Cari Artikel

Jangan Pernah Menagih Hutang



Seorang ayah berpesan pada kedua anaknya,
Ingat 2 hal ini ya..

Pertama, jangan pernah kamu menagih piutang
Kedua, jangan pernah tubuhmu terkena terik matahari secara langsung

5 tahun berlalu setelah sang ayah wafat,
Sang ibu datang menengok anak sulungnya

“Wahai anak sulungku kenapa kondisi bisnismu demikian?”

Si Sulung menjawab :
“Saya mengikuti pesan ayah bu…
Ayah bilang, Saya dilarang menagih piutang kepada siapapun sehingga banyak piutang yg tidak dibayar dan lama² habislah modal saya..
Terus ayah melarang saya terkena sinar matahari secara langsung dan saya hanya punya sepeda motor, itulah sebabnya pergi dan pulang kantor saya selalu naik taxi, beginilah akhirnya"

Sang ibu merenung,
lalu sang ibu pergi ke tempat si bungsu ,ternyata si bungsu sekarang menjadi orang sukses,

Sang ibu pun bertanya “Wahai anak bungsuku, hidupmu sedemikian beruntung, apa rahasianya…?”

Si bungsu menjawab :
“Ini karena saya mengikuti pesan ayah bu..
Pesan yg pertama saya dilarang menagih piutang kepada siapapun. Oleh karena itu saya tidak pernah memberikan hutang kepada siapapun tetapi saya beri sedekah sehingga modal saya menjadi berkah”.

Pesan kedua saya dilarang terkena sinar matahari secara langsung, karena saya hanya punya motor, saya selalu berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam, sehingga para pelanggan tahu toko saya buka lebih pagi dan tutup lebih sore”.

Mindset atau cara pandang yang berbeda, memberikan hasil yang berbeda pula.

Suara Syaitan Yang Menggoda Keteguhan Iman



Diceritakan suatu hari Sheikh Abdul Qadir jailani berjalan merantau seorang diri. Dalam mengharungi padang pasir yang panas terik itu ia merasa kehausan. Tiba-tiba ia melihat sebuah bejana dari perak melayang di udara lalu perlahan-lahan turun kepadanya diselimuti awan di atasnya.

 Saat itu diceritakan terdengar suara ghaib di angkasa;
"Hai Abdul Qadir, minumlah isi bejana ini. Hari ini kami telah menghalalkan kamu makan dan minum semua yang selama ini aku haramkan. Dan telah kugugurkan semua kewajipan untukmu." Bunyi suara ghaib itu.

 Sebagai orang yang arif, Abdul Qadir cukup tahu bahwa suara ghaib yang menyerupai wahyu itu cuma syaitan yang menggoda keteguhan imannya. Maka marahlah ia dan berkata;
"Hai mal'un pergilah engkau dari sini. Sesungguhnya aku tiada lebih mulia dibandingkan dengan Nabi Muhammad S.A.W di sisi Allah Taala. Kepada Rasulullah saja tidak mungkin berlaku ketentuan semacam itu. Barang yang diharamkan Allah selamanya tetap haram, dan kewajiban hamba kepadanya tidak pernah digugurkan termasuk pada diriku." Ujarnya tegas.

Kata-Kata Bijak Dari Ustadz Felix Siauw




2501. Tanda kemauan itu daya upaya, tanda tidak mau ialah berdalih.

2502. Kesadaran itu sudah setengah kebaikan, setengahnya lagi tergantung kemauan.

2503. Sukakah bila engkau dapat fitnah karena foto? Lelaki membayangkanmu buka aurat padahal sudah dihijab?

2504. Bagiku lebih baik tangis kesedihanmu, dari pada kelak tangis penyesalanmu.

2505. Yang sudah tutup aurat dan masih punya foto buka-bukaan, belum telat sekarang untuk take it all down.

2506. Kita dilahirkan tanpa ada membawa sesuatu, jangan sampai pula tidak meninggalkan sesuatu.

2507. Belajar mencintai itu perlu waktu, belajar melupakan juga perlu waktu.

2508. Walau pada masa kecil anak kita dengan Islam sudah terbiasa, di masa depan akan banyak waktunya diajar teman bukan orang tua.

2509. Berhijab bukan menjamin pahala sempurna, namun ia usahakan pahala tetap ada. Bila yang dijaga bisa tiada, apalagi yang dibiar saja.

2510. Uang tidak bisa membeli ketaatan dan kepatuhan anak, atas waktu ibunya bukan kantor yang punya namun anak lebih berhak.

2511. Aku belajar dan membaca agar umur orang lain berguna bagiku, dan aku menulis agar orang lain mengambil manfaat atas umurku.

2512. Yang menarik bagi mata, belum tentu menyenangkan jiwa.

2513. Seseorang juga dikatakan sebagai orang Muslim apabila sehari-harinya standarnya halal haram.

2514. Bukan hanya paras yang buat selaras, tapi kelembutan yang buat ia pantas.

2515. Merasa hina atas maksiat dosa itu biasa, namun jangan sampai sebabkan malu berdoa.

2516. Selesaikan apa yang sudah engkau mulaikan, jangan memulai yang tak bisa engkau selesaikan.

2517. Jangan selalu ingin menyalahkan orang lain, karena dengannya kita buta kesalahan diri sendiri.

2518. Kita jalani Islam dengan penuh ketaatan, namun tiada jaminan pada keturunan.

2519. Seolah-olah ibu rumah tangga pekerjaan tanpa perlu pengetahuan, padahal jadi ibu adalah pekerjaan sulit penuh tantangan.

2520. Di depan ramai biasanya yang pacaran mati kutu, ketika berdua-duaan baru beraksi buka kartu.

2521. Pacaran untuk bersenang-senang, menikah itu untuk ibadah. Mau jadi objek bersenang-senang atau jadi objek ibadah?

2522. Apa yang dikerjakan sepenuh hati, hasilnya akan juga dirasakan oleh hati.

2523. Islam mengajarkan kita mengingat selalu kematian, agar kita menyadari bahwa setiap awal pasti ada akhir.

2524. Kalau kita menyampaikan hanya yang semua mau, apa guna kebenaran yang kita tahu?

2525. Mengubah itu menyampaikan apa yang diperlukan, bukan menyampaikan apa yang diinginkan.

2526. Dari pada berkata "bila aku diterima kerja aku akan shalat tahajjud", lebih baik shalat tahajjud dulu lalu minta kemudahan.

2527. Learn to love and learn to forget all the same, both of them take time.

2528. Ilmu itu ada dimana-mana, pengetahuan dimana-mana tersebar, kalau kita bersedia membaca, dan bersedia mendengar.

2529. Tidak penting siapa yang memulai, yang penting siapa yang mengakhiri.

2530. Kesalahan yang diulang berkali-kali akan jadi kewajaran.

2531. Yang bijak mencari kebenaran dari nasihat, yang bebal mencari kesalahan dari penasihat.

2532. Tanda kemauan itu daya upaya, tanda tidak mau ialah berdalih.

2533. Benci itu cinta yang meluap-luap tak ada penyalurannya, atau cinta yang tertunda balasannya.

2534. Meminta maaf dan memaafkan itu manusiawi.

2535. Menasihati dengan teladan, menegur dengan mendoakan, menyenangkan dengan senyuman, indahnya ukhuwah sebab iman.

2536. Melanggar aturan untuk menyampaikan kebenaran sama saja dengan taat pada peraturan yang salah.

2537. Istri yang baik itu menyenangkan bagi suami bila dilihat, bila ditinggal ia menjaga diri dalam hormat.

2538. Menyukai para penyampai kebenaran itu boleh saja, menyukai kebenaran yang disampaikannya itu yang harus.

2539. Yang bijak mencari kebenaran dari nasihat, yang bebal mencari kesalahan dari penasihat.

2540. Penting bagi kita untuk nggak merasa sok penting.

2541. Mengubah itu menyampaikan apa yang diperlukan, bukan menyampaikan apa yang diinginkan.

2542. Menyalahkan tidak membebaskanmu dari kesalahan.

2543. Musibah dari pujian adalah ujian keikhlasan, sedang cobaan dari celaan adalah ujian kesabaran.

2544. Yang menarik bagi mata, belum tentu menyenangkan jiwa.

2545. Ilmu itu harusnya merendahkan hati, bukan merendahkan orang lain.

2546. Menghasilkan satu karya yang berharga dimulai dengan menghargai karya orang lain.

2547. Abaikan saja orang-orang yang membencimu, waktumu dinanti oleh mereka yang mencintaimu.

2548. Cinta berubah jadi rindu karena jarak, sabarlah karena semua hanyalah sejenak.

2549. Kalau kamu merasa kamu bisa lebih baik, kenapa nggak kamu lakukan sendiri?

2550. Bila belum bisa memulai kebaikan, jadilah pengakhir keuburukan.





Felix Siauw adalah seorang ustadz etnis Tionghoa kelahiran Palembang, Sumatera Selatan.
Ia menjadi seorang mualaf semenjak masa kuliah dan bertemu seorang ustadz muda aktivis gerakan da’wah Islam internasional.

Biodata
Nama lengkap: Felix Yanwar Siauw Siauw Chen Kwok.
Tempat/Tanggal lahir: Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. 31 Januari 1984.
Kewarganegaraan: Indonesia.

Biografi
Felix Siauw lahir dan tumbuh di lingkungan non-muslim. Ia mulai mengenal Islam pada tahun 2002, saat masih berkuliah di Institut Pertanian Bogor semester 3.
Dikenal karena Pendakwah, Penulis Buku, Presenter.
Felix Siauw menikah pada tahun 2006 dan hingga tahun 2013 telah memiliki tiga orang anak.

Karya Buku-buku karya Ustadz Felix kental dengan nilai-nilai Islam dan banyak mengambil intisari dari banyak sumber di Islam seperti Al-Quran dan Hadist.
Judul buku karya beliau diantaranya:
Muhammad Al-Fatih. 1453
Beyond Inspiration.
Udah Putusin Aja.
Yuk Berhijab
How Master To Habits.
Khilafah.

Mencintai Syahid



Rasa rindu sudah tidak tertahan di lubuk hatinya. Berada di samping orang yang paling mulia di muka bumi ini adalah impiannya selama minggu-minggu terahir.
Maka ia pun membulatkan tegad untuk menyusul kekasihnya di tanah harapan, Darul hijah Madinah Al-Munawarah.

Adalah Wahab bin Qabus ra, ia sudah memeluk Islam sejak awal. Beliau memiliki banyak ternak kambing. Ketika dalam perjalanan menuju Madinah beliau mendengar Rasulullah saw dan sahabat sedang berjihad di medan peperangan Uhud.

Didapatinya medan Uhud yang begitu panas terik, ringkikan kuda menambah pikuk suasana. Unta-unta berlarian di hela penunggangnya, kilatan pedang menambah silau panas siang itu.
Nampak oleh Wahab bin Qabus ra Rasulullah saw sedang dikepung oleh musuh Allah, jumlahnya terlalu banyak dan Rasulullah saw menghadapi seorang diri karena sahabat-sahabat yang lain juga dalam kondisi yang sulit.
Dengan lantang dan penuh semangat Rasulullah saw bersabda;
"Barang siapa di antara kamu sekalian yang dapat menceraikan musuh ini, dia akan menjadi temanku ketika di Syurga kelak"

Wahab bin Qabus ra menyambut seruan itu dengan memacu kudanya kencang-kencang. Kini pedang terhunus telah ia siapkan menyambut musuh-musuh yang mengepung Rasulullah saw. Dia berhasil membubarkan mereka. Tapi gelombang pasukan kedua dan ketiga dari pihak musuh makin menjadi-jadi dan mereka berhasil merobohkan Wahab bin Qabus ra dari keduanya. Sahabat yang mulia ini telah menjemput syahidnya.

Peperangan telah usai, kini waktunya mengumpulkan jenazah para sahabat.
Sahabta Nabi saw Saad bin Wahab ra ketika melihat jenazah Wahab bin Qabus berkata;
"Aku sekali-kali tidak pernah melihat pejuang Islam yang benar-benar berjuang dengan beraninya tanpa sedikit pun tersingkap kegentaran di hatinya seperti Wahab ra. Aku melihat Rasulullah saw terpaku berdiri disisi mayatnya lalu bersabda; "Wahab! Wahab! Sesungguhnya kamu telah menyenangi hatiku. Semoga Allh akan memberi kemenangan terhadapmu"

Inilah bukti rasa cinta yang sebenarnya. Cinta yang tidak hanya terucap oleh lisan, tapi juga oleh amal nyata.
Wahab bin Qabus ra memberi kita teladan bagaimana menyenangkan hati Rasulullah saw.


Seorang penyair berkata;

Lelah dan letih aku menapaki jalan.
Aku tetap melangkah menuju yang kukasihi.....
Tak peduli gunung dan lautan membentang, mereka tak akan menghalangiku menuju Ridho Illahi

Seorang Lelaki Melawan Iblis



Suami isteri itu hidup tenteram pada awalnya. Meskipun melarat, mereka taat kepada perintah Tuhan. Segala yang dilarang Allah dihindari, dan ibadah mereka tekun sekali.
Si Suami adalah seorang yang alim yang taqwa dan tawakkal. Tetapi sudah beberapa lama isterinya mengeluh terhadap kemiskinan yang tiada habis-habisnya itu. Ia memaksa suaminya agar mencari jalan keluar. Ia membayangkan alangkah senangnya hidup jika segala-galanya serba cukup.

Pada suatu hari, lelaki yang alim itu berangkat ke ibu kota, mau mencari pekerjaan. Di tengah perjalanan ia melihat sebatang pohon besar yang tengah dikerumuni orang. Ia mendekat. Ternyata orang-orang itu sedang memuja-muja pohon yang konon keramat dan sakti itu. Banyak juga kaum wanita dan pedagang-pedagang yang meminta-minta agar suami mereka setia atau dagangnya laris.
“Ini syirik,” fikir lelaki yang alim tadi.
“Ini harus diberantas habis. Masyarakat tidak boleh dibiarkan menyembah serta meminta selain Allah.”

Maka pulanglah dia terburu.
Isterinya heran, mengapa secepat itu suaminya kembali. Lebih heran lagi waktu dilihatnya si suami mengambil sebilah kapak yang diasahnya tajam. Lantas lelaki alim tadi bergegas keluar.
Isterinya bertanya tetapi ia tidak menjawab. Segera dinaiki keledainya dan dipacu cepat-cepat ke pohon itu.

Sebelum sampai di tempat pohon itu berdiri, tiba-tiba melompat sesosok tubuh tinggi besar dan hitam. Dia adalah iblis yang menyerupai sebagai manusia.
“Hai, mau ke mana kamu?” tanya si iblis.
Orang alim tersebut menjawab,
“Saya mau menuju ke pohon yang disembah-sembah orang bagaikan menyembah Allah. Saya sudah berjanji kepada Allah akan menebang roboh pohon syirik itu.”
“Kamu tidak ada hubungan apa-apa dengan pohon itu. Yang penting kamu tidak ikut-ikutan syirik seperti mereka. Sudah pulang saja.”
“Tidak boleh, kemungkaran mesti diberantas,” jawab si alim bersikap tegas.
“Berhenti, jangan teruskan!” bentak iblis marah.
“Akan saya teruskan!”

Karena masing-masing tegas pada pendirian, akhirnya terjadilah perkelahian antara orang alim tadi dengan iblis. Kalau melihat perbedaan badannya, seharusnya orang alim itu dengan mudah boleh dibinasakan. Namun ternyata iblis menyerah kalah, meminta-minta ampun. Kemudian dengan berdiri menahan kesakitan dia berkata,
“Tuan, maafkanlah kekasaran saya. Saya tak akan berani lagi mengganggu tuan. Sekarang pulanglah. Saya berjanji, setiap pagi, apabila Tuan selesai menunaikan shalat Subuh, di bawah tikar shalat Tuan saya sediakan uang emas empat dinar. Pulang saja, jangan teruskan niat Tuan itu dulu,”

Mendengar janji iblis dengan uang emas empat dinar itu, lunturlah kekerasan tekad si alim tadi. Ia teringatkan isterinya yang hidup kekurangan. Ia teringat akan tuntutan isterinya setiap hari. Setiap pagi empat dinar, dalam sebulan saja dia sudah bisa menjadi orang kaya. Mengingatkan desakan-desakan isterinya itu maka pulanglah dia. Patah niatnya yang semula hendak memberantas kemungkaran.

Demikianlah, semenjak pagi itu isterinya tidak pernah marah lagi.
Hari pertama, ketika si alim selesai shalat, dibukanya tikar shalatnya. Betul di situ tergeletak empat benda berkilat, empat dinar uang emas. Dia meloncat riang, isterinya gembira.

Begitu juga hari yang kedua. Empat dinar emas.

Ketika pada hari yang ketiga, matahari mulai terbit dan dia membuka tikar shalat, masih didapatinya uang itu. Tapi pada hari keempat dia mulai kecewa. Di bawah tikar sembahyangnya tidak ada apa-apa lagi keculai tikar pandan yang rapuh. Isterinya mulai marah karena uang yang kemarin sudah dihabiskan sama sekali. Si alim dengan lesu menjawab,
“Jangan kuatir, esok barangkali kita bakal dapat delapan dinar sekaligus.”

Keesokkan harinya, harap-harap cemas suami-isteri itu bangun pagi-pagi. Selesai shalat dibuka tikar sejadahnya kosong.
“Kurang ajar. Penipu,” teriak si isteri.
“Ambil kapak, tebanglah pohon itu.”
“Ya, memang dia telah menipuku. Akan aku habiskan pohon itu semuanya hingga ke ranting dan daun-daunnya,” sahut si alim itu.

Maka segera ia mengeluarkan keledainya. Sambil membawa kapak yang tajam dia memacu keledainya menuju ke arah pohon yang syirik itu.

Di tengah jalan iblis yang berbadan tinggi besar tersebut sudah menghalang. Katanya menyorot tajam,
“mau ke mana kamu?” herdiknya menggegar.
“mau menebang pohon,” jawab si alim dengan gagah berani.
“Berhenti, jangan lanjutkan.”
“Bagaimanapun juga tidak boleh, sebelum pohon itu tumbang.”

Maka terjadilah kembali perkelahian yang hebat. Tetapi kali ini bukan iblis yang kalah, tapi si alim yang terkulai. Dalam kesakitan, si alim tadi bertanya penuh heran,
“Dengan kekuatan apa engkau dapat mengalahkan saya, padahal dulu engkau tidak berdaya sama sekali?”
Iblis itu dengan angkuh menjawab,
“Tentu saja engkau dahulu bisa menang, karena waktu itu engkau keluar rumah untuk Allah, demi Allah. Andaikata kukumpulkan seluruh belantaraku menyerangmu sekalipun, aku takkan mampu mengalahkanmu. Sekarang kamu keluar dari rumah hanya karena tidak ada uang di bawah tikar sajadahmu. Maka biarpun kau keluarkan seluruh kemampuanmu, tidak mungkin kamu mampu menjatuhkan aku. Pulang saja. Kalau tidak, kupatahkan nanti batang lehermu.”
Mendengar penjelasan iblis ini si alim tadi termangu-mangu.
Ia merasa bersalah, dan niatnya memang sudah tidak ikhlas karena Allah lagi. Dengan terhuyung-hayang ia pulang ke rumahnya. Dibatalkan niat semula untuk menebang pohon itu.
Ia sadar bahwa perjuangannya yang sekarang adalah tanpa keikhlasan karena Allah, dan ia sadar perjuangan yang semacam itu tidak akan menghasilkan apa-apa selain dari kesia-siaan yang berkelanjutan. Sebab tujuannya adalah karena harta benda, mengatasi keutamaan Allah dan agama. Bukankah berarti ia menyalahgunakan agama untuk kepentingan hawa nafsu semata-mata ?
“Barangsiapa di antaramu melihat sesuatu kemungkaran, hendaklah (berusaha) memperbaikinya dengan tangannya (kekuasaan), bila tidak mungkin hendaklah berusaha memperbaikinya dengan lidahnya (nasihat), bila tidak mungkin pula, hendaklah mengingkari dengan hatinya (tinggalkan). Itulah selemah-lemah iman.” [Hadith Riwayat Muslim]