Cari Artikel

Kata Mutiara Cinta Penuh Makna




1751. Seorang yang buta, sambil mengetokkan tongkatnya ke tanah dan dengan menangis dia berkata:
"Cinta adalah kabut tebal, yang menyelimuti jiwa pada semua sisinya dan menyelubungi gambaran keberadaan dirinya, atau yang membuatnya hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana di antara batu karang, tuli terhadap suara-suara dari tangisnya sendiri yang menggema di lembah-lembah"

1752. Seorang anak kecil berumur 5 tahun sambil tertawa dan berkata,
"Cinta adalah ayahku, dan cinta adalah ibuku. Hanya ayah dan ibuku yang mengetahui tentang cinta"

1753. Setelah melakukan semua ini, dia tersenyum dan dari balik kata-katanya yang lembut dan ungkapan cintanya, dia sembunyikan syahwat dan nafsu hewaniah.

1754. Apakah kau melihat sesuatu kebaikan dalam diriku, kekasihku? Dan apakah kau memerlukan kebaikan? Kata-kata melukai dengan kemanisan, jadi apa seharusnya jawabanku? Andaikan dalam diriku memang ada sesuatu yang kau butuhkan, sahabatku, maka diriku milikmu seluruhnya. Kebaikan bukan dengan sendirinya kebajikan; ini lawan kata kebodohan. Dapatkah kebodohan tinggal di tempat yang penuh kasih sayang?

1755. Cinta di antara roh seperti anggur dalam piala kristal, muncul menjadi air tetapi kebenaran adalah kehidupan.

1756. Tuhanku, arah tujuanku adalah kepuasanku; aku adalah hari kemarinmu dan Dikau adalah hari esokku. Aku adalah akarmu di bumi dan Dikau adalah bungaku di langit, dan bersama-sama kita tumbuh di depan wajah matahari.

1757. Setiap orang pasti akan teringat akan cinta pertamanya dan mencoba menangkap kembali hari-hari yang asing itu, yang kenangannya mengubah perasaan di relung hatinya dan membuatnya begitu bahagia di balik segala kepedihan misterinya.

1758. Aku adalah ombak. Aku dan pantai adalah sepasang kekasih. Angin menyatukan dan memisahkan kami. Aku datang dari atas temaram, untuk menggabungkan perak buihku dengan emas pasirnya, dan kusejukkan jiwanya yang membara dengan kelembabanku. Menjelang fajar kubacakan dalil gairah buat kekasihku, dan ia menarikku ke dadanya. Di senja hari kunyanyikan doa kerinduan, dan ia memelukku.

1759. Sebab sebagaimana cinta memahkotaimu, demikian pula dia akan menyalibmu. Demi pertumbuhanmu, begitu pula demi pemangkasanmu. Sebagaimana dia membumbung, mengecup puncak-puncak ketinggianmu, membelai mesra ranting-ranting terlembut yang bergetar dalam cahaya matahari, demikian pula ia menghujam ke dasar akarmu, mengguncang-guncangnya dari ikatanmu dengan tanah.

1760. Alangkah buruknya kasih sayang yang meletakkan batu di satu sisi bangunan dan menghancurkan dinding di sisi lainnya.

1761. Cinta yang tidak memperbarui dirinya setiap hari akan menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi perbudakan.

1762. Setiap kali mendamba hati lain, hati yang bisa diajak untuk bersama-sama mereguk madu kehidupan dan menikmati kedamaian, sekaligus melupakan penderitaan hidup.

1763. Kita ini satu, kekuatanmu. Kau telah memasuki diriku dan salah satu dari kita tidak bisa memutus hubungan tanpa menghancurkan yang lain. Hubungan ini menjadi milik diri kita yang lebih besar. Aku tidak bisa berpikir, berimajinasi, mencipta dan bekerja tanpa kau, lebih dari pada tanpa diriku sendiri. Dan suatu hubungan harus kuat memikul derita seperti hubungan kita, dan menahan goncangan sedemikian rupa seperti masa-masa menyakitkan yang sudah kita lewati. Tetapi tanpa masa-masa menyakitkan itu, kukira hubungan ini tidak akan jadi begitu indah.

1764. Pandangan pertama kekasih adalah seperti sang jiwa yang digerakkan di atas permukaan air, yang dialirkan ke langit dan ke bumi. Pandangan pertama teman hidup menggemakan kata-kata Tuhan, "Biarkan saja apa adanya..".

1765. Jiwa yang penuh penderitaan menemukan ketenteraman saat disatukan dengan jiwa lain serupa. Mereka saling memeluk dengan mesra, seperti orang asing yang terhibur tatkala melihat orang asing lain di tempat yang jauh. Hati yang dipersatukan melalui perantaraan duka cita tidak akan terpisahkan oleh semaraknya kebahagiaan. Cinta yang dibasuh dengan air mata akan suci dan indah selamanya.

1766. Hidup manusia tidaklah bermula dari dalam kandungan dan tidak pernah berakhir di liang kubur. Dan cakrawala yang penuh oleh rembulan dan bintang-bintang ini tidaklah ditinggalkan oleh jiwa yang mencintai dan roh-roh yang berdasarkan gerak nurani.

1767. Orang-orang yang oleh cinta tidak diberi sayap tidak akan bisa terbang di balik awan untuk melihat dunia magis, di mana jiwaku dan jiwa kekasihku hidup bersama-sama di satu kebahagiaan yang menyedihkan. Mereka yang tidak dipilih oleh cinta mendengarkan ketika cinta memanggil-manggil.

1768. Kita akan melampaui senja, secara kebetulan membangunkan fajar dari dunia lain. Tapi cinta akan tetap tinggal, dan bekas-bekas jarinya takkan terhapus. Direstui menempa pembakaran, berloncatan bunga-bunga api, dan tiap bunga api adalah sebuah matahari. Itu lebih baik bagi kita, lebih arif, menemukan sebuah bayangan yang tersangkut dan tidur di bumi kedewasaan kita, dan biarkan cinta, manusia dan papa, memimpin hari yang akan tiba.

1769. Rasa cinta adalah hiburanku yang kala malam mendendangkan lagu-lagu kebahagiaan, membangunkanku di kala fajar, untuk mengungkap makna hidup. Cinta yang dianugerahkan oleh Tuhan dan terbebas dari rasa dengki karena harta, tak pernah menyakiti raga karena ia ada dalam jiwa. Ia adalah pertalian kokoh yang memandikan jiwa dalam ketabahan, yang mengisi jiwa dengan karunia. Kelembutan hati yang menciptakan harapan tanpa membingungkan jiwa. Keelokan yang mengubah bumi menjadi surga dan mengubah kehidupan ini menjadi mimpi indah.

1770. Cinta berlalu di depan kita, terbalut dalam kerendahan hati, tetapi kita lari darinya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejar, untuk berbuat jahat atas namanya.

1771. Cinta hanya mengajarkan untuk melindungimu bahkan dari dirimu sendiri. Adalah cinta, yang bebas dari api, yang menahanku dari mengikutimu pergi ke tempat yang jauh. Cinta membunuh hasratku sehingga engkau bisa hidup bebas dan benar. Cinta yang terbatas mencari kepemilikan dari orang yang dicintai, namun cinta yang tak terbatas hanya mencari dirinya.

1772. Kekasihku, aku ingin engkau mencintaiku sebagai seorang penyair yang mencintai pikiran-pikiran yang selalu sedih. Aku ingin engkau mengingatku seperti musafir yang mengingat sebuah danau tenang di mana ia melihat bayang-bayang wajahnya terpantul, sebelum ia meneguk airnya. Aku ingin engkau mengingatku seolah-olah engkau seorang ibu yang tidak bisa melupakan putrinya yang mati saat ia masih kecil, sebelum ia mampu melihat cahaya.

1773. Cinta bukanlah kelemahlembutan atau kemurahan hati, atau apa saja dari kebaikan-kebaikan yang diberikan atau tidak diberikan dengan panjang lebar. Cinta adalah membagi, memahami, memberikan kebebasan, menjawab panggilan dan; Cinta adalah kehidupan.

1774. Cinta adalah sarana untuk memahami dua jiwa. Ia bukan kata yang datang dari bibir dan lidah yang membawa hati bersama-sama. Tidak ada yang lebih besar dan suci dari pada apa yang diucapkan mulut. Dia memancarkan jiwa kita, bisikan hati kita. Dan membawa keduanya bersama-sama.

1775. Hidup tanpa cinta laksana sebuah pohon tanpa bunga dan buah. Cinta tanpa keindahan laksana bunga tanpa keharuman dan laksana buah tanpa biji. Hidup, cinta, dan keindahan adalah tiga perkara dalam satu inti, yang berdiri sendiri, mutlak dan tidak bisa dipindahkan atau diubah.

1776. Kasih, api cinta itu turun dari langit dalam berbagai bentuk dan rupa, namun pengaruh mereka di dunia adalah satu.

1777. Cinta adalah racun mematikan, nafas ular hitam berbisa yang menderita di neraka, terbang melayang dan berputar menembus langit sampai dia jatuh tertutup embun, hanya untuk diminum oleh roh-roh yang haus. Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat, diam selama satu tahun, dan mati untuk selamanya.

1778. Disinilah cinta mulai menerjemahkan prosa kehidupan ke dalam himne yang digubah oleh malam, dan dinyanyikan oleh pagi. Di sinilah cinta menyingkapkan cadar, dan menerangi lekuk-lekuk hati, menciptakan puncak kebahagiaan kala suma menyembah Tuhan.

1779. Banyak hal yang kucintai, tetapi ternyata dibenci orang-orang. Sedangkan hal-hal yang kubenci, ternyata mereka cintai. Hal-hal yang kucintai saat masih kanak-kanak tetap kucintai sampai saat ini. Dan yang kucintai saat ini akan kucintai sampai akhir kehidupan nanti. Sebab menurutku cinta adalah segala yang dapat menghilangkannya dariku.

1780. Andai kata tidak tampak dan tidak terdengar, cahaya dan suara tidak punya arti apa-apa selain berupa kekaburan dan getaran di angkasa. Demikian pula, apabila cinta tidak terasa dalam hati, yang ada hanya debu yang tertip dan terberai oleh angin.

1781. Dua belas tahun? katamu dua belas tahun, kekasihku? Aku tidak mengukur kerinduanku dengan sebuah tongkat yang berkilauan. Aku juga tidak mampu mengucapkan kedalamannya. Sebab cinta adalah kerinduan yang mentahbiskan ukuran waktu.

1782. Cintaku padamu, wahai kekasih, akan tetap ada hingga akhir hidupku, dan setelah mati Tangan Tuhan akan mempersatukan kita kembali.

1783. Setelah kami dewasa, cinta tumbuh di antara kami sampai menjadi pemilik mutlak, yang kami layani dengan kasih sayang dari kedua hati kami. Cinta menghela kami kepadanya, dan kami memuliakan jiwa kami yang paling dalam, dan cinta merangkul kami.

1784. Didekat mereka terdapat sebuah batu, di mana terukir kalimat "Cinta telah menyatukan kami, lalu siapa yang dapat memisahkan kami? Kematian telah menjemput kami, lalu siapa yang dapat membawa kami kembali?".

1785. Aku mencintai kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau. Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita.

1786. Cintanya penuh dengan kedamaian seperti damainya alam. Dia tak memiliki alasan untuk menyesuaikan diri denganmu, tidak pula memberimu pilihan untukmu. Engkau hanya melihat kenyataan seperti Alam. Engkau nyata dan dia juga nyata, dua kekuatan yang saling mencintai.

1787. Tak ada yang lebih indah dari pada hari-hari yang dihiasi cinta. Tak ada yang lebih menyakitkan daripada malam-malam yang penuh ketakutan, karena ditinggal cinta.

1788. Cinta yang terbatas ingin memiliki yang dicintai, tapi cinta yang tak terbatas hanya terbatas menginginkan cinta itu sendiri, cinta yang tumbuh dalam perpaduan kenaifan dan gairan masa muda, memuaskan diri dengan memiliki dan tumbuh dengan pelukan. Tapi cinta yang dilahirkan bersama segala rahasia malam tidak pernah puas dengan apa pun selain keabadian dan kelestarian dan ia hanya membungkuk dan patuh kepada Tuhan.

1789. Cinta adalah sebuah racun yang mematikan yang dipatukkan ular hitam berbisa, dengan gerak pelan sekali dari gua-gua neraka. Racun tampak segar laksana embun. Jiwa-jiwa kehausan melahapnya dengan tidak sabar, namun setelah itu jiwa-jiwa itu akan keracunan, sakit dan mati. Kematian yang perlahan-lahan.

1790. Cinta adalah anggur yang dihidangkan oleh pengantin perempuan waktu fajar, yang menguatkan jiwa-jiwa teguh dan memungkinkan mereka menuruni bintang gemintang.

1791. Cinta tak memberikan apapun, kecuali keseluruhan dirinya, utuh penuh, dia pun tak mengambil apa-apa, kecuali dari dirinya sendiri. Cinta tak memiliki ataupun dimiliki. Karena cinta telah cukup untuk cinta.

1792. Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia, karena cinta membangkitkan semangat yang hukum-hukum kemanusiaan dan gejala-gejala alamipun tak bisa mengubah perjalanannya.

1793. Jangan anggap cinta datang dari persahabatan yang lama dan hubungan akrab. Cinta adalah anak keturunan kecocokan jiwa. Dan jika kecocokan itu tidak ada, cinta tak akan pernah tumbuh, dalam hitungan tahun bahkan generasi.

1794. Cinta kasih di dalam hati itu terbagi-bagi bagaikan dahan-dahan pohon cedar. Jika pohon itu kehilangan satu dahan yang kuat, ia akan menderita namun tidak mati. Pohon itu akan menumpahkan seluruh daya hidupnya ke dalam dahan berikutnya, sehingga ia akan tumbuh dan mengisi tempat yang kosong.

1795. Cinta adalah cahaya gaib yang dipancarkan dari inti yang membakar jiwa dan menyinari sekeliling bumi. Sehingga memungkinkan kami merasa hidup laksana mimpi indah di antara keterjagaan yang satu dengan yang lain.

1796. Cinta membuat jalan keras menjadi lunak dan membalikkan kegelapan menjadi cahaya, serta kehormatan yang berada di hadapan jiwa menggalakkannya dari gairah dan keinginannya. Cinta diberikan Tuhan dalam hati. Kehormatan dicurahkan oleh hukum-hukum manusia menuju pikiran.

1797. Tak ada kekuatan di dunia ini dapat mengingkari kebahagiaanku, karena kebahagiaanku lahir dari pelukan dua roh yang disatukan dengan sikap saling memahami dan dipadukan oleh cinta.

1798. Janganlah menangis, Kekasihku. Cinta tercipta untuk membuat mata-mata kita dan menjadikan kita pelayannya, agar kita mendapat anugerah kekuatan dan ketabahan. Hentikan airmatamu, karena kita telah mengangkat sumpah.

1799. Hanya dengan cinta yang indah kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan dan duka perpisahan. Aku tidak mempunyai pilihan lain kecuali berjuang setiap hari sampai kutemukan harta yang layak kuserahkan padamu, harta untuk membantu kita dalam mengarungi peziarahan hidup kita.

1800. Kau punya banyak kekasih, tapi hanya aku yang mencintaimu. Lelaki lain mencintai diri sendiri. Ketika berdekatan denganmu, aku mencintaimu dalam dirimu sendiri. Lelaki lain melihat kecantikan dalam dirimu yang akan memudar lebih cepat dari pada usia mereka mereka sendiri. Tapi aku melihat dalam dirimu kecantikan yang tak akan memudar, dan pada musim gugur usiamu, kecantikan itu tidak takut menatap dirinya sendiri dalam cermin, dan tak akan dicela. Hanya aku yang mencintai yang tak tampak dalam dirimu.

Akibat Tidak Mengeluarkan Zakat



Sekelompok tabiin (mereka yang berguru pada sahabat Nabi SAW) mengunjungi seorang tabiin lainnya yang bernama Abu Sinan. Tetapi belum sempat berbincang, Abu Sinan berkata,
“Mari ikut bersamaku bertakziah pada tetanggaku yang saudaranya meninggal!!”

Mereka segera beranjak ke rumah tetangga Abu Sinan, dan mendapati lelaki itu menangis mengeluhkan keadaan saudaranya yang telah meninggal dan dimakamkan. Para tabiin itu berusaha menghibur dan menyabarkannya dengan berkata,
”Tidakkah engkau tahu bahwa kematian itu adalah sebuah jalan dan kepastian yang tidak bisa dihindarkan?”
Lelaki itu berkata,
“Memang benar, tetapi aku menangisi saudaraku yang kini menghadapi siksa kubur!!”

Sesaat mereka saling berpandangan, kemudian berkata,
“Apakah Allah memperlihatkan kepadamu tentang berita ghaib?”
Ia berkata,
“Tidak, tetapi saat selesai memakamkannya dan orang-orang meninggalkan kuburnya, aku duduk sendirian meratakan tanah kuburan sambil mendoakannya. Tiba-tiba terdengar suara dari dalam tanah : …aach, mereka meninggalkan aku sendirian menghadapi siksa ini, padahal aku benar-benar telah berpuasa, aku benar-benar telah melaksanakan shalat….”

Sesaat lelaki itu terdiam berusaha menahan isak tangisnya, lalu berkata lagi,
“Mendengar perkataan itu, aku jadi menangis dan menggali lagi kuburannya untuk melihat apa yang sedang dihadapinya. Aku melihat api menjilat-jilat di sana, dan di lehernya melingkar sebuah kalung dari api. Rasa sayang dan kasihan membuatku ingin mengurangi deritanya, maka aku mengulurkan tangan untuk melepas kalung api itu, tetapi tangan dan jari-jemariku justru tersambar api sebelum sempat menyentuhnya!!”

Ia menunjukkan tangannya yang tampak menghitam bekas terbakar, dan berkata lagi,
“Aku segera menutup kembali kuburnya, dan terus menerus bersedih, menangis dan menyesali keadaan dirinya.!!”
Mereka berkata,
“Sebenarnya apa yang telah dilakukan saudaramu di dunia hingga mendapat siksa kubur seperti itu?”
Ia berkata, “Dia tidak mengeluarkan zakat hartanya!!”

Salah seorang dari para tabiin itu yang bernama Muhammad bin Yusuf al Qiryabi berkata,
“Peristiwa itu membenarkan firman Allah SWT:
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Ali Imran 180)… Sedangkan saudaramu itu disegerakan siksanya di alam kubur hingga hari kiamat tiba….”

Para tabiin itu berpamitan, dan mereka mengunjungi sahabat Nabi SAW, Abu Dzarr al Ghifari. Mereka menuturkan kisah lelaki tetangga Abu Sinan itu, dan menutup ceritanya dengan pertanyaan, “…. Kami telah banyak melihat orang-orang Yahudi, Nashrani dan Majusi mati, tetapi kami tidak pernah mendengar cerita yang seperti ini!!”
Abu Dzarr berkata,
“Mereka (kaum Yahudi, Nashrani dan Majusi) telah jelas tempatnya di neraka, adapun Allah memperlihatkan keadaan orang-orang yang beriman (yang mengalami siksa) itu kepada kalian, agar kalian dapat mengambil ibarat (pelajaran). Bukankah Allah telah berfirman: Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka Barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudaratannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara kamu. (QS al An’am 104)….!!”

5 Wasiat Allah SWT Kepada Rasulullah SAW



Dari Nabi SAW,
"Pada waktu malam saya diisra'kan sampai ke langit, Allah SWT telah memberikan lima wasiat, antaranya:
Janganlah engkau gantungkan hatimu kepada dunia karena sesungguhnya Aku tidak menjadikan dunia ini untuk engkau.
Jadikan cintamu kepada-Ku sebab tempat kembalimu adalah kepada-Ku.
Bersungguh-sungguhlah engkau mencari syurga.
Putuskan harapan dari makhluk kerana sesungguhnya mereka itu sedikitpun tidak ada kuasa di tangan mereka.
Rajinlah mengerjakan sembahyang tahajjud kerana sesungguhnya pertolongan itu berserta qiamullail."

Ibrahim bin Adham berkata,
"Telah datang kepadaku beberapa orang tetamu, dan saya tahu mereka itu adalah wakil guru tariqat. Saya berkata kepada mereka, berikanlah nasihat yang berguna kepada saya, yang akan membuat saya takut kepada Allah SWT.
Lalu mereka berkata,
"Kami wasiatkan kepada kamu 7 perkara, yaitu :
1. Orang yang banyak bicaranya janganlah kamu harapkan sangat kesedaran hatinya.
2. Orang yang banyak makan janganlah kamu harapkan sangat kata-kata himat darinya.
3. Orang yang banyak bergaul dengan manusia janganlah kamu harapkan sangat kemanisan ibadahnya.
4. Orang yang cinta kepada dunia janganlah kamu harapkan sangat khusnul khatimahnya.
5. Orang yang bodoh janganlah kamu harapkan sangat akan hidup hatinya.
6. Orang yang memilih berkawan dengan orang yang zalim janganlah kamu harapkan sangat kelurusan agamanya.
7. Orang yang mencari keredhaan manusia janganlah harapkan sangat akan keredhaan Allah daripadanya."

Hati Yang Mati | Qalbun Mayyit



Ada 2 ciri utama hati yang mati, yaitu:
‪1. Selalu menolak akan kebenaran dari Allah.
‪2. Selalu melakukan kerusakan / berlaku zhalim kepada sesama makhluk hidup bahkan terhadap dirinya sendiri.

‪Hati yang mati secara tersirat disinggung dalam surat Al-Baqarah ayat 7 yang artinya;
“Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang berat”.

Serta dalam riwayat Ibrahim bin Adam atau dikenal juga dengan nama Abu Ishaq, yang sedang berjalan dipasar Bashrah, lalu orang-orang mengerumuninya dan seraya bertanya:
"Wahai Abu Ishaq, sudah sejak lama kami memanjatkan do'a kepada Allah, tetapi mengapa do'a-do'a kami tidak di kabulkan? Padahal Allah telah berfirman dalam kitab-Nya; "Berdo'alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan do'a kalian." (QS.Ghoofir : 60).
‪Lalu Abu Ishaq menjawab, "Hal itu dikarenakan hati kalian telah mati dengan sepuluh perkara berikut:
1. Kalian mengenal Allah tetapi kalian tidak menunaikan kewajibannya.
2. Kalian mengakui mencintai Rasulullah, tapi kalian meninggalkan sunnahnya.
3. Kalian membaca Al-Qur’an, tapi kalian tidak mengamalkan isi kandungannya.
4. Kalian sangat banyak diberi nikmat karunia, tapi kalian tidak mensyukurinya.
5. Kalian selalu mengatakan bahwa syetan itu musuh kalian, tetapi kalian mengikuti langkahnya.
6. Kalian mempercayai surga itu ada, tetapi kalian tidak berbuat amal untuk mengantarkannya kesana.
7. Kalian mempercayai neraka itu ada, tetapi kalian tidak lari dari panas siksanya.
8. Kalian mengakui bahwa kematian itu benar adanya, tetapi kalian tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
9. Kalian sibuk mengurusi kekurangan orang lain, akan tetapi lupa pada kekurangan diri sendiri.
10. Kalian mengubur jenazah, akan tetapi tidak mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut.

Wallahu'alam...

Qa'is Bin Sa'd Bin Ubadah RA



Qa'is bin Sa'd bin Ubadah, seorang pemuda Anshar putra dari seorang sahabat dan pemuka kaum Khazraj. Ayahnya, Sa'd bin Ubadah bin Dulaim telah memeluk Islam pada Ba'iatul Aqabah kedua.

Ketika Nabi SAW telah tinggal di Madinah, Sa'd membawa anaknya Qa'is kepada beliau untuk memeluk Islam, kemudian ia berkata,
"Ini adalah khadam (pelayan) anda, Ya Rasulullah!!"
Beliau memandanginya cukup lama, kemudian merangkul dan mendekatkannya pada beliau. Setelah itu ia selalu mendapat tempat yang dekat dengan Rasulullah.

Anas bin Malik, seorang sahabat yang juga diserahkan ibunya, Ummu Sulaim untuk menjadi pelayan Rasulullah SAW, berkata mengenai kedekatan Qa'is tersebut,
"Kedudukan Qa'is bin Sa'd di sisi Nabi SAW, tak ubahnya seorang ajudan/pengawal…"

Qa'is bin Sa’d mempunyai kedudukan yang mulia di kalangan kaumnya, sebagaimana kedudukan orang tuanya. Dalam usia mudanya ia tidak seperti seorang pemuda pada umumnya, ia telah mewarisi sifat-sifat yang mulia dari keluarganya, terutama sifat dermawan dan pemurah. Karena sifatnya ini, Abu Bakar dan Umar pernah memperbincangkannya, "Kalau kita biarkan pemuda ini dengan kedermawanan dan kepemurahannya, pastilah akan tandas (habis sama sekali) kekayaan orang tuanya….!"

Ketika pembicaraan tersebut sampai kepada Sa'd bin Ubadah, ia berkata,
"Siapakah yang dapat membela/memberi hujjah diriku atas Abu Bakar dan Umar? Diajarkannya anakku bersikap kikir dengan memakai namaku…!"

Pernah Qa'is memberi pinjaman kepada temannya yang sedang kesulitan dalam jumlah cukup besar.
Pada hari yang disepakati untuk membayar, temannya tersebut datang kepadanya untuk mengembalikan pinjamannya. Tetapi Qa'is menolaknya sambil berkata,
"Kami tidak pernah menerima kembali, apa-apa yang telah kami berikan….!"

Ternyata dermawan dan pemurah merupakan sifat turun temurun dari keluarga besarnya. Qa'is sendiri sejak kecil tinggal bersama kakek buyutnya, Dulaim bin Haritsah. Kakek buyutnya ini mempunyai kebiasaan menyuruh seseorang berdiri di tempat ketinggian dan memanggil orang-orang untuk makan siang bersama mereka. Dan di malam harinya, ia menyuruh seseorang menyalakan api sebagai petunjuk bagi musafir dan pejalan malam lainnya, sekaligus mengundang mereka untuk makan malam di tempatnya. Sehingga saat itu sudah menjadi pembicaraanumum, "Siapa yang ingin makan lemak dan daging, silakan mampir ke perkampungan Dulaim bin Haritsah!!"

Selain dermawan dan pemurahnya, sifat yang menonjol dari Qa'is adalah kemampuan untuk berdiplomasi dan menyusun suatu strategi, serta membuat tipu muslihat yang sangat lihai karena kecerdikannya. Sebelum Islam masuk Madinah, ia menjadi seorang yang ditakuti karena kemampuannya tersebut. Siapa saja yang berkonflik dan bermasalah dengan dirinya, pastilah ia akan terkalahkan. Tiada suatu kesulitan dan halangan yang menghadang langkahnya, pastilah ia mampu mencari jalan keluarnya.

Setelah memeluk Islam, dan mendapat didikan langsung dari Nabi SAW karena diserahkan orang tuanya untuk menjadi pelayan beliau, ia membuang jauh semua kebiasaannya tersebut, walau bukan berarti ia kehilangan kecerdikannya. Tetapi kecerdikannya saat itu disempurnakan dengan sifat kebenaran dan kejujuran, tidak lagi diarahkan untuk kemenangan, kemegahan, keuntungan dan nilai duniawiah semata-mata. Qa'is bin Sa'd pernah berkata tentang kemampuannya tersebut,
"Kalau bukan karena Islam, saya sanggup membuat tipu muslihat yang tidak dapat ditandingi oleh orang Arab manapun!!"

Qa’is juga pernah berkata,
"Kalau tidaklah aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Tipu daya dan muslihat licik itu di neraka, tentulah aku orang yang paling lihai di antara umat ini…..!"

Seperti dikatakan sahabat Anas bahwa Qa'is ini tak ubahnya ajudan Nabi SAW, maka ia tak pernah tertinggal dalam pertempuran bersama beliau, seperti halnya para sahabat beliau lainnya. Begitu juga dengan masa khalifah pengganti beliau, sehingga pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib yang diwarnai dengan pertikaian dengan Muawiyah bin Abu Sufyan.
Qa'is akhirnya memilih berpihak kepada Ali karena ia melihatnya berada di jalan kebenaran.

Khalifah Ali sempat mengangkatnya sebagai gubernur di Mesir, tetapi kemudian ia dicopot dari jabatannya tersebut karena suatu fitnah. Tidaklah menjadi masalah ia kehilangan jabatan, hanya saja kemudian ia tahu bahwa fitnah yang mengenai dirinya itu merupakan siasat dan muslihat dari Muawiyah, sebagai pembalasan karena gagal menarik dirinya menjadi pendukungnya dan memilih berpihak kepada Ali. Bagi Muawiyah, letak geografis Mesir yang tidak jauh dari Syam, bisa membahayakan kedudukannya kalau yang menjadi gubernurnya adalah Qa'is bin Sa'd, seorang yang cerdik, ahli strategi dan sangat lihai dalam tipu muslihat.

Sebenarnya amat mudah bagi Qa'is jika ingin membalas muslihat Muawiyah dengan muslihat pula, tetapi ia tidak melakukannya.
Ketika akhirnya pecah beberapa pertempuran, ia berdiri tegak membela Ali, bahkan ia menjadi pembawa panji kaum Anshar yang berjuang dengan gagah berani tanpa takut mati. Perang Nahrawan, perang Jamal dan perang Shiffin semuanya diikutinya.

Pada perang Shiffin, ia melihat dengan sangat jelasnya strategi dan muslihat Muawiyah yang cenderung menghalalkan segala cara. Karena itu ia sempat merancang strategi dan muslihat balasan yang untuk bisa membinasakan Muawiyah dan pengikut-pengikutnya. Ia berfikir bahwa semua itu dilakukannya untuk membela Ali yang memang berada di jalan kebenaran. Tetapi tiba-tiba saja ia teringat akan Firman Allah Surah Fathir ayat 43, "Dan tipu daya yang jahat itu akan kembali menimpa orang yang merancangnya sendiri…."

Qa’is tersentak kaget dan seketika sadar, dibatalkannya semua rencana yang telah disusunnya, kemudian ia bertobat mohon ampunan Allah. Kemudian ia berkata,
"Demi Allah, seandainya Muawiyah bisa mengalahkan kita dalam peperangan ini, kemenangannya itu bukan karena kepintarannya, tetapi hanyalah karena kesalehan dan ketakwaan kita….!"