradarai pentas kepahlawanan para aktor ketaatan. Dan semua akan berakhir seindah surga. Surga yang telah dijanjikanNya.
“Apalah artinya rupa yang cantik dan kedudukan yang tinggi, tapi rumah tangga porak peranda. Suami curang terhadap isteri, manakala isterinya juga bermain kayu tiga di belakang suami. Apalah yang dibanggakan dengan harta kekayaan yang melimpah ruah tetapi hati tetap tidak senang malah selalu bimbang dan cemas kerana diburu orang ke mana pergi. Memadailah rezeki yang sedikit yang Allah kurniakan tetapi berkah. Memadailah dengan suami yang dijodohkan tiada rupa asalkan suami tersebut dapat memberi kebahagiaan di dunia dan lebih-lebih lagi Akihrat.” 

Zaid Bin Arqam RA



Zaid bin Arqam RA adalah seorang Anshar yang telah memeluk Islam ketika masih anak-anak. Ketika terjadi perang Uhud, ia bergabung dengan pasukan muslim yang siap berangkat, tetapi keberadaannya diketahui oleh Nabi SAW dan beliau memulangkannya, karena ia masih sangat muda. Ia sangat sedih dengan larangan Rasulullah ini.

Pada tahun 5 hijriah Zaid mengikuti peperangan Bani Musthaliq. Usai peperangan, ketika masih menetap di Muraisi, sempat terjadi ketegangan antara kaum Muhajirin dan Anshar, yang dipicu oleh persenggolan ketika mengambil air di mata air, antara Jahjah al Ghifary, orang upahan Umar bin Khaththab, dan Sinan bin Wabar al Juhanny, salah seorang sahabat Anshar. Perselisihan ini sendiri sebenarnya telah bisa didamaikan Rasulullah SAW. Tetapi tokoh munafiq, Abdullah bin Ubay mengomentari peristiwa itu, ia berkata kepada kaumnya,
"Inilah yang kalian lakukan, andai kata kalian tidak memberikan harta kalian kepada mereka, tentu mereka akan berpindah ke tempat lain. Demi Allah, jika kita telah kembali ke Madinah, maka penduduknya yang mulia akan benar-benar mengusir penduduknya yang hina."

Zaid bin Arqam, yang memang satu kabilah dengan tokoh munafik itu, begitu mendengar ucapan Abdullah bin Ubay ini merasa tidak senang, ia menyampaikan hal itu kepada pamannya, dan pamannya mengabarkannya kepada Nabi SAW. Umar bin Khaththab yang saat itu bersama Rasulullah SAW, meminta beliau agar menyuruh Abbad bin Bisyr RA membunuh tokoh munafik ini, tetapi beliau tidak mengijinkannya.

Setelah Abdullah bin Ubay mengetahui bahwa Nabi SAW telah mendengar ucapannya ini, segera saja ia menemui beliau dan bersumpah atas nama Allah, bahwa ia tidak mengatakan seperti apa yang disampaikan Zaid. Abdullah bin Ubay adalah salah satu tokoh masyarakat Madinah, dan Zaid bin Arqam hanya seorang pemuda remaja. Karena itu ada sebagian sahabat Anshar yang lebih mempercayai ucapan tokoh munafik itu daripada Zaid. Ia berkata,
"Boleh jadi ia (Zaid bin Arqam) hanya menduga-duga saja tentang apa yang dikatakan Abdullah bin Ubay."

Zaid menjadi sedih dengan perkembangan yang terjadi, apa yang dilaporkannya kepada Nabi SAW seolah-olah hanya dugaan dan rekaannya semata. Apalagi Rasulullah SAW sepertinya bisa menerima sumpah yang diucapkan Abdullah bin Ubay. Bagaimanapun juga dirinya masih anak-anak, dan tidak memiliki ketenaran dan kekuasaan seperti halnya Abdullah bin Ubay.

Dalam beberapa hari berikutnya Zaid bin Arqam mengurung diri di rumah, tidak menghadiri majelis Rasulullah SAW seperti biasanya. Pamannya sampai berkata,
"Aku tidak bermaksud agar Rasulullah SAW membencimu dan tidak mempercayaimu lagi!"

Beberapa waktu kemudian, Allah SWT menurunkan Surah Al Munafiqun ayat 1, yang isinya mengabarkan kedustaan yang dilakukan oleh orang-orang munafiq, khususnya Abdullah bin Ubay. Nabi SAW mendatangi Zaid bin Arqam dan beliau membacakan wahyu yang baru beliau terima, kemudian beliau bersabda,
"Wahai Zaid, Sesungguhnya Allah telah membenarkanmu!"

Tak Ada Jalan Pintas Untuk Sukses



Keberhasilan tak diperoleh begitu saja. Ia adalah buah dari pohon kerja keras yang berjuang untuk tumbuh. Jangan terlalu berharap pada kemujuran.
Apakah kita tahu apa itu kemujuran? Apakah kita dapat mendatangkan kemujuran sesuai keinginan kalian? Padahal kita tahu, kita tak selalu mampu menjelaskan dari mana datangnya.
Sadarilah bahwa segala sesuatu berjalan secara alami dan semestinya. Layaknya proses mendaki tangga, kita melangkahkan kaki melalui anak tangga satu per satu.
Tak perlu repot-repot membuang waktu untuk mencari jalan pintas, karena memang tak ada jalan pintas. Sesungguhnya kemudahan jalan pintas itu takkan pernah memberikan kepuasan sejati.
Untuk apa berhasil jika kita tak merasa puas?
Hargailah setiap langkah kecil yang membawa anda maju. Janganlah melangkah dengan ketergesaan, karena ketergesaan adalah beban yang memberati langkah saja.
Amatilah jalan lurus. Tak peduli bergelombang maupun berbatu, selama kita yakin berada di jalan yang tepat, maka melangkahlah terus.
Ketahuilah, jalan yang tepat itu adalah jalan yang menuntun kita menjadi diri kita sendiri.

Kata Mutiara Cinta Dan Penyemangat

2751. Sekuat-kuat musibah dihadapi sendiri, lebih kuat musibah dihadapi berdua.

2752. Jodoh itu kayak pesawat, kalo nggak mau delay ya jangan naik pesawat.

2753. Jodoh itu kayak pesawat, bisa ontime, kadang delay, kadang- kadang delay banget.

2754. Nggak semua kata negatif itu salah, nggak semua kata positif itu benar.

2755. Kita perbanyak diri bergantung pada manusia yang akan berakhir, tapi selalu abai pada Dia yang menguasai hari akhir.

2756. Kita menertawakan sesuatu yang kelak akan kita tangisi, mengumpulkan semua yang justru akan membebani.

2757. Manfaatkan lidah masih bisa menyuarakan kebenaran, sebelum ia diam karena lilitan maksiat di hari pembangkitan.

2758. Berhias hingga suami tak lepas pandangannya padamu itu indah, berhias bagi lelaki manapun yang melihatmu itu musibah.

2759. Istri yang baik itu menyenangkan bagi suami bila dilihat, bila ditinggal ia menjaga diri dalam hormat.

2760. Melanggar aturan untuk menyampaikan kebenaran sama saja dengan taat pada peraturan yang salah.

2761. Merancang perjalanan itu baru bisa setelah tau tujuan perjalanan, memantaskan diri juga baru berarti setelah tau tujuan pernikahan.

2762. Cinta berubah jadi rindu karena jarak, sabarlah karena semua hanyalah sejenak.

2763. Berhati-hatilah terhadap lisan yang mengandung dan mengundang banyak fitnah.

2764. Terima kasihlah kepada orang yang telah berani menunjukkan salahnya engkau. Dan berhati-hatilah kepada orang yang terlalu banyak memuji dirimu

2765. Wanita selalu butuh kepada laki-laki yang bukan cuma mampu. Tapi juga mengerti. Mengerti kepada segala hal yang diinginkan. Luar dan dalam.

2766. Menyampaikan ilmu kepada seseorang ternyata membutuhkan ilmu juga. Tidak boleh sembarangan.

2767. Sahabat yang baik adalah sahabat yang berani menunjukkan salahnya engkau.

2768. Mengomentari kekurangan orang lain itu betapa sangat mudahnya. Apalagi jika diiringi dengan sifat iri, dengki dan sifat merasa benar sendiri.

2769. Ketika seseorang yang sangat kamu percaya mendustaimu, ketahuilah bahwa kamu tengah belajar untuk lebih percaya pada dirimu sendiri.

2770. Jangan pernah meremehkan diri sendiri. Jika kamu tak bahagia dengan hidupmu, perbaiki apa yang salah, dan teruslah melangkah.

2771. Terluka dan memafkan merupakan bagian dari cinta. Itu karena cinta yang tulus akan ada kata maaf untuknya.

2772. Melihat ke atas sebagai motivasi bukan untuk jadi rendah diri, dan melihat ke bawah agar lebih bersyukur bukan untuk menjadi sombong.

2773. Orang-orang yang berhasil tidak hanya keras hati, mereka juga seorang pekerja keras yang percaya pada kemampuan dirinya.

2774. Terlalu memfokuskan diri pada apa yang kamu inginkan, akan membuat kamu sulit untuk bisa bersyukur.

2775. Terkadang rasa kecewa yang mendalam itu disebabkan oleh harapan kita yang terlalu tinggi terhadap sesuatu.

2776. Setiap ada awal pasti ada akhir dan setiap masalah pasti ada solusi. Jangan pernah menyerah, percaya diri dan bahagia menanti.

2777. Saat kamu ingin menyerah, ingatlah kembali alasan mengapa kamu selama ini dapat bertahan.

2778. Kamu tidak akan bisa hidup sendiri, butuh bantuan orang lain. Dan pastikan mereka adalah orang yang dapat kamu andalkan.

2779. Kebahagiaan adalah milik mereka yang memiliki impian dan punya keberanian untuk mewujudkannya menjadi kenyataan.

2780. Cinta adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia, jagalah cinta sebelum cinta itu pergi.

2781. Cinta yang tulus akan selalu memiliki alasan untuk mempertahankan meskipun sedang diuji dalam cobaan yang bisa saja memisahkan.

2782. Mencintai bukanlah memberikan yang terbaik dalam kelebihan, namun memberikan yang terbaik dalam kekurangan.

2783. Hanya cinta yang bisa membuatmu bahagia, meskipun terkadang memberikan rasa luka. Tapi cinta akan terasa begitu istimewa ketika kamu memberikannya kepada seseorang yang setia.

2784. Seseorang yang tulus mencintaimu bukanlah seseorang yang membuatmu tertawa ketika kamu bersedih, melainkan seseorang yang melihatmu tertawa ketika kamu tengah merasakan kesedihan.

2785. Cinta memberikan alasan untuk tersenyum dan memberikan waktu yang indah untuk tertawa. Tapi terkadang cinta juga memberikan kenangan yang tak akan pernah dilupakan.

2786. Sikap adalah perbuatan yang simpel namun akan bisa membuat perbedaan yang besar.

2787. Larut dalam kesedihan tidak akan bisa membuatmu bangkit, hapus air matamu dan segera bergerak maju.

2788. Seberat apapun harimu, jangan pernah biarkan seseorang membuatmu merasa bahwa kamu tidak apntas mendapat apa yang kamu inginkan.

2789. Mampu tertawa disaat diri sedang terluka merupakan salah satu bukti seberapa kuat kamu bisa menjalani hidup ini.

2790. Janganlah kamu mencari kekurangan orang lain, disaat mereka bersedia untuk menerima kekuranganmu.

2791. Sahabat adalah mereka yang mampu mengeluarkan kemampuan terbaik yang ada dalam diri kita dan mereka yang selalu memberi kita semangat.

2792. Tuhanmu lebih tahu batas rasa sakit yang bisa kau tampung. Jangan sampai engkau menyerah disaat selangkah lagi Tuhanmu mengganti kesakitan dengan sejuta keindahan.

2793. Jangan menuntut untuk dicintai apa adanya jika kalian masih memberi syarat kepada seseorang yang mencintai kalian.

2794. Hati yang tulus mencinta, tidak akan lelah untuk bertahan dan tidak akan menyerah untuk berjuang, karena dia percaya bahagia pasti dia temukan.

2795. Cinta adalah untuk bahagia. Ketika cinta menjadi penyebab air mata, itu adalah jalan menuju bahagia.

2796. Cinta itu sebuah permainan yang dimainkan oleh dua orang dan dimenangkan oleh dua orang tersebut.

2797. Seorang wanita yang berpura- pura menertawai cinta itu seperti seorang anak kecil yang menangis di malam hari karena ketakutan.

2798. Cinta tidak memiliki apapun yang ingin kau dapatkan, tapi cinta memiliki semua yang ingin kau berikan.

2799. Tempat yang paling kita cintai adalah rumah, rumah dimana kaki kita bisa saja meninggalkannya, tapi hati kita tak bisa melupakannya.

2800. Pantaskan diri Anda untuk menjadi bahagia. Kemudian berusaha dan berdoa , kemudian menyerahkan hasil kepada pemilik alam semesta.

Badzan, Abanauah Dan Jadd Jamirah



Badzan adalah wakil Kisra Persia yang membawahi wilayah Yaman. Setelah Kisra Persia merobek-robek surat Nabi SAW, dan utusan beliau, sahabat Syuja bin Wahb al Asadi meninggalkan istana Kisra, Kisra memerintahkan Badzan untuk mengirimkan surat dengan dua utusan untuk menemui Nabi SAW. Isi surat itu antara lain memerintahkan beliau untuk menghadap Kisra Persia dengan segera. Dua orang itu adalah Abanauah, seorang menteri urusan khusus kerajaan Romawi, dan seorang lelaki dari al Furs yang dikenal dengan nama Jadd Jamirah.

Mereka berdua sempat singgah di Thaif, dan mencari informasi dari orang-orang Quraisy yang sedang berdagang di sana. Orang Quraisy ini sempat gembira karena Kisra Persia menunjukkan sikap bermusuhan dengan Nabi SAW, yang artinya berada di pihak yang sama dengan mereka. Kedua utusan Badzan ini meneruskan perjalanan ke Madinah.

Sesampainya di Madinah dan menghadap Nabi SAW, Abanauah menyampaikan suratdari Badzan, dan berkata,
"Sesungguhnya Kisra telah menulis surat kepada Badzan agar mengirim utusan kepadamu yang dapat membawamu menghadap kepada Kisra, dan Badzan menyuruhku agar engkau ikut bersamaku."

Rasulullah SAW hanya tersenyum dan menyuruh dua utusan tersebut beristirahat terlebih dahulu, dan meminta mereka menemui beliau lagi keesokan harinya.
Ketika Abanauah dan Jadd Jamirah menemui Nabi SAW keesokan harinya, Beliau memberitakan bahwa Kisra Persia akan dibinasakan oleh Allah, dan putranya, Shiruyah akan mengalahkannya pada tanggal, bulan dan tahun yang disebutkan beliau.

Tentu saja kedua orang utusan ini terkejut dan setengah tak percaya, mereka berkata,
"Apakah engkau tahu benar apa yang engkau katakan? Dan bolehkah kami menulis mengenai hal ini untuk pimpinan kami, Badzan?"
"Silahkan engkau tulis," Kata Nabi SAW,
"Dan katakan juga kepadanya: Jika kamu masuk Islam, maka Nabi SAW akan mengaruniakan kepadamu apa yang ada dalam kekuasaanmu saat ini."

Mereka menulis secara lengkap pembicaraan Rasulullah SAW, yang bisa dikatakan sebagai ramalan atas kerajaan Persia, setelah itu berpamitan. Beliau memberikan hadiah pada Jadd Jamirah, sebuah ikat pinggang yang di dalamnya berisi emas dan perak. Kedua orang ini kembali ke Yaman, dan ketika diceritakan apa yang dialami bersama Nabi SAW, Badzan hanya berkata,
"Demi Allah ucapan itu bukanlah ucapan seorang raja. Kita akan menunggu apakah ucapannya itu benar atau tidak?"

Tak lama berselang, datanglah utusan dari Persia yang membawa surat Shiruyah untuk Badzan, surat itu berisi sebagai berikut:
"Amma Ba'du, sesungguhnya aku telah membunuh Kisra sebagai bentuk kemarahan rakyat Persia, karena ia telah membolehkan pembunuhan tokoh-tokoh mereka. Hendaklah engkau menaatiku, dan janganlah engkau mencaci ‘seorang lelaki’ (yakni Nabi SAW) yang karena dia, Kisra telah menulis surat kepadamu."

Setelah membaca surat Shiruyah tersebut, Badzan merasa yakin bahwa Muhammad adalah benar-benar utusan Allah, ia pun memeluk Islam beserta orang-orang Persia yang berada di Yaman, termasuk Abanauah dan Jadd Jamirah.