Cari Artikel

Berkah Istiqomah Di Bulan Rajab



Ada seorang wanita yang tinggal di sekitar Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis), ia mempunyai kebiasaan (amalan) unik. Jika datang Bulan Rajab, salah satu dari bulan yang dimuliakan Allah seperti disitir dalam QS At Taubah ayat 36, ia i’tikaf di Masjidil Aqsha dengan memakai pakaian (selimut) bulu, pakaian paling sederhana saat itu, dan ia membaca dzikr surat al Ikhlas (Qul huwallahu ahad, dst…) sebanyak 12.000 kali. Ia tidak pernah meninggalkan kebiasaan amalannya itu setiap kali Bulan Rajab datang, hingga kematian menjemputnya.

Bulan Rajab memang bulan yang penuh keberkahan. Nabi SAW pernah bersabda, bahwa Bulan Rajab adalah Bulan Allah, Bulan Sya’ban adalah Bulanku (Bulan Nabi SAW), dan Bulan Ramadhan adalah Bulan Umatku (Umat Nabi SAW, umat Islam). Setiap memasuki Bulan Rajab, beliau juga mengajarkan doa kepada para sahabat, yaitu : “Allahumma baariklanaa fii rajaaba, wa sya’baana, wa ballighnaa romadhoon.”

Makna dari doa tersebut adalah: Ya Allah, berilah keberkahan kepada kami pada bulan Rajab ini, juga pada Bulan Sya’ban, dan sampaikanlah (panjangkanlah umur) kami kepada Bulan Romadhon.

Mungkin karena ingin menghormati, sekaligus memancing barakah dari Bulan Rajab itu, wanita tersebut menjalankan amalan dzikrnya tersebut secara istiqomah, walaupun tidak ada tuntunan khusus dari Rasulullah SAW atau para sahabat lainnya.

Soal ibadah yang bernama dzikr ini, menurut pendapat mayoritas ulama, memang tidak ada tuntunan khusus seperti halnya ibadah shalat, puasa, wudhu dan lain-lainnya. Setiap orang bisa mengamalkan dzikr kapan saja, dimana saja dan sebanyak apa, sesuai dengan keadaan dan kemampuannya, tidak ada batasan khusus. Perintah Al Qur’an dalam berdzikr hanya bersifat global; Yaa ayyuhal ladziina aamanudzkurullaaha dzikran katsiiran, wa sabbikhuuhu bukratan wa ashiilaa. Hanya saja para ulama menggaris-bawahi, bacaan yang dibaca dalam dzikr itu sebaiknya adalah ayat-ayat (surat) Al Qur’an, kalimat-kalimat thayyibah yang diajarkan Rasulullah SAW, shalawat, dan doa-doa. Nabi SAW memang mengajarkan dzikr khusus pada beberapa momen tertentu, seperti misalnya setelah shalat lima waktu, pada waktu pagi dan sore, dan lain-lainnya, tetapi tidak bersifat wajib, tetapi hanya sunnah saja.

Tidak ada penjelasan pasti bagaimana wanita di Masjidil Aqsha itu menjalankan dzikrnya yang 12.000 surat al Ikhlas itu. Kelihatannya cukup berat, tetapi sebenarnya tidak seperti itu, karena surat al Ikhlas sangat pendek dan mudah dihafalkan. Kalau dijalankan selama sebulan (asumsi sebanyak 30 hari), sebenarnya tidaklah terlalu berat. Dua belas ribu kali, berarti 400 kali per harinya, kalau dibaca setelah shalat lima waktu, berarti 80 kali, dan itu tidak sampai sepuluh menit jika dibaca tartil (tidak terlalu cepat atau lambat).

Ketika usianya makin tua dan ia merasa ajalnya makin dekat, wanita itu berwasiat kepada anak lelakinya, agar nantinya ia dikafani dengan selimut bulu yang biasa dipergunakannya untuk i’tikaf di Baitul Maqdis dan berdzikr dengan surat al Ikhlas pada Bulan Rajab itu. Atau paling tidak, selimut bulu itu disertakan (ikut dikuburkan) ketika ia dimakamkan. Ketika wanita itu meninggal, anak lelakinya itu malu untuk mengkafaninya dengan selimut (pakaian) bulu itu, yang keadaannya sudah tua dan kumal, apalagi ia termasuk orang yang berkecukupan. Ia membeli kain yang berkualitas bagus dan berharga mahal untuk mengkafani jenazah ibunya.

Pada malam harinya, anak lelaki itu bermimpi bertemu ibunya dalam keadaan marah. Ibunya itu berkata, “Aku tidak senang kepadamu karena kamu tidak mau melaksanakan wasiatku!!”

Anaknya itu terbangun dalam keadaan ketakutan. Ia segera mengambil selimut bulu milik ibunya dan segera berangkat ke pemakaman dengan membawa cangkul (atau alat penggali). Ia terus menggali sampai kedalaman tertentu, tetapi ternyata ia tidak menemukan jenazah ibunya. Ia kebingungan sekaligus ketakutan, jangan-jangan ini akibat kesalahannya juga karena tidak melaksanakan wasiat ibunya. Tiba-tiba terdengar hatib (suara tanpa wujud) bergema di sekitarnya, “Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya orang yang berbakti kepada Kami dalam Bulan Rajab, tidak akan Kami biarkan sendirian!!

Ya'juj Dan Ma'juj



Ya’juj dan Ma’juj merupakan salah satu tanda besar akan tibanya hari kiamat, yakni setelah terbunuhnya Dajjal oleh Nabi Isa AS. Namun Ya’juj dan Ma’juj itu sendiri telah ada jauh sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW.

Sebagian ulama menyebutkan bahwa Ya’juj dan Ma’juj merupakan jenis, bangsa atau ras manusia juga yang diturunkan dari salah cucu Nabi Nuh AS, Sanaf bin Yafits bin Nuh, hanya saja tidak diketahui pasti pada generasi yang ke berapa. Yang jelas, bangsa atau ras Ya’juj dan Ma’juj ini mempunyai agresivitas tinggi, yang sifatnya sangat merusak dan menganggu kehidupan manusia lainnya. Mereka suka menyerang dan merampok bangsa-bangsa di sekitarnya, dan bertindak sangat kejamnya, sehingga menjadi momok dan ancaman bagi masyarakat sekitarnya.

Rekaman paling sahih tentang keberadaan Ya’juj dan Ma’juj ini terdapat dalam QS Al Kahfi ayat 92 hingga 98, yang merupakan bagian dari kisah Dzul-Qarnain. Sedang munculnya menjelang kiamat, setelah terbebasnya Ya’juj dan Ma’juj ini dari dinding baja yang dibuat Dzul-Qarnain, disitir dalam QS Al Anbiya ayat 96. Beberapa hadits tentang tanda-tanda kiamat, juga menjelaskan tentang keberadaan Ya’juj dan Ma’juj ini.

Dzul-Qarnain, atau dikenal dengan nama Iskandar Zulkarnain, dalam sejarah terkadang dihubungkan (disamakan) dengan nama Iskandar dari Macedonia atau The Great Alexander, bukanlah seorang Nabi atau Rasul, tetapi seseorang yang memiliki keutamaan dan prestasi luar biasa sehingga namanya diabadikan dalam Al Qur’an. Sebagian riwayat menyebutkan ia hidup pada masa Nabi Isa AS, tetapi ada juga yang menyebutkan sebelumnya, yakni sekitar tahun 300 sebelum Masehi. Ada juga pendapat yang menyebutkan ia hidup sekitar 1500 sebelum Hijriah, atau 900 sebelum Masehi, Wallahu A’lam.

Allah memberikan kepada Dzul-Qarnain keimanan, kecerdasan, kekuatan dan kekuasaan, serta pasukan yang sangat kuat. Ia bisa menaklukkan dan menyatukan wilayah barat (Afrika) hingga wilayah di timur (India), menghapuskan segala macam kedzaliman dan menebarkan keimanan serta kedamaian di wilayah-wilayah tersebut. Kemudian Dzul-Qarnain melanjutkan misinya ke arah utara hingga tiba di suatu negeri yang bergunung-gunung. Ada yang menyebutkan itu di wilayah Turki, atau wilayah Azerbaijan atau Armenia sekarang ini.

Dzul-Qarnain kesulitan melakukan komunikasi dengan penduduk di daerah itu karena mempunyai bahasa yang berbeda, tetapi akhirnya ia memahami kalau masyarakat di sana sering mengalami gangguan dan ancaman dari bangsa Ya’juj dan Ma’juj yang berdiam di antara gunung-gunung yang menjulang tinggi.

Mereka berkata:
"Hai Dzul-Qarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?"

Sejak awal melakukan muhibah ke segala penjuru bumi, Dzul-Qarnain mempunyai misi untuk menyebarkan kebaikan dan keamanan semata-mata karena mengharap keridhoan Allah, tidak karena ambisi kekuasaan, kekayaan dan nama besar. Karena itu ia berkata,
“Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka!!”

Dzul-Qarnain mulai menggerakkan pasukannya untuk membuat proyek dinding atau bendungan yang akan menutup akses Ya’juj dan Ma’juj keluar dari wilayahnya, dengan bantuan penduduk setempat. Ia meminta mereka untuk mengumpukan potongan-potongan besi dan tembaga sebagai bahan pembuatannya. Sebagian ulama menyebutkan, dinding atau bendungan itu terdiri atas dua lapisan besi setinggi dua gunung yang mengapitnya, di tengah-tengahnya dituangkan tembaga yang telah dicairkan dengan panas sangat tinggi.

Entah teknologi atau arsitektur apa yang digunakan Dzul-Qarnain dalam merealisasikan bendungan baja tersebut, sehingga begitu kokohnya hingga dekat datangnya hari kiamat kelak. Tetapi yang jelas, hal itu tidak terlepas dari bimbingan ilham (wahyu) Allah kepadanya. Sikap tawadhu Dzul-Qarnain tampak sekali ketika dinding atau bendungan itu telah selesai dikerjakan. Ia berkata, “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Tuhanku itu adalah benar!!"

Sebagian riwayat menyebutkan, tempat tinggal Ya’juj dan Ma’juj itu adalah jurang yang begitu dalam, terkurung oleh dua gunung yang mendindinginya begitu tinggi, hampir tidak bisa didaki karena begitu licinnya. Di balik gunung-gunung itu hanya batu-batuan yang sangat curam dan terjal, serta lautan luas yang begitu ganas gelombangnya. Setelah jalan keluarnya tertutup dengan dinding yang dibuat oleh Dzul-Qarnain itu, praktis Ya’juj dan Ma’juj terisolasi dari dunia luar, bahkan sinar matahari tidak bisa menembus tempat tinggalnya. Namun demikian, dengan kehendak Allah, mereka tetap bertahan hidup hingga menjelang kiamat kelak, bahkan berkembang biak dengan sangat cepatnya sehingga jumlahnya jauh lebih banyak daripada manusia. 

Sahabat Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Nabi SAW menjelaskan kalau setiap harinya Ya’juj dan Ma’juj itu melakukan penggalian untuk menembus gunung atau dinding baja tersebut. Setelah seharian penuh melakukan penggalian begitu dalam dan jauhnya, bahkan hampir saja mereka bisa melihat sinar matahari, salah satu pemimpinnya akan berkata,
“Berhenti, kembalilah kamu sekalian, kita lanjutkan besok pagi untuk menggalinya!!”

Malam harinya Allah mengembalikan lagi dinding gunung atau bendungan itu seperti semula, sehingga pagi harinya mereka harus menggali lagi dari awal. Ketika mereka telah hampir menembus dan nyaris melihat sinar matahari, lagi-lagi pemimpinnya menghentikan untuk melanjutkan penggalian keesokan harinya. Pada malam harinya Allah mengembalikan galian mereka seperti semula. Begitulah berulang-ulang hingga hari kiamat menjelang, dan memang seperti itulah yang dikehendaki Allah, Ya’juj dan Ma’juj akan muncul ketika kiamat benar-benar telah sangat dekat. 

Sebagian ulama berpendapat, ketika kemunculannya menjelang hari kiamat kelak, Ya’juj dan Ma’juj mempunyai bentuk yang sangat berbeda dengan umumnya manusia sekarang, walau sebenarnya berasal dari ras manusia juga. Mereka terdiri dari tiga bentuk dengan ukuran yang berbeda. Pertama mirip dengan lebah atau pohon besar (al arzi) dengan ukuran yang sangat besar, yakni 120 hasta atau sekitar 60 meter. Kedua ukurannya lebih kecil dan berbentuk persegi panjang dengan daun telinga yang sangat lebar. Ketika tidur, satu telinga dipakai untuk alas dan telinga satunya untuk selimut. Ketiga sangat kecil, tak lebih dari sejengkal saja. Tetapi mereka itu semuanya bercakar, atau kukunya sangat panjang, dan suaranya seperti auman singa atau gonggongan anjing.

Tentu sulit dijelaskan secara ilmiah bagaimana bisa seperti itu, tetapi kalau mengutip Teori Evolusi Darwin, terlepas bahwa kita tidak boleh mempercayai pendapatnya bahwa manusia berasal dari jenis primata atau kera, bisa saja Ya’juj dan Ma’juj mengalami evolusi dan menjalani proses adaptasi sehingga menjadi tiga bentuk dan ukuran yang berbeda seperti itu.
Untuk diketahui, Nabi Adam AS diciptakan Allah setinggi 60 hasta atau sekitar 30 meter, tentunya Nabi Nuh AS tidak jauh berbeda dengan beliau. Tetapi apapun bentuk dan ukurannya, benar atau tidak seperti itu hanyalah Allah saja yang lebih mengetahui, mereka memang disiapkan oleh Allah untuk menjadi tanda besar datangnya kiamat. Dan mereka semua itu hanya akan menjadi penghuni neraka jahanam karena tidak ada satupun yang beriman.

Dalam sebuah hadist cukup panjang tentang tanda-tanda kiamat, dari sahabat Nawwas bin Sim’an, Nabi SAW menceritakan bahwa setelah membunuh Dajjal dan menyelamatkan kaum muslimin dari fitnahnya, Allah berfirman kepada Nabi Isa AS,
“Sesungguhnya Aku akan mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak akan terkalahkan oleh siapapun juga (maksudnya adalah Ya’juj dan Ma’juj), karena itu selamatkanlah mereka (yakni kaum muslimin yang saleh-saleh) ke bukit Thursina…!!”

Maka Nabi Isa membawa kaum muslimin menuju bukit Thursina, dan tak lama setelah itu, atas kehendak Allah, dinding baja yang dibuat Dzul-Qarnain berhasil ditembus oleh Ya’juj dan Ma’juj, yang dengan cepatnya bergerak membanjiri bumi di sekitarnya, seperti digambarkan dalam QS Al Anbiya ayat 96,
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi...”

Walau dalam bentuk yang tidak lazim seperti manusia, tetapi Ya’juj dan Ma’juj itu juga bersenjata semacam panah. Mereka merusak, menyerang dan menghancurkan apapun yang mereka temui. Manusia dan binatang-binatang yang telah terbunuh, kecil ataupun besar, langsung dimakannya mentah-mentah. Bahkan jika ada sesamanya dari Ya’juj dan Ma’juj yang mati, mereka memakannya juga, dan tidak ada dari mereka yang mati kecuali telah menurunkan (berkembang biak) paling tidak seribu orang. Ketika melalui danau Thabariyah yang begitu luas dan penuh airnya, mereka meminumnya hingga habis dalam sekejab, bahkan bagian belakang dari pasukan Ya’juj dan Ma’juj ini mendapatinya dalam keadaan kering, dan berkata, “Tentunya di sini ada air sebelumnya!!”
Hampir seluruh penjuru bumi telah diserang dan dipenuhi oleh Ya’juj dan Ma’juj, kecuali empat tempat, Makkah, Madinah, Baitul Maqdis dan bukit Thursina. Sama seperti ketika Dajjal menjelajah bumi, empat tempat itu dijaga ketat oleh para malaikat sehingga mereka tidak mampu memasukinya. Di tempat lainnya, hampir tidak ada manusia yang bertahan hidup, atau kalaupun ada, mereka merasakan kesengsaraan yang luar biasa. Tidak ada sungai, danau atau sumber air lainnya kecuali telah mengering dihabiskan airnya. Begitu juga hampir tidak ada pepohonan dan tanam-tanaman, atau sumber makanan lainnya kecuali telah dirusak, dihancurkan atau dihabiskan oleh mereka ini. Bahkan orang-orang yang bertahan hidup di empat tempat tersebut, termasuk Nabi Isa AS dan para pengikutnya juga mengalami penderitaan yang tidak terperikan karena terbatasnya makanan. Satu kepala sapi saat itu bisa lebih berharga dari pada seratus dinar (satu dinar adalah uang emas berkadar 22 karat dengan berat hampir 4 gram). 

Dalam puncak penderitaan itu, Nabi Isa berdoa kepada Allah agar Ya’juj dan Ma’juj dilenyapkan, dan Allah mengabulkannya. Tiba-tiba mereka dihinggapi penyakit, semacam ulat yang menggerogoti leher dan mereka jatuh bergelimpangan di tempatnya masing-masing. Riwayat lainnya menyebutkan, mereka dihantam oleh angin puyuh yang pernah menghancurkan kaum ‘Ad, dan hanya dalam waktu satu jam tidak satupun dari mereka yang masih hidup.

Nabi Isa dan kaum muslimin lainnya langsung sujud syukur. Tetapi permasalahan belum selesai sampai di situ. Begitu turun dari bukit Thursina, mereka sangat terganggu dengan adanya bangkai Ya’juj dan Ma’juj yang tidak mungkin mereka kuburkan secara normal karena begitu banyaknya. Lagi-lagi Nabi Isa berdoa, dan Allah mengirimkan ribuan burung sebesar unta, yang berwarna hitam dan berparuh besar. Dengan paruhnya, mereka membawa bangkai-bangkai itu ke tempat yang tidak dihuni manusia. Dalam riwayat lainnya, bangkai-bangkai itu dibuang ke laut untuk makanan ikan-ikan dan penghuni laut lainnya. 

Walau bangkainya telah lenyap, tetapi kotoran Ya’juj dan Ma’juj itu masih berserakan di seantero bumi, begitu juga dengan baunya yang menusuk hidung. Maka Nabi Isa kembali berdoa kepada Allah, dan Allah menurunkan hujan yang begitu derasnya, membersihkan dan menyucikan bumi seperti sediakala. Tetapi baunya tidak bisa lenyap begitu saja, diperlukan waktu tujuh tahun sampai bau Ya’juj dan Ma’juj itu benar-benar hilang, terkadang dibantu dengan menyalakan api untuk mengurangi baunya.

Tentang Ya’juj dan Ma’juj ini, ada juga sekelompok ulama yang menganggap bahwa nama itu hanyalah istilah untuk suatu bangsa yang suka menyerang, mengganggu atau membantai bangsa lainnya. Seperti misalnya pasukan Monggolia yang dipimpin oleh Hulagu, yang pernah menghancurkan hampir separuh Asia, termasuk imperium Islam saat itu, berikut simbol-simbol dan buku-buku ilmu pengetahuan. Tetapi mayoritas ulama menolak pendapat ini, karena jelas-jelas Al Qur’an dan beberapa hadits sahih menjelaskan keberadaannya.

 Wallahu A’lam.

Keutamaan Istiqomah Membaca Al-Qur'an



Apabila kita istiqamah membaca Al-Quran, maka Allah akan perbaiki perkara-perkara berikut:

1. Lidah kita dilembutkan mengikut kehendak makhraj.

2. Lidah kita akan bertutur yang baik-baik saja.

3. Kita berasa tenang.

4. Bacaan kita akan bertambah baik sedikit demi sedikit.

5. Akhlak kita akan berubah kepada yang lebih baik dan mulia.

6. Hati dilembutkan dan sentiasa bertimbang rasa.

7. Bacaan kalau salah secara automatik kita sedar dan dapat dibetulkan dengan bantuan malaikat yang bersama kita semasa membaca.

8. Kita akan cari peluang dan masa membaca Al-Quran walaupun dalam keadaan sibuk.

9. Kita lebih ambil berat kasih sayang kepada keluarga.

10. Kita suka silaturrahim.

11. Kita gemar bersedekah.

12. Kita sentiasa akan merendah diri dan mengakui kelemahan diri.

13. Kita akan merasa Al-Quran ada kuasa magnet yang kuat menarik kita untuk membacanya.

Pasti sahabat akan merasa akan perkara-perkara di atas.

Istiqamahlah membaca Al-Qur'an.
Kerana, hanya orang-orang yang hebat saja yg sanggup membaca kalam-kalam Tuhannya.

Wallahua'lam.

Kata Mutiara Renungan Dan Nasehat




1551. Orang yang sudah kehilangan malu, akan merugikan orang yang menghormatinya. Itu sebabnya, orang yang tidak khawatir memalukan dirinya sendiri, dijauhi oleh orang lain. Dan jika dia dijauhi oleh orang lain, dia semakin sendiri dan akan semakin anti sosial dan menjadi pembenci. Itulah salah satu cara berubahnya pribadi baik menjadi pembenci yang menjadikan dirinya dibenci oleh kebaikan.

1552. Menjadi single bukanlah pilihan, karena kalau bisa kebersamaan itu tetap lebih indah.

1553. Orang yang berserah, tidak lagi memiliki dirinya, tapi memiliki semua yang dimiliki Tuhan.

1554. Orang tidak berilmu akan menyalahkan dengan kasar. Orang bijak akan membetulkan dengan lembut.

1555. Orang bodoh yang diam, lebih berwibawa daripada orang pandai yang suka mengeluh.

1556. Sibuk menolak teori adalah sama dengan berteori. Orang sukses yang berteori di depan orang yang lemah kehidupannya, akan dibantah dengan teori orang lemah. Orang yang lemah kehidupannya tapi banyak berteori, akan ditanya mengapa teorinya tidak berdampak bagi kehidupannya sendiri.

1557. Engkau yang sedang bersedih, sesungguhnya Tuhan mendengar tangis hati yang kau rahasiakan itu.

1558. Doa orang lain yang teraniaya saja, sudah manjur, apalagi doa istri yang teraniaya.

1559. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh uang, tapi kalau ada uang.

1560. Jika semuanya tidak pasti, berarti apa pun mungkin.

1561. Jika Anda benar, jangan terlalu berani. Jika Anda salah, jangan terlalu takut.

1562. Berlakulah lebih lembut kepada dirimu sendiri.

1563. Persiapan untuk menjadi anggun dan percaya diri, adalah tersiksa sebentar dalam rasa minder.

1564. Ikhlaslah hidup sebagai sebaik-baiknya jiwa.

1565. Baik kepada orang yang baik kepada kita itu biasa, tapi baik kepada orang yang membenci kita itu yang menjadikan kita lebih baik.

1566. Memang ngomong itu mudah, itu sebabnya pemalas hanya maunya bicara dan mengeluh bahwa tindakan itu sulit. Berfokuslah pada satu keinginan yang pencapaiannya memungkinkan pencapaian dari banyak keinginan. Segala sesuatu dimulai dari keinginan. Keinginan bukanlah sumber derita. Keinginan besar tapi tanpa tindakan adalah pemasti penderitaan.

1567. Rasa takut hanya akan membuatmu lemah dan kehilangan kepercayaan diri, hadapilah rasa takut itu dan teruslah melangkah, agar terhindar dari menyakiti orang lain jagalah ucapan dan sikap kita shingga persahabatan tetap erat.

1568. Jangan tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu fokus saja dengan rencana yang sudah kamu buat sesuai prioritasnya.

1569. Ada saatnya kita bicara, ada saatnya kita mendengar, kita bicara agar orang lain dapat mengerti, kita mendengar agar kita bisa memahami.
1570. Satu kegagalan tidak menjadikan seluruh kehidupanmu gagal. Ia hanyalah sebuah pilihan logis selain keberhasilan, yang akan menjadi semakin kecil saat engkau membaikkan dirimu.

1571. Mintalah pundak yang lebih kuat, bukan beban yang lebih ringan.

1572. Menikmati rasa tersiksa, bukalah jalan keluar dari penderitaan.

1573. Masa terbaik untuk menduga keberhasilan masa depan seseorang adalah masa remajanya.

1574. Melupakan masa lalu adalah pekerjaan yang sia-sia. Anda harus ingat dulu apa yang akan Anda lupakan. Just move on!

1575. Seandainya mengeluh dan menyalahkan orang lain itu dibayar, akan banyak orang menjadi kaya tanpa bekerja.

1576. Sebagian orang menggunakan kelemahan hidup untuk melindungi diri terhadap nasihat baik.

1577. Janganlah ikut-ikut menghina. Telah terbukti, penghinaan semakin memperburuk ketidak- amanahan pada kedua pihak.

1578. Sahabat adalah satu jiwa dalam dua badan yang terpisah.

1579. Ketenangan hati kita tergantung dari kemampuan mata hati kita untuk melihat bayangan masa depan. Tapi, kemampuan kita untuk melihat bagian yang sesungguhnya belum terlihat itu tergantung dari kebeningan hati kita. Orang yang sudah lama tidak membeningkan hatinya dengan doa dan ibadah, menjadi gelisah, pemarah, dan membesar-besarkan kekhawatiran kecil. Hati yang bening mampu melihat yang mendamaikan.

1580. Kepemimpinan adalah tugas menjaga kualitas kehidupan sesama lebih lama di atas daripada di bawah.

1581. Akhir dari upaya terbaik kita adalah awal dari campur tangan Tuhan.

1582. Wajar bagi siapa pun untuk mengeluhkan hidup yang tak sesuai harapan. Yang tidak wajar adalah mengeluhkan hidup tanpa bersedia melakukan penyesuaian sikap dan cara.

1583. Anak muda yang besar impiannya tak boleh terlibat dalam pekerjaan yang tak memiliki ukuran besar di masa depan.

1584. Engkau tak mungkin berbahagia hanya mengharapkan kehidupan yang mudah.

1585. Tidak ada modal apa pun yang bisa membantu orang yang tidak melihat dirinya sendiri sebagai modal utama.

1586. Getar gelisah hatimu itu karena engkau kurang bertindak. Bergeraklah. Perubahan nasib ada dalam gerakan.

1587. Gajiku bukan Aku. Aku lebih mahal daripada itu. Mereka yang salah menilai.

1588. Mengeluh itu biasa, tetapi janganlah lama mengeluh tentang hal yang sama. Orang yang keluhannya sama, berarti tidak menyelesaikan masalah yang sama, berarti dia penunda dan pengeluh. Jika dia santai saja mengeluh di depan umum, berarti dia sudah kehilangan malu.

1589. Setan hanya tertarik mengganggu orang yang direncanakan menjadi orang besar di masa depan.

1590. Tuhan, damaikanlah hati kami, baikkanlah rezeki kami, dan indahkanlah cinta kami. Aamiin.

1591. Orang yang membencimu harus mengingatmu sepanjang waktu. Engkau penting baginya.

1592. Janganlah sibuk membangun daya tarik, tapi lupa mengurangi sifat yang membatalkan daya tarik.

1593. Perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tapi perbuatan pura-pura itulah sbenarnya yang mnimbulkan permusuhan dan penghianatan.

1594. Kedamaian, kesehatan, keluarga yang rukun, dan nama baik adalah kekayaan. Jangan menolak kekayaan.

1595. Kamu tak akan bisa mengubah kesalahan kemarin, tapi kamu akan bisa memulai yang baru dengan cermin kesalahan kemarin.

1596. Temukan kebahagiaan hari ini dengan bersyukur dari hal-hal kecil yang akan menuntun kamu esok meraih hal-hal besar.

1597. Terkadang kata-kata yang kita ucapkan akan memberi bekas mendalam di hati dan selalu di ingat, berusahlah untuk berkata yang baik.

1598. Atas setiap masalah-masalah yang dihadapkan dengan doa, akan selalu ada jalan keluar yang tak terduga-duga.

1599. Bersyukurlah jika kau sudah di titik terendah dalam hidup, karena tidak ada pilihan lain selain menuju titik tertinggi.

1600. Hidup ini tidak mudah, tapi tidak ada kesulitan yang tidak memiliki jalan keluar

Dido'akan Malaikat Jibril Masuk Neraka



Suatu ketika Nabi SAW naik mimbar. Sebagian riwayat menyebutkan, saat itu di akhir Bulan Sya’ban, menjelang masuk Bulan Ramadhan, tiba-tiba saja beliau mengucapkan “Aamiin!!”, tidak berselang lama, beliau mengucap lagi, “Aamiin!!”, beberapa saat kemudian beliau mengucap lagi, “Aamiin!!”

Salah seorang sahabat yang hadir saat itu memberanikan diri untuk bertanya,
“Wahai Rasulullah, engkau naik mimbar, dan tiba-tiba saja engkau mengucap amin hingga tiga kali, tanpa kami tahu apa maksud dan tujuannya….!!”

Dengan tersenyum Nabi SAW memandang para sahabat yang tampak penuh tanda-tanya dengan sikap beliau tersebut. Kemudian beliau menceritakan, ketika naik mimbar tersebut, tiba-tiba Malaikat Jibril datang dan berkata,
“Barang siapa yang mendapati bulan Ramadhan, akan tetapi belum juga diampunkan dosanya hingga ia mati, kemudian ia masuk neraka, maka (sungguh) Allah telah menjauhkannya (dari Rahmat-Nya)….!!”
Dan Malaikat Jibril berkata kepada Nabi SAW, “Katakanlah: Aamiin!!”
Maka beliau berkata, yang didengar oleh para sahabat, “Aamiin!!”

Kemudian Malaikat Jibril berkata lagi,
“Barang siapa yang mendapati kedua orang-tuanya, atau salah satu dari keduanya, dan ia tidak berbuat baik (tidak taat) kepada keduanya hingga ia mati, kemudian ia masuk neraka, maka (sungguh) Allah telah menjauhkannya (dari Rahmat-Nya)…!!”
Dan Malaikat Jibril berkata kepada Nabi SAW, “Katakanlah: Aamiin!!”
Maka beliau berkata, yang didengar oleh para sahabat, “Amin!!”

Kemudian Malaikat Jibril berkata lagi,
“Barang siapa yang mendengar namamu (Nabi Muhammad SAW) disebutkan kepadanya, dan ia tidak membaca shalawat untukmu hingga ia mati, kemudian ia masuk neraka, maka (sungguh) Allah telah menjauhkannya (dari Rahmat-Nya…!!”
Dan Malaikat Jibril berkata kepada Nabi SAW, “Katakanlah: Aamiin!!”
Maka beliau berkata, yang didengar oleh para sahabat, “Aamiin!!”