Berikut sebuah mimpi yang menjadi penyemangat berjihad di jalan Allah SWT. Mimpi ini dialami oleh seorang yang Shaleh bernama Sa'id bin Harits. Mimpi ini ia alami pada waktu ia berjihad melawan Romawi pada tahun 38H.
Sa'id bin Harits dikenal sebagai ahli ibadah. Siangnya diisi dengan puasa dan malamnya diisi dengan tahajud. Begitu juga dengan amalan dzikir tilawahnya selalu istiqamah dia kerjakan, seakan-akan itu adalah menu makanan sehari-hari yang tidak bisa ia tinggalkan.
Malam itu Sa'id sedang bergantian berjaga/ khirosah dengan teman satu tendanya di daerah pertahanan musuh. Karena merasa ngantuk maka Sa'id minta agar diberi kesempatan tidur lebih dulu sehingga nanti ia bisa bangun tengah malam bergiliran untuk mendapat tugas menjaga temannya sekalian mendirikan Qiyamul lail. Lalu Beliau tidur. Disaat tidur terdengar Sa'id berbicara dan tertawa, kemudian ia berkata;
"semalam" setelah berkata seperti itu tiba- tiba ia melompat dari tempat tidurnya dan terbangun dan bergegas ia bertahlil, bertakbir dan bertahmid.
Sepontan saja teman satu tendanya merasa kaget dan menanyakan apa yang baru saja ia alami dalam mimpinya.
Sa'id menjawab;
“Aku melihat ada dua orang yang belum pernah aku lihat kesempurnaan dalam diri mereka dan belum pernah aku melihat mereka sebelumnya. Dua orang itu berkata;
"Wahai Sa'id berbahagialah sesungguhnya Allah SWT telah mengampuni dosa-dosamu, memberkati usahamu, menerima amalmu dan mengabulkan do'amu. Pergilah bersama kami, agar kami menunjukkan kepadamu kenikmatan-kenikmatan apa yang telah dijanjikan oleh Allah SWT kepadamu"
Tak henti-hentinya Sa'id menceritakan yang dilihatnya, mulai dari gedung-gedung yang megah, para Bidadari, permadani-permadani yang indah, sungai madu dan cangkir- cangkir yang terbuat dari emas hingga tempat tidur yang di atasnya ada seorang Bidadari yang tubuhnya bagaikan mutiara yang tersimpan di dalamnya. Bidadari itu berkata kepadanya;
"Sudah lama kami menunggu kehadiranmu"
Lalu aku bertanya kepadanya;
"Dimana aku?"
Dia menjawab;
"Di Syurga Ma'wa"
Aku bertanya lagi;
"Siapa kamu?"
Dia menjawab;
"Aku adalah istrimu untuk selamanya"
Said melanjutkan ceritanya;
“Kemudian aku ulurkan tanganku untuk menyentuhnya. Akan tetapi dia menolak dengan lembut sambil berkata;
"Untuk saat ini jangan dulu, karena engkau akan kembali ke dunia"
Aku berkata kepadanya;
"Aku tidak mau kembali"
Lalu dia berkata;
"Hal itu adalah keharusan, kamu akan tinggal disana selama 3 hari, lalu kemudian berbuka puasa bersama kami pada malam ketiga. Insya Allah"
Lalu aku berkata;
"Semalam, semalam"
Dia menjawab;
"Hal itu adalah kepastian"
"Kemudian aku bangkit dari hadapannya, dan aku melompat karena dia berdiri dan saya bangun dari tidurku"
Mendengar cerita itu, sahabatnya berkata;
"Bersyukurlah kepada Allah wahai saudaraku, karena Dia telah memperlihatkan pahala dari amalmu"
Lalu Sa'id bertanya;
"Apakah ada orang lain yang bermimpi seperti mimpiku?"
"Tidak ada"
"Dengan nama Allah, aku meminta kepadamu untuk merahasiakan hal ini selama aku masih hidup"
"Baiklah" Jawabnya.
Lalu Sa'id keluar untuk berjihad mengangkat pedang melawan musuh-musuh Allah sambil berpuasa, dan dimalam hari ia melakukan Shalat malam, tilawah dan dzikir sambil dipenuhi isak tangis. Sampai pada malam ketiga. Ia masih saja berperang melawan musuh, ia membabatkan musuh-musuhnya tanpa sedikitpun terluka. Pada saat mahari menjelang terbenam, seseorang melemparkan panahnya dari atas benteng dan tepat mengenai tenggorokannya. Kemudian ia jatuh tersungkur, sahabat yang satu tenda mendekatinya dan berkata kepadanya;
"Selamat atas kemenanganmu, kamu akan berbuka pada malam ini, seandainya aku bisa bersamamu, seandainya...."
Dengan sangat lirih meregang nyawa Sa'id ingin mengatakan;
"Rahasiakan cerita ini sampai aku meninggal"
Kemudian dari bibirnya keluar kata-kata;
"Segala puji bagi Allah yang telah menepati janjiNya kepada kami"
Maka demi Allah, ia tidak berucap kata-kata selain itu sampai ia meninggal.
Sahabat itupun berlari ke kawan-kawannya lalu menyeru dengan lantang;
"Wahai hamba-hamba Allah, hendaklah kalian semua melakukan amalan untuk hal seperti ini"
Keesokan harinya pasukan Muslim pergi menyerbu benteng musuh dengan niat yang tulus dan dengan hati yang penuh kerinduan kepada Allah SWT. Dan sebelum berlalunya waktu Dhuha benteng sudah bisa dikuasai berkat seorang lelaki Shaleh itu, yaitu Sa'id bin Harits.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar