Cari Artikel

Rasulullah SAW Dan Yahudi Pencuri


Seorang Yahudi mencuri di pasar, semua berusaha mengejar pencuri itu.

Rasulullah SAW baru saja datang ke pasar, Beliau SAW melihat seorang Yahudi dikejar oleh banyak orang. Rasulullah SAW ikut mengejar Yahudi itu. Rasulullah berfikir apabila Yahudi ini tidak memiliki kalimah Laailaahaillallaah maka ia akan celaka dan sengsara selama-lamanya.

Si Yahudi pencuri itu berlari sangat cepat semua orang tidak ada yang sanggup mengejarnya kecuali Rasulullah SAW.

Pencuri itu terus lari dan Rasulullah SAW terus mengejarnya.
Akhirnya pencuri itu kelelahan ia berhenti berlari. Rasulullah SAW pun mendapatkannya.
Pencuri itu dengan tersengal-sengal bertanya kepada Rasulullah SAW;
"Siapakah engkau?”
"Aku Rasulullah, engkau ucapkanlah Laailaahaillallaah pasti engkau akan mendapat kejayaan," jawab Rasulullah SAW.
Pencuri itu berkata lagi;
"Kalau engkau bukan seorang Nabi pasti engkau tidak akan dapat mengejarku, maka aku bersaksi di hadapanmu tiada tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan-Nya.

Kisah Nabi Danial Dan Nabi Irmiya



Raja Nebukadnezar[1] datang ke Baitul-Maqdis dari Syria, lalu membunuh kaum Bani Isra’il, merampas kota Baitul Maqdis dengan aksi kekerasan, dan menawan anak cucu mereka, yang salah satunya adalah Danial as.[2]
Sebelum aksinya, raja ini lebih dulu didatangi oleh ahli nujum dan paranormal, seraya mereka berkata:
"Suatu malam akan lahir seorang bayi fulan yang bakal memporak-porandakan kerajaanmu."
Lalu sang Raja menjawab:
"Demi Tuhan! Tak akan tersisa malam itu seorang bayi lahir kecuali akan kubunuh. Semua bayi dihabisi, kecuali bayi Danial saja yang tidak dibunuh dan hanya dialungkan ke singa hutan."

Namun singa itu enggan memangsanya, malah singa betinanya menjilat-jilat sang bayi dan tidak melukainya. Kemudian ibunya datang dan menemukan kedua singa (jantan dan betina) itu tengah menjulur-julurkan lidahnya ke tubuh anaknya. Allah lalu menyelamatkan bayi itu.

Setelah kejadian itu, ulama setempat menuturkan bahwa Danial lalu melukis/ mengabadikan gambarnya dan gambar kedua singa yang menjilatinya itu pada permata cincin agar dia tidak lupa akan nikmat Allah atasnya (diriwayatkan oleh Ibnu Abu Dunya dengan sanad hasan).

Dalam sumber yang lain diceritakan: Selepas Musa as yang berselang cukup lama, ada seorang nabi yang dipanggil dengan Danial.
Nabi ini didustai oleh banyak kaumnya, diciduk oleh rajanya, seraya dilemparkan ke hadapan macan yang sengaja dibuat lapar di dalam perigi. Tapi ketika Allah melihat keelokan tawakal kepada-Nya dan kesabarannya demi menuntut sesuatu yang ada di sisi-Nya, maka Allah menahan mulut-mulut singa itu untuk memangsanya, malah ia berdiri dengan kedua kakinya di atas singa itu. Singa itu berhasil dijinakkan dan tidak melukainya. Lalu Allah mengirim Irmiya[3] dari negeri Syria, yang kemudian membebaskan Danial dari kesulitan ini, dan menghancurkan orang yang hendak melenyapkan Danial.

Dari Abdullah bin Abu Hudhail, ia berkata:
"Nebukadnezar telah melatih dua ekor singa dan melemparkan keduanya ke dalam sumur. Lalu dia bawa Danial dan dia masukkan ke dalam sumur itu, namun kedua singa itu tidak menerkamnya. Apa yang diinginkan Allah, itulah yang terjadi terhadap Danial.

Tapi sebagaimana manusia lainnya, Danial pun ingin makan dan minum. Kemudian Allah mewahyukan Irmiya yang tengah berada di Syria agar menyiapkan makanan dan minuman untuk Danial. Irmiya pun menjawab:
"Wahai Rabb, aku tinggal di bumi yang suci (Syria) sedang Danial ada di negeri Babilonia, negara bagian Irak.
Lalu Allah kembali mewahyukan agar Irmiya mempersiapkan sesuatu yang sudah Allah perintahkan, dan Allah akan mengirim makhluk yang akan membawa dirinya sekaligus membawa apa yang sudah ia siapkan. Irmiya pun menjalankan perintah wahyu itu, lalu Allah Mengutus makhluk yang membawa Irmiya sekalian membawa segala sesuatu yang sudah disiapkannya, hingga sampai di mulut sumur itu, tempat Danial tergolek.

Danial menyambutnya dengan bertanya:
“Siapa anda?”
“Saya Irmiya,” jawabnya.
“Siapa yang membawamu?” tanya Danial.
“Rabbmu mengutus aku agar menemuimu,” kata Irmiya.
Danial menimpali:
“Dia (Rabb) menyebut aku?”
“Ya,” jawab Irmiya.
Ucap Danial: “Segala puji bagi Allah, Dzat yang tidak melupakan orang yang mengingat-Nya. Segala puji bagi Allah, Dzat yang tidak mengecewakan orang yang menharap-Nya. Segala puji bagi Allah, Dzat yang barangsiapa bertawakal kepada-Nya, niscaya Allah akan mencukupinya. Segala puji bagi Allah, Dzat yang barangsiapa menaruh kepercayaan penuh kepada-Nya, maka Allah tidak akan mewakilinya kepada yang lain. Segala puji bagi Allah yang mengganjar ihsan (kebajikan) dengan ihsan dan membalas keburukan dengan pengampunan. Segala puji bagi Allah yang membalas kesabaran dengan kejayaan. Segala puji bagi Allah yang telah mengangkat kesukaran kami setelah kesulitan kami. Segala puji bagi Allah, Yang adalah tumpuan kepercayaan kami, ketika kami berprasangka buruk terhadap amal-amal kami. Segala puji bagi Allah, Dzat yang adalah tumpuan harapan kami ketika siasat telah terputus dari kami.”



[1] Nebukadnezar (604-561 SM) adalah Raja Babilonia yang menyerang Mesir dan membebaskan al-Quds, lantas membakarnya, juga mengusir orang-orang Yahudi ke Babilonia. (lihat al-Munjid)

[2] Nabi Danial adalah penulis Kitab Danial, yaitu bagian dari Kitab Perjanjian Lama, yang juga pahlawan kenabian. Tradisi Masihi memasukkannya sebagai salah satu di antara empat Nabi yang besar (lihat al-Munjid dan al-Bidayah juz Ii, hlm. 36-38).
Para sahabat menemukan makamnya dan segala hal yang bertautan dengannya saat pembebasan yang terjadi pada era Umar bin Khaththab.

[3] Irmiya adalah salah satu nabi terbesar Bani Isra’il yang empat, yang memperoleh kenabian sebelum punahnya kerajaan orang-orang Yahudi. Ia banyak mengalami intimidasi dan siksaan dari pihak kerajaan.

Delapan Jenis Rizqi Yang. Bisa Datang Padamu


1. Rezeki Yang Telah Dijamin.

‎وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

"Tidak ada satu makhluk melatapun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin ALLAH rezekinya."
(Qur'an Surah Hud : 6).


2. Rezeki Karena Usaha.

‎وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى

"Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang dikerjakannya."
(Qur'an surah An-Najm : 39).


3. Rezeki Karena Bersyukur.

‎لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ6 إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu."
(Qur'an surah Ibrohim : 7).


4. Rezeki karena Bertakwa

‎وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا( ) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

"Barangsiapa yang bertakwa kepada ALLAH niscaya DIA akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya."
(Qur'an surah At-Tholaq : 2-3).


5. Rezeki Karena Istighfar.

‎فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ( ) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا

"Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya DIA adalah Maha Pengampun, pasti DIA akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta.”
(Qur'an Surah Nuh : 10-11).


6. Rezeki Karena Menikah.

‎وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ

"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak dari hamba sahayamu baik laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka ALLAH akan memberikan rizki..


7. Rizki Karena Anak.

‎وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ

"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang akan menanggung rezeki mereka dan juga (rizki) bagimu.”
(Qur'an Surah Al-Isro' : 31).


8. Rizki Karena Sedekah

‎مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً

“Siapakah yang mauu memberi pinjaman kepada ALLAH, pinjaman yang baik (infak & sedekah), maka ALLAH akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak.”
(Qur'an surah Al-Baqoroh : 245).

Kata-Kata Mutiara Sepanjang Masa




1151. Bermimpilah yang sebesar-besarnya, tapi bersegeralah untuk mengerjakan sekecil-kecilnya kebaikan yang terdekat.

1152. Apa yang mudah untuk didapatkan, akan mudah untuk disesalkan. Apa yang butuh perjuangan untuk didapatkan, akan sulit untuk dilupakan.

1153. Dalam hidup ini ada dua macam orang, yang pandai mencari jalan, dan yang pandai mencari alasan.

1154. Berhati-hatilah dalam memilih teman, karena waktumu terlalu berharga untuk mereka yang tak pernah menghargai waktumu.

1155. Mudah-mudahan Anda termasuk yang ikhlas mempelajari jalan-jalan naik ke kelas kehidupan yang lebih tinggi, dan bersegera melakukannya dengan sabar.

1156. Relakan jika memang harus berakhir. Karena akhir sebuah kisah adalah pertanda bahwa akan ada kisah yang baru.

1157. Cinta tidak buta. Anda masih bisa melihat kekurangan dan keburukan, tapi Anda tidak peduli, dan kemudian menyesal.

1158. Bukan keberuntungan yang menjadikanmu bijak, tapi kebijakanmu lah yang menjadikanmu beruntung.

1159. Luka terdalam adalah luka yang tidak bisa dilihat oleh mata, dan kesedihan terdalam adalah kesedihan yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata.

1160. Kita terlalu sibuk menginginkan dan mengejar yang besar, tanpa menyadari bahwa kehidupan ini dibangun dari hal-hal kecil yang dilakukan dengan kesungguhan besar.

1161. Terkadang bukan karena kebohongan kamu membenci sesorang, tapi karena sedih menerima kenyataan bahwa ia tak bisa lagi kamu percaya.

1162. Sebagian besar masalah remaja adalah kebiasaan buruk yang dibiarkan menguat oleh orang tua yang tidak sempat memperhatikan, yang tidak tahu bahwa itu harus dicegah, atau yang tidak perduli.

1163. Kehilangan seseorang yang kita cinta memang sangat menyakitkan, tapi itu bukan akhir segalanya, kita bisa bahagia meski tanpa dia.

1164. Kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan bukanlah untuk orang yang banyak alasan menghindari belajar dan bekerja.

1165. Jika kamu cinta dia, biarkan dia menjadi dirinya sendiri, maka kamu tak akan kecewa ketika mereka tak seperti yang kamu inginkan.

1166. Cinta itu sederhana: aku untukmu, dan engkau untukku. Jika tak mampu untuk itu, jangan bicara cinta.

1167. Butuh kepercayaan dalam cinta, karena cinta punya kekuatan untuk saling menyakiti. Namun cinta juga yang tak membiarkan itu terjadi.

1168. Tuhan tidak mengharuskan kita sukses, Tuhan hanya mengharapkan kita mencoba Jangan mencegah kebaikan yang bisa Anda lakukan hanya karena ada orang yang menghina Anda.

1169. Ketika dia yang kamu cinta pergi meninggalkanmu, itu karena kamu berdoa tuk mendapatkan seseorang yang baik, dan dia tak baik untukmu.

1170. Teguh Bahasa yang diterima di seluruh dunia adalah kemampuan.

1171. Masa-masa terbaik dalam hidup adalah saat kita mampu menyelesaikan masalah sendiri, Masa-masa suram kehidupan adalah saat kita menyalahkan orang lain atas masalah yang kita hadapi.

1172. Menangislah dalam deritamu jika engkau ingin menangis, karena air mata adalah doa disaat engkau tak mampu berbicara.

1173. Ketika dalam sebuah persimpangan, anda diharuskan memutus sebuah langkah. Pastikan langkah yang diambil adalah demi kebahagiaannya, meskipun rasa sakit yang kan kita terima.

1174. Perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tapi perbuatan pura-pura itulah sbenarnya yang mnimbulkan permusuhan dan penghianatan.

1175. Hidup adalah memilih, namun untuk memilih dengan baik, Anda harus tahu siapa Anda dan apa yang Anda perjuangkan, ke mana Anda ingin pergi dan mengapa Anda ingin sampai di sana.

1176. Kita lebih sering menyesal karena berbicara, dari pada karena diam.

1177. Tuhanmu lebih tahu batas rasa sakit yang bisa kau tampung. Jangan sampai engkau menyerah disaat selangkah lagi Tuhanmu mengganti kesakitan dengan sejuta keindahan.

1178. Wanita yang menarik tidak perlu cantik. Wanita yang cantik, belum tentu menarik.

1179. Banyak hal dalam hidup ini yang bisa membahagiakanmu, namun tak ada yang lebih bahagia daripada cinta dari seseorang yang kamu cintai.

1180. Engkau disebut dewasa jika menyadari bahwa tidak setiap ajakan untuk bertengkar harus dilayani. Dan engkau disebut bijak jika mampu mengatasi pertengkaran melalui kesabaran dan persahabatan.

1181. Jangan pernah menyerah! Jika Tuhan belum menjawab doamu, itu karena Tuhan punya rencana yang lebih baik untuk hidupmu.

1182. Kebanyakan wanita itu cantik sebelum berbicara. Setelah berbicara, baru terbukti bahwa bahasa adalah penentu daya tarik yang utama.

1183. Jangan berpikir kamu tak mampu hidup tanpa dia yang meninggalkanmu. Percayalah, ada seseorang yang lebih baik menunggu tuk buatmu bahagia.

1184. Bahasa yang baik adalah suara hati yang baik.

1185. Ketika seseorang meminta maaf atas sesuatu yang terus mereka lakukan, sebaiknya kamu berhenti mempercayai mereka.

1186. Anda mengetahui apa yang sharusnya tidak dilakukan ketika Anda "gagal". Jadi Anda menciptakan pengetahuan baru dan itu bukan kegagalan.

1187. Teman adalah dia yang mengetahui kekurangan, tetapi menunjukkan setelan kuat.

1188. Selama kita masih hidup tidak ada hukuman, yang ada adalah peringatan agar kita memperbaiki diri.
1189. Lebih baik jujur meski pilu dari pada bahagia tapi palsu.

1190. Lebih mudah melakukan sesuatu dengan benar daripada menjelaskan mengapa Anda tidak melakukannya dengan benar.

1191. Maafkan kesalahan masa lalu, jangan sesali. Kemudian tegaslah membebaskan diri untuk hidup seutuhnya sekarang, dan dimasa depan.

1192. Seringkali kamu ragu untuk mengucapkan apa yang ada dihatimu karena kamu tidak yakin dia akan mendengarkanmu.

1193. Sahabat adalah mereka yang membantumu bangkit tuk percaya diri, ketika orang lain berusaha menjatuhkan dan meremehkanmu.

1194. Yang penting itu bukan apa yang kita ketahui tapi apa yang kita bersedia pelajari.

1195. Jangan iri atas kesuksesan orang lain, ketahuilah bahwa mereka berada di sana karena tekad dan kerja keras.

1196. Meski disakiti berkali-kali, wanita bijak tetap bisa memafkan dan semakin tegar seperti batu karang.

1197. Jangan katakan cinta jika tak tulus dari hati. Karena akhirnya seseorang akan kamu lukai.

1198. Makanan enak yang ditawarkan ke pria yang sedang marah, akan memedam amarahnya.

1199. Kesalahan hanya membuat Anda dewasa. Senyum dapat meringankan luka.

1200. Menangis mungkin bukan solusi tapi terkadang dapat menjadi obat penenang.

Farwah Bin Amr Al Judzamy RA



Farwah bin Amr al Judzamy RA adalah seorang Arab yang menjadi gubernur di bawah kekuasaan Romawi di Mu'an, sebuah wilayah di Syam. Ia juga menjadi komandan dari pasukan Arab yang tunduk di bawah kekaisaran Romawi. Dalam perang Mu'tah, dimana tiga komandan dari 3.000 pasukan muslimin gugur secara berturutan, Farwah menjadi salah satu komandan dari 200.000 tentara Romawi, khususnya yang berkebangsaan Arab.

Walau pasukannya boleh dibilang menang, tetapi timbul kekaguman pada diri Farwah atas kehebatan dan sikap heroik pasukan muslim, yang notabene pasukan Arab seperti dirinya. Mereka mampu lolos dari kehancuran total walaupun hanya berjumlah tiga ribu pejuang. Padahal 200.000 personal pasukan Romawi mengepung mereka dari segala arah. Saat itu yang mengambil alih tampuk pimpinan pasukan muslimin adalah Khalid bin Walid.

Setelah beberapa waktu berlalu, Farwah bin Amr menyatakan dirinya masuk Islam dan ia mengirim utusan kepada Nabi SAW di Madinah untuk mengabarkan keislamannya, sambil menghadiahkan seekor baghal berwarna putih kepada beliau. Tetapi keputusannya ini harus dibayar mahal, penguasa Romawi menangkap dan memenjarakannya. Ia diberi dua pilihan, keluar dari Islam atau mati. Walau diberi waktu yang cukup untuk memikirkan pilihannya, ternyata pilihan Islam adalah harga mati bagi Farwah, karena itu penguasa Romawi menyalibnya di dekat mata air Afra' di Palestina, setelah itu mereka memenggal lehernya.

Karena kecongkakan dan sikap sewenang-wenang penguasa Romawi tersebut, Nabi SAW menghimpun pasukan besar di bawah pimpinan Usamah bin Zaid untuk mengamankan wilayah perbatasan dan menyerang pasukan Romawi jika mereka melanggar batas dan kehormatan orang-orang muslim. Tetapi pasukan ini sempat tertunda karena Nabi SAW wafat, dan diteruskan oleh khalifah Abu Bakar.

Bersyukurnya Kerbau, Kelelawar Dan Cacing


Suatu hari Allah SWT menyuruh malaikat Jibril as untuk mendatangi salah satu makhlukNya yakni kerbau dan menanyakan kepada kerbau apakah senang diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril as segera pergi menemui kerbau.

Disiang hari yang panas si kerbau sedang berendam di sungai, malaikat Jibril menemui lalu mulai bertanya pada kerbau;
"Hai kerbau, apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau?"
Si kerbau menjawab;
"Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikanNya sebagai seekor kelelawar yang mandinya dengan kencingnya sendiri"
Mendengar jawaban itu, malaikat Jibril as segera pergi mendatangi seekor kelelawar.

Malaikat Jibril as menemui seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur bergelantungan didalam sebuah goa, lalu mulai bertanya pada si kelelawar;
"Hai kelelawar, apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar?"
Si kelelawar menjawab;
"Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikanNya seeokor cacing, tubuhnya kecil, tinggal didalam tanah, berjalan saja menggunakan perutnya"
Mendengar jawaban itupun malaikat Jibril as segera pergi mendatangi seekor cacing.

Malaikat Jibril as menemui cacing yang sedang merayap di atas tanah, lantas bertanya pada si cacing;
"Hai cacing, apakah kamu senang dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor cacing?"
Si cacing menjawab;
"Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikanNya aku sebagai seorang manusia, apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal shaleh ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya.




Subhanallah.... Allahu Akbar....
Mudah-mudahan kita bukan termasuk manusia yang dimaksud cacing. Marilah kita sempurnakan iman kita, diperbanyak amal Shaleh dan tingkatkan ibadah, agar kita lebih beruntung dijadikan oleh Allah SWT sebagai seeorang manusia dari pada seekor cacing.

Mimpi Sa'id Bin Harits



Sebagian orang berkata bahwa mimpi itu adalah bunga tidur. Ada juga yang mengatakan mimpi hanyalah seseorang yang ingin mencapai sesuatu namun sangat sulit diwujudkan dalam kenyataan. Tapi mimpi seorang yang Shaleh lagi bersungguh-sungguh dalam amal agama maka itu adalah isyarat atau ilham dari Rabb yang maha suci, bahkan apabila kita bermimpi bertemu Rasulullah saw maka itu adalah sebuah pertemuan dengan Rasulullah saw, sebagaimaa pertemuan Beliau dengan sahabat-sahabatnya sewaktu mereka masih hidup, karena Syaitan tidak atau pernah bisa meniru bentuk fisik dari Rasulullah saw.

Berikut sebuah mimpi yang menjadi penyemangat berjihad di jalan Allah SWT. Mimpi ini dialami oleh seorang yang Shaleh bernama Sa'id bin Harits. Mimpi ini ia alami pada waktu ia berjihad melawan Romawi pada tahun 38H.

Sa'id bin Harits dikenal sebagai ahli ibadah. Siangnya diisi dengan puasa dan malamnya diisi dengan tahajud. Begitu juga dengan amalan dzikir tilawahnya selalu istiqamah dia kerjakan, seakan-akan itu adalah menu makanan sehari-hari yang tidak bisa ia tinggalkan.
Malam itu Sa'id sedang bergantian berjaga/ khirosah dengan teman satu tendanya di daerah pertahanan musuh. Karena merasa ngantuk maka Sa'id minta agar diberi kesempatan tidur lebih dulu sehingga nanti ia bisa bangun tengah malam bergiliran untuk mendapat tugas menjaga temannya sekalian mendirikan Qiyamul lail. Lalu Beliau tidur. Disaat tidur terdengar Sa'id berbicara dan tertawa, kemudian ia berkata;
"semalam" setelah berkata seperti itu tiba- tiba ia melompat dari tempat tidurnya dan terbangun dan bergegas ia bertahlil, bertakbir dan bertahmid.
Sepontan saja teman satu tendanya merasa kaget dan menanyakan apa yang baru saja ia alami dalam mimpinya.
Sa'id menjawab;
“Aku melihat ada dua orang yang belum pernah aku lihat kesempurnaan dalam diri mereka dan belum pernah aku melihat mereka sebelumnya. Dua orang itu berkata;
"Wahai Sa'id berbahagialah sesungguhnya Allah SWT telah mengampuni dosa-dosamu, memberkati usahamu, menerima amalmu dan mengabulkan do'amu. Pergilah bersama kami, agar kami menunjukkan kepadamu kenikmatan-kenikmatan apa yang telah dijanjikan oleh Allah SWT kepadamu"
Tak henti-hentinya Sa'id menceritakan yang dilihatnya, mulai dari gedung-gedung yang megah, para Bidadari, permadani-permadani yang indah, sungai madu dan cangkir- cangkir yang terbuat dari emas hingga tempat tidur yang di atasnya ada seorang Bidadari yang tubuhnya bagaikan mutiara yang tersimpan di dalamnya. Bidadari itu berkata kepadanya;
"Sudah lama kami menunggu kehadiranmu"
Lalu aku bertanya kepadanya;
"Dimana aku?"
Dia menjawab;
"Di Syurga Ma'wa"
Aku bertanya lagi;
"Siapa kamu?"
Dia menjawab;
"Aku adalah istrimu untuk selamanya"
Said melanjutkan ceritanya;
“Kemudian aku ulurkan tanganku untuk menyentuhnya. Akan tetapi dia menolak dengan lembut sambil berkata;
"Untuk saat ini jangan dulu, karena engkau akan kembali ke dunia"
Aku berkata kepadanya;
"Aku tidak mau kembali"
Lalu dia berkata;
"Hal itu adalah keharusan, kamu akan tinggal disana selama 3 hari, lalu kemudian berbuka puasa bersama kami pada malam ketiga. Insya Allah"
Lalu aku berkata;
"Semalam, semalam"
Dia menjawab;
"Hal itu adalah kepastian"
"Kemudian aku bangkit dari hadapannya, dan aku melompat karena dia berdiri dan saya bangun dari tidurku"

Mendengar cerita itu, sahabatnya berkata;
"Bersyukurlah kepada Allah wahai saudaraku, karena Dia telah memperlihatkan pahala dari amalmu"
Lalu Sa'id bertanya;
"Apakah ada orang lain yang bermimpi seperti mimpiku?"
"Tidak ada"
"Dengan nama Allah, aku meminta kepadamu untuk merahasiakan hal ini selama aku masih hidup"
"Baiklah" Jawabnya.

Lalu Sa'id keluar untuk berjihad mengangkat pedang melawan musuh-musuh Allah sambil berpuasa, dan dimalam hari ia melakukan Shalat malam, tilawah dan dzikir sambil dipenuhi isak tangis. Sampai pada malam ketiga. Ia masih saja berperang melawan musuh, ia membabatkan musuh-musuhnya tanpa sedikitpun terluka. Pada saat mahari menjelang terbenam, seseorang melemparkan panahnya dari atas benteng dan tepat mengenai tenggorokannya. Kemudian ia jatuh tersungkur, sahabat yang satu tenda mendekatinya dan berkata kepadanya;
"Selamat atas kemenanganmu, kamu akan berbuka pada malam ini, seandainya aku bisa bersamamu, seandainya...."
Dengan sangat lirih meregang nyawa Sa'id ingin mengatakan;
"Rahasiakan cerita ini sampai aku meninggal"
Kemudian dari bibirnya keluar kata-kata;
"Segala puji bagi Allah yang telah menepati janjiNya kepada kami"
Maka demi Allah, ia tidak berucap kata-kata selain itu sampai ia meninggal.
Sahabat itupun berlari ke kawan-kawannya lalu menyeru dengan lantang;
"Wahai hamba-hamba Allah, hendaklah kalian semua melakukan amalan untuk hal seperti ini"

Keesokan harinya pasukan Muslim pergi menyerbu benteng musuh dengan niat yang tulus dan dengan hati yang penuh kerinduan kepada Allah SWT. Dan sebelum berlalunya waktu Dhuha benteng sudah bisa dikuasai berkat seorang lelaki Shaleh itu, yaitu Sa'id bin Harits.

Mu'jizat Rasulullah SAW Air Keluar Dari Sela-Sela Jari



Ketika waktu untuk shalat subuh tiba, Rasulullah saw akan berwudhu. Tapi, sama sekali tak ada air, padahal, yang akan berwuhdu cukup banyak.
Para sahabat hendak shalat berjama'ah bersama Rasulullah saw. Tentunya air banyak sangat diperlukan untuk berwudhu.
Rasulullah saw bertanya;
“Apa ada kantung air?”
Seorang sahabat menyaut;
“Ada, ya Rasulullah."
Kemudian seorang sahabat itu membawa kantung air yang bahannya terbuat dari kulit kambing.
Biasanya kantung air itu digunakan untuk membawa persediaan air ketika dalam perjalanan panjang.
Kemudian Rasulullah saw meletakkan tangan kanannya di atas kantung kulit kambing itu. Jari-jarinya terbuka. Dari sela-sela jarinya memancar air yang bening sekali.
Rasulullah saw kemudian berseru kepada Bilal bin Rabah, salah satu sahabat Rasulullah;
“Hai, Bilal, Panggil orang-orang itu untuk berwudhu!”
Orang-orang yang akan shalat subuh itu pun dipanggil oleh Bilal untuk berwudhu dengan air yang memancar dari sela-sela jari Rasulullah saw.
Bukan hanya berwudhu, bahkan seorang sahabat Rasul yang bernama Ibnu Mas’ud sampai meminum air tersebut. Air tersebut memiliki rasa yang sejuk, seperti air yang memancar lagsung dari sumber dalam bahwa tanah. Air tersebut mancur terus sampai semua orang dapat berwudhu.
Itulah salah satu mukjizat yang dikaruniakan oleh Allah yang maha kuasa kepada Nabi Muhammad saw.
Mukjizat merupakan karunia yang diberikan oleh Allah kepada para Nabi.
Setelah selesai menjalankan ibadah shalat subuh, Rasulullah saw duduk dengan para jamaahnya di masjid.
Kemudian Rasulullah saw bertanya kepada para jamaahnya;
“Siapakah orang yang paling menakjubkan imannya?”
Salah satu orang dalam jama'ah menjawab
“Malaikat.”
Rasul pun berkata;
“Bagaimana malaikat tidak beriman, sedangkan mereka pelaksana perintah Allah?”
Berarti, jawaban salah satu sahabat tersebut tidak benar.
Tentu saja malaikat beriman, karena mereka bertugas sebagai pelaksana perintah Allah.
Kemudian sahabat lain menjawab;
“Para nabi!”
Rasul pun berkata;
“Bagaimana para nabi tidak beriman, sedangkan wahyu dari Allah di turunkan kepada mereka?”
“Kalau begitu, sahabat-sabahatmu, ya Rasulullah.” Jawab sahabat.
Rasul pun berkata lagi;
“bagimana mereka tidak beriman, sedangkan mereka menyaksikan mukjizatku, hidup bersamaku, mengenal dan melihatku dengan mata kepala mereka sendiri?”
Sahabat pun bertanya;
“jadi siapa makhluk Allah yang imannya paling menakjubakan, ya Rasulullah?”
Rasulullah saw pun menjawab;
“Kaum yang hidup sesudah kalian,”
Maksudnya adalah umat yang lahir setelah para sahabat rasul sudah tidak hidup lagi atau manusia yang hidup pada masa yang akan datang.
“Mereka membenarkan aku, padahal mereka tidak pernah menyaksikan aku. Mereka menemukan tulisan dan beriman. Mereka mengamalkan apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka membelaku, seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku bertemu dengan mereka!”

Seorang Pendosa


Pada masa Nabi Musa AS, ada seorang lelaki dari umat beliau yang sering kali melakukan maksiat, tetapi tidak lama setelah itu ia bertaubat kepada Allah. Sayangnya lelaki ini masih ‘terkalahkan’ dengan hawa nafsu dan angan-angannya sehingga ia selalu mengulangi maksiat-maksiatnya. Namun demikian kesadarannya selalu muncul dan ia kembali bertaubat kepada Allah. Hal seperti itu terus berulang-ulang dilakukannya hingga dua puluh tahun lamanya. 

Suatu ketika Allah berfirman kepada Nabi Musa tentang lelaki itu,
“Wahai Musa, katakanlah kepada hamba-Ku si fulan bahwa Aku murka kepadanya!!”

Nabi Musa menyampaikan firman Allah tersebut kepadanya, dan ia jadi sangat bersedih. Dalam kekalutannya karena dimurkai Allah, ia lari ke tengah padang yang luas. Di sana ia berseru,
“Ya Allah, sudah habiskah rahmat-Mu, ataukah maksiatku membahayakan diri-Mu? Ya Allah, sudah habiskah simpanan maghfirah (ampunan)-Mu, ataukah Engkau telah kikir dengan hamba-hamba-Mu yang berdosa, dosa manakah yang lebih besar daripada ampunan-Mu? Ya Allah, kemuliaan ada di antara sifat-sifat-Mu yang qadim (telah ada sejak awal dan selalu ada, tidak akan pernah berakhir), sedangkan kehinaan ada di antara sifat-sifatku yang hadist (baru, diadakan/diciptakan dan akan berakhir), bagaimana bisa sifatku mengalahkan sifat-sifat-Mu? Ya Allah, apabila telah Engkau halangi hamba-Mu dari rahmat kasih-Mu, maka kepada siapa lagi mereka akan mengharapkan? Apabila Engkau telah menolak mereka, maka kepada siapa lagi mereka akan mengadu? Ya Allah, kalau memang rahmat-Mu telah habis, dan tidak ada jalan lagi kecuali dengan menyiksa aku, maka pikulkanlah kepadaku semua siksaan yang akan Engkau timpakan kepada semua hamba-hamba-Mu, aku ingin menebus mereka dengan diriku!!”

Tidak ada yang diucapkannya dalam pelarian dan penyendiriannya di padang luas itu, kecuali kalimat-kalimat dalam seruan/munajatnya tersebut. Ia diliputi dengan penyesalan sehingga terlupa, tidak pernah lagi, atau tidak sempat lagi berbuat maksiat.

Setelah berlalu beberapa waktu lamanya, Allah berfirman kepada Nabi Musa,
“Hai Musa, pergilah engkau kepada hamba-Ku si fulan di padang sana, dan katakan kepadanya : Seandainya dosamu memenuhi bumi,  Aku akan tetap melimpahkan ampunan kepadamu, setelah engkau mengenali-Ku dengan kekuasaan-Ku yang sempurna, ampunan dan rahmat-Ku yang tiada batasnya!!”

Memang, semua pertanyaan atau pernyataan dalam munajatnya tersebut, jawabannya adalah tidak atau tidak ada, dan itu benar-benar diketahuinya, dan ia sangat meyakini kebenaran itu. Inilah suatu tingkat ma’rifat (pengenalan) kepada Allah yang dicapainya ketika ia ‘tenggelam’ dalam penyesalan atas dosa-dosanya, yang sedikit atau banyak berperan juga dalam mengundang ampunan Allah. 

Dalam suatu kesempatan, Nabi SAW pernah menyabdakan, bahwa tidak ada suatu suara yang lebih dicintai Allah daripada suara seorang hamba yang berdosa, kemudian bertaubat, dan ia sangat sering menyeru atau menyebut nama-Nya, “Ya Allah, ya Allah,…ya Tuhanku, ya Tuhanku (ya Rabbii, ya Rabbii)!!” 

Maka Allah akan menjawab seruannya, walau hamba itu sendiri tidak mendengar-Nya, “Ya, ya, (labbaik, labbaik) wahai hamba-Ku, mintalah yang engkau kehendaki, engkau di sisi-Ku seperti sebagian malaikat-malaikat-Ku, Aku berada di sisi kananmu, di sisi kirimu, di atasmu dan sangat dekat dengan isi harimu!! Wahai para malaikat-Ku, saksikanlah, sesungguhnya Aku telah mengampuninya!!”

Dalam kesempatan lainnya, Nabi SAW juga bersabda, “Sesungguhnya ada seorang hamba yang melakukan suatu dosa, kemudian ia masuk surga dengan sebab dosa itu!!”

Para sahabat yang berkumpul di sekitar beliau tampak keheranan, dan salah satunya berkata,
“Wahai Rasulullah, bagaimana itu bisa terjadi??”
Dengan tersenyum Nabi SAW bersabda,
“Karena yang terpampang di depan matanya hanyalah bertaubat dari dosa itu, dan ia terus saja berlari darinya (dari dosa itu) hingga akhirnya ia sampai di surga!!”

Abdullah Bin Amr Bin Ash RA



Abdullah bin Amr bin Ash RA adalah putra dari seorang ahli strategy perang dan negarawan ulung, Amr bin Ash, tetapi ia lebih dahulu memeluk Islam daripada bapaknya itu. Ia seorang yang saleh, banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah, kecuali jika sedang berjihad di jalan Allah. Ketika menyandang senjata untuk mempertahankan dan meninggikan kalimat-kalimat Allah, ia akan berada di barisan terdepan karena sangat merindukan memperoleh ‘rezeqi’ kesyahidan.

Dalam usianya yang masih muda, aktivitas ibadahnya begitu tinggi, siang berpuasa, malam dihabiskan dengan tahajud dan membaca Al Qur'an sehingga ia mampu mengkhatamkannya dalam sehari. Ia begitu zuhud, bahkan tidak pernah ia membicarakan masalah duniawiah sejak ia berba'iat kepada Nabi SAW, padahal lingkungan keluarga termasuk kalangan bangsawan dan kaya-raya.

Ketika ia dinikahkan, beberapa hari kemudian ayahnya datang mengunjungi dan bertemu istrinya. Amr bin Ash berkata,
“Bagaimana keadaan kalian?”

Istrinya berkata,
“Sungguh aku tidak mencela akhlak dan kesalehannya, tetapi sepertinya ia tidak membutuhkan seorang wanita di sisinya!!”

Amr bin Ash menatap tidak mengerti, tetapi kemudian ia mendapat penjelasan, kalau Abdullah bin Amr sama sekali belum menyentuhnya dalam beberapa hari setelah menikah itu. Ia begitu intens beribadah seperti biasanya, sehingga tidak ada sedikitpun waktu untuk istrinya. Hal itu memaksa Amr bin Ash melaporkannya kepada Rasululah SAW, sehingga beliau campur tangan untuk ‘mengerem’ semangat ibadahnya. Tetapi di hadapan Rasulullah SAW, Abdullah bin Amr justru berkata,
"Ya Rasulullah, ijinkanlah saya menggunakan sepenuh tenaga saya untuk beribadah kepada Allah?"

Nabi SAW bersabda,
"Jika engkau melakukan semua itu, badanmu akan lemah, matamu akan sakit karena tidak tidur semalaman. Sesungguhnya badanmu punya hak, keluargamu juga punya hak, dan para tamupun punya hak atas dirimu…!"

Maka terjadilah "tawar-menawar" antara Abdullah dan Rasulullah SAW dalam soal ibadahnya. Kalau umumnya manusia akan meminta ijin beribadah seringan dan sesedikit mungkin, maka Abdullah meminta ijin untuk beribadah sebanyak dan seberat mungkin. Dalam soal puasa misalnya, Nabi SAW menyarankannya agar berpuasa tiga hari dalam sebulan, tetapi Abdullah minta tambahan, diberi dua hari dalam seminggu, masih minta tambahan lagi, akhirnya ditetapkan Nabi SAW sehari berpuasa sehari berbuka, yakni puasanya Nabi Dawud AS.

Begitu juga dalam soal mengkhatamkan Al Qur'an, pertama Nabi SAW menyarankannya untuk khatam sebulan sekali saja. Abdullah melakukan penawaran, sehingga Nabi SAW menetapkan 20 hari sekali, kemudian 10 hari sekali, dan seminggu sekali. Tetapi Ibnu Amr bin Ash masih meminta lebih lagi, akhirnya Nabi SAW menetapkannya untuk khatam Al Qur’an setiap tiga hari sekali (dalam riwayat lain, lima hari sekali). Begitu juga soal shalat malam, beliau melarang Abdullah menghabiskan waktu malam untuk shalat sunnah terus-menerus, harus ada waktu untuk mengistirahatkan tubuhnya dengan tidur, dan mempergauli istrinya.

Walau telah dinasehati langsung oleh Nabi SAW, semangatnya untuk beribadah tidak segera mengendor begitu saja, tetapi ia tidak melalaikan kewajiban dan hak-hak keluarga, badan, tamu dan lain-lainnya. Ibadahnya dengan intensitas tinggi masih saja berlangsung tanpa bisa dihalangi lagi. Melihat keadaannya itu, Nabi SAW akhirnya bersabda, "Sesungguhnya engkau tidak tahu, bisa jadi Allah akan memanjangkan umurmu...!!"

Benarlah apa yang disabdakan Nabi SAW, ia mencapai usia tua, tubuhnya mulai lemah dan tulangnya seakan tak mampu menyangga tubuhnya dalam waktu lama. Ia susah payah menetapi amal istiqomah yang telah "dijanjikannya" kepada Nabi SAW di masa mudanya. Ia jadi menyesal mengapa tidak menerima nasehat beliau saat mudanya itu. Ia seringkali berkata, "Aduhai malangnya nasibku, mengapa tidak aku ikuti keringanan yang diberikan Rasulullah SAW…!!"

Abdullah bin Amr mempunyai kebiasaan mencatat apapun yang disabdakan Nabi SAW, dalam sebuah catatan yang disebut Shadiqah, hal ini dimaksudkan agar ia mudah menghafalkannya. Rasulullah SAW memang pernah melarang para sahabat untuk mencatat sabda-sabda beliau karena dikhawatirkan akan tumpang tindih dengan ayat-ayat Al Qur'an. Tetapi kemudian Nabi SAW secara khusus menugaskan beberapa orang sahabat untuk mencatat firman-firman Allah tersebut, dan Ibnu Amr bin Ash tidak termasuk di dalamnya sehingga beliau membiarkannya.

Beberapa sahabat juga berkata,
"Rasulullah SAW juga manusia biasa, terkadang beliau marah, dan dalam marahnya ini beliau mengatakan sesuatu. Begitu juga terkadang beliau hanya bercanda dalam ucapannya itu. Karena itu jangan engkau mencatat apapun yang beliau sabdakan!!"

Karena nasehat mereka ini, Abdullah bin Amr sempat menghentikan kebiasaannya tersebut. Tetapi tampaknya ia merasa ‘gatal’ jika sesaat saja tidak ‘merekam’ apa yang dilakukan Rasulullah SAW. Karena itu ia bertanya kepada Nabi SAW tentang apa yang dilakukannya, termasuk nasehat beberapa orang sahabat, maka beliau bersabda,
"Teruskanlah menulis, demi Allah yang jiwaku ada di tanganNya, setiap perkataanku adalah kebenaran, walaupun aku dalam keadaan marah, ataupun senang."

Abu Hurairah juga pernah berkomentar atas kebiasaan Abdullah bin Amr ini,
"Di antara para sahabat, tidak ada yang menyamai saya dalam hal hafalan hadits-hadits Nabi SAW, kecuali Ibnu Amr bin Ash, karena dia selalu mencatat segala apa yang disabdakan Nabi SAW, sedangkan saya hanya mengandalkan ingatan saja."

Ketika terjadi pertikaian antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah, sesungguhnya ia tidak ingin berpihak kepada kedua kelompok sebagaimana dianut beberapa sahabat seperti Muhammad bin Maslamah, Usamah bin Zaid, dan beberapa sahabat lainnya. Tetapi menjelang terjadinya perang Shiffin, ayahnya, Amr bin Ash yang berpihak kepada Muawiyah mendatanginya dan mengajaknya berperang di pihaknya. Abdullah bin Amr berkata,
"Bagaimana mungkin? Rasulullah SAW telah berwasiat kepadaku untuk tidak menaruh pedangku di leher seorang muslim untuk selama-lamanya…..!!"

Bukan Amr bin Ash namanya kalau tidak mampu bersiasat, ia mengemukakan berbagai alasan, terutama menyangkut "menuntut bela atas pembunuhan Utsman bin Affan". Setelah beberapa argumen ayahnya mampu dipatahkannya, akhirnya Amr bin Ash berkata,
"Ingatkah engkau wahai Abdullah wasiat terakhir Nabi SAW, beliau mengambil tanganmu dan meletakkan di atas tanganku, dan memerintahkan engkau untuk taat kepada ayahmu ini? Dan sekarang saya menghendaki engkau turut bersama kami, berperang bersama kami….!!"

Mendengar argumen ini, Abdullah bin Amr dilanda kebimbangan yang amat sangat. Jauh di dalam hatinya, kebenaran yang sangat diyakininya, ia tidak ingin terlibat dalam pertikaian itu. Tetapi ia seakan tidak punya kekuatan menolak ketika diingatkan akan pesan Nabi SAW dan janjinya untuk melaksanakannya. Akhirnya ia mengikuti pertempuran tersebut dengan setengah hati dan berada di pihak Muawiyah. Ia mengetahui bahwa Ammar bin Yasir berperang di pihak Ali, dan masih jelas terngiang nubuwat Nabi SAW tentang kematian Ammar bin Yasir di tangan para pendurhaka. Ia hadir juga dalam penggalian parit khandaq ketika Nabi SAW menyabdakan hal itu.

Sebagian riwayat menyebutkan, ia tidak pernah mengangkat senjatanya walau ia berada di antara personal pasukan Muawiyah. Tetapi begitu ia mendengar kabar bahwa Ammar bin Yasir telah terbunuh, ia langsung berteriak keras, "Apa? Ammar telah terbunuh, dan kalian pembunuhnya? Kalau demikian kalianlah kaum pendurhaka itu, kalian berperang di jalan yang salah…..!!"

Abdullah bin Amr berjalan berkeliling sambil meneriakkan kata-kata tersebut sehingga melemahkan semangat pasukan Muawiyah. Ketika hal itu dilaporkan kepada Muawiyah, ia memanggil Amr bin Ash dan anaknya tersebut, dan berkatakepada Amr bin Ash,
"Kenapa tidak engkau bungkam anakmu yang gila ini..!!"

Amr bin Ash hanya diam, tetapi justru Abdullah berkata dengan tegas tanpa ketakutan sedikitpun,
"Aku tidak gila, tetapi aku telah mendengar Nabi SAW bersabda kepada Ammar, bahwa ia akan dibunuh oleh kaum yang durhaka atau aniaya…!!"

"Kalau begitu, kenapa engkau ikut bersama kami??" Tanya Muawiyah.
"Tidak, " Kata Abdullah bin Amr, "Aku hanya mengikuti wasiat Nabi SAW untuk taat kepada ayahku, dan akutelah menaatinya dengan pergi kesini, tetapi aku tidak pernah ikut berperang bersamamu…!!"

Di tengah pembicaraan tersebut, pengawal Muawiyah mengabarkan kalau pembunuh Ammar ingin menghadap masuk. Abdullah bin Amr langsung berkata, "Suruhlah dia masuk, dan sampaikan kabar gembira kepadanya, dia akan menjadi umpan api neraka…!!"

Muawiyah menjadi murka mendengar perkataannya tersebut, tetapi Abdullah bin Amr tetap bertahan dengan perkataannya tersebut, bahwa pembunuh Ammar bin Yasir adalah kaum yang durhaka dan berperang di jalan yang salah, begitu Nabi SAW mengabarkan bertahun-tahun sebelumnya, dan ia meyakini akan kebenarannya. Ia berpaling kepada ayahnya dan berkata,
"Kalau tidaklah Rasulullah menyuruh saya menaati ayah, saya tidak akan pernah menyertai perjalanan ayah ke sini, dan kini saya telah memenuhi wasiat beliau…"

Setelah itu Abdullah bin Amr kembali ke Madinah dan mengurung diri di mushalla rumahnya. Ia tidak habis-habisnya menyesali keterlibatannya di perang Shiffin dan berada di pihak Muawiyah. Ia selalu menangis dan mengeluh, "Wahai, apa perlunya aku ke Shiffin…apa perlunya aku memerangi kaum muslimin…!!!"

Suatu hari ia duduk di masjid bersama beberapa orang sahabat, lewatlah Husein bin Ali. Setelah menyampaikan salam, ia berlalu masuk ke masjid tanpa memperdulikan kumpulan sahabat. Abdullah bin Amr berkata,
"Tahukah kalian penduduk bumi yang paling dicintai penduduk langit? Dialah Husein bin Ali yang baru saja berlalu di hadapan kita. Sejak perang Shiffin, ia tidak mau berbicara denganku… Sungguh, ridhanya kepadaku lebih aku sukai daripada barang berharga apapun juga…!!"

Ia meminta tolong kepada sahabat Abu Sa'id al Khudri untuk bisa bertemu dengan Husein, dan mereka diijinkan untuk berkunjung ke rumah cucu kesayangan Rasulullah SAW itu. Terjadilah berbagai macam pembicaraan, sampai akhirnya Husein bertanya, "Apa yang membawamu ikut berperang di pihak Muawiyah?"

Abdullah bin Amr berkata, "Ayahku pernah mengadukan aku kepada Rasulullah karena berpuasa setiap hari, shalat malam sepanjang malam dan mengkhatamkan al Qur'an setiap hari, maka Nabi SAW berwasiat kepadaku, 'Hai Abdullah puasalah dan berbuka, shalatlah malam dan tidurlah, bacalah Qur'an dan berhentilah, dan taatilah ayahmu…' Saat perang Shiffin terjadi, ayahku mendatangiku dan memaksaku mengikutinya dengan membawa wasiat Nabi SAW tersebut… tetapi demi Allah, aku tidak pernah menghunus pedang, melemparkan tombak atau melepaskan anak panah pada perang tersebut…."

Abdullah bin Amr juga menjelaskan apa yang dilakukannya terhadap Muawiyah setelah terbunuhnya Ammar bin Yasir, dan sikapnya meninggalkan pertempuran tersebut. Husein akhirnya ridha kepadanya setelah semua penjelasannya tersebut. Abdullah bin Amr menangis penuh haru.

Pada masa pemerintahan Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Amr meninggal pada usia 72 tahun di mushalla rumahnya, ketika itu ia baru selesai menjalankan shalat dan sedang bermunajat kepada Allah. Sungguh saat akhir yang amat indah (khusnul khotimah) yang amat dirindukan oleh semua kaum muslimin.

Ahir Hayat Si Pendengki



Ada seorang Arab Badui menemui Khalifah al-Mu'thasim, lalu ia dinkat oleh Khalifah menjadi orang dekat dan kepercayaannya, ia kemudian dengan leluasa menemui istrinya tanpa perlu minta izin dulu.

Sang Khalifah memiliki minteri yang memiliki sifat dengki. Melihat kepercayaan yang demikian besar diberikan Khalifah kepada orang Badui itu, ia cemburu dan dengki terhadapnya. Didalam hati ia berkata;
"Kalau aku tidak membunuh orang Badui itu, kelak ia bisa mengambil hati sang Khalifah dan menyingkirkanku"

Kemudian ia merancang sebuah tipu muslihat dengan cara bermanis-manis terlebih dahulu terhadap si Badui itu. Ia berhasil membujuk Badui itu dan mengajaknya mampir ke rumahnya. Disana, ia memasakan makanan untuk orang Badui dengan memasukkan bawang merah sebanyak-banyaknya. Ia berkata;
"Hati-hati, jangan mendekat ke Amirul Mukminin, sebab bila mencium bau bawang merah itu darimu pasti ia sangat terusik, ia membenci aromanya"

Setelah tak beberapa lama, si menteri yang pendengki ini menghadap Khalifah, ia berkata kepada Khalifah;
"Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya orang Badui itu membicarakanmu kepada orang-orang bahwa Tuan mulutnya berbau dan ia hampir mati karena aroma mulut Tuan"

Ketika si orang Badui menemui Khalifah, ia menutup mulutnya dengan lengan bajunya karena khawatir aroma bawang merah yang ia makan tercium oleh Khalifah.
Namun ketika Khalifah melihat orang Badui menutup mulutnya, ia berkata dalam hati;
"Benar, apa yang dikatakan sang menteri mengenai orang Badui ini"
Maka, Khalifah menulis sebuah surat berisi pesan kepada salah seorang pengawalnya, berbunyi;
"Bila pesan ini sampai kepadamu, maka penggallah leher si pembawanya"
Kemudian Khalifah menyerahkan surat itu kepada si Badui seraya berkata;
"Bawalah surat ini untuk si Fulan, setelah itu berikan aku jawabannya"
Si Badui yang begitu lugu dan polos menyanggupi apa yang diperintahkan Khalifah. Ia mengambil surat itu lantas pergi dari sisi Khalifah.
Ketika berada di pintu gerbang, si menteri yang selalu mendengki itu menemuinya seraya berkata;
"Hendak kemana engkau?"
"Aku akan membawa pesan Khalifah ini kepada pengawalnya, si Fulan" Jawab orang Badui.
Dalam hati, si menteri berkata;
"Pasti dari tugas yang di emban orang Badui ini, ia akan memperoleh harta yang banyak"
Maka berkatalah ia kepadanya;
"Wahai Badui, bagaimana pendapatmu bila ada orang yang mau meringankanmu dari tugas yang tentu akan melelahkanmu sepanjang perjalanan nanti, bahkan ia malah memberimu upah 2000 dinar?"
"Kamu seorang pembesar dan juga sang pemutus perkara, apapun pendapatmu lakukanlah!" Kata si Badui
"Berikan surat itu kepadaku!" Kata sang menteri.
Si Baduipun menyerahkan surat kepadanya, lalu sang menteri memberinya upah 2000 dinar. Surat itu ia bawa ke tempat yang dituju.

Sesampainya disana, pengawal yang ditunjuk Khalifah pun membacanya, lalu setelah memahami isinya, ia memerintahkan agar memenggal leher sang menteri.

Setelah beberapa hari, sang Khalifah baru teringat masalah si Badui. Karena itu, ia bertanya tentang keberadaan sang menteri. Lalu ada yang memberitahukan beberapa hari ini tidak muncul dan justru si orang Badui masih ada di kota.
Mendengar informasi itu, sang Khalifah tertegun, lalu memerintahkan agar orang Badui itu dibawa menghadap.

Ketika si Badui hadir, ia menanyakan tentang kondisinya, maka ia pun menceritakan kisahnya dengan sang menteri dan kesepakatan yang dibuat bersamanya sekalipun ia tidak tahu menahu apa urusannya. Dan, ternyata apa yang dilakukannya terhadap dirinya itu, tidak lain hanyalah siasat licik sang menteri dan kedengkian terhadapnya.
Lalu si Badui ini memberi tahukan kepada Khalifah perihal undangan sang menteri kepadanya untuk makan-makan di rumahnya, termasuk menyantap banyak bawang merah dan apa saja yang terjadi disana, ia berkata;
"Wahai Amirul Mukminin, Allah telah membunuh dengki, alangkah adilnya Dia, ia (dengki) memulainya dengan si pemilik (tuan)nya lalu membunuhnya.

Setelah peristiwa itu, si orang Badui dibebas tugaskan dari tugas terdahulu dan diangkat menjadi menteri.
Sang menteri (yang dahulu) telah beristirahat bersama kedengkiannya.

Sumber
Nihaayah azh-Zhaalimiin.
Karya; Ibrahim bin Abdullah al-Hazimy

Syukurilah Segala Yang ada Di Diri Anda



Ketika kita ditimpa musibah, bencana, atau keadaan yang sulit, banyak dari kita yang meratapi nasib dan menyalahkan Tuhan.
Kenapa harus saya yang mengalami ini? Kenapa bukan orang lain saja? Apa salah saya hingga Tuhan membiarkan saya mengalami musibah ini? Bagaimana bisa melanjutkan hidup dalam keadaan seperti ini? Mengapa hidup orang lain tampak begitu mulus dan mudah? Ah, Tuhan tidak adil!
Depresi, kecewa, dan putus asa menghantui diri kita. Namun, jika mau berpikir kembali, bijaksanakah kita kalau selalu menyalahkan keadaan? Apakah masalah akan selesai jika hanya menyalahkan keadaan?

Tidak ada suatu apapun yang kebetulan di dunia ini. Segalanya telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Sekecil apapun kejadian itu, tentu merupakan kehendak-Nya. Tuhan selalu punya alasan mengapa Dia memberikan keadaan demikian kepada kita. Cermati, sesungguhnya Tuhan ingin Anda mempelajari hikmah dari kejadian tersebut.
Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa dilewati oleh hamba-Nya. Karena itu, percayalah. Mengapa Tuhan memilih Anda untuk menjalani keadaan sulit yang Anda rasakan, adalah karena Tuhan tahu bahwa Anda mampu melewatinya. Jika orang lain yang mengalami apa yang Anda alami, belum tentu mereka bisa sekuat Anda saat ini.

Setiap kesukaran yang kita alami adalah semata-mata kesempatan untuk mengasah kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Seorang sarjana bekerja sebagai pegawai kantoran dengan gaji tiga juta per bulan. Di lain pihak, seorang berijazah SMP mampu menghidupi keluarga lewat usaha tambak ikan dengan penghasilan berkali lipat. Ya, kesulitan memperoleh pekerjaan sering kali membuat kita berpikir lebih keras, bagaimana cara memperoleh uang. Jika setiap masalah kita hadapi dengan pikiran positif, tentu hasil yang positif juga akan kita dapatkan.
Hidup adalah untuk menyelesaikan masalah. Meski tampak bahagia di luar, setiap orang pasti memiliki masalah sendiri.

Ada seorang gadis berparas cantik dari keluarga berkecukupan. Apapun yang ia inginkan hampir selalu didapatkannya. Ia memiliki kekasih yang tampan dan perhatian, di samping masih banyak pria lain yang juga memujanya. Bahagiakah hidupnya? Tidak! Kedua orang tuanya telah lama bercerai, jika bertemu pun sikapnya seperti kucing dan anjing. Masing-masing telah menikah lagi. Tak ingin memilih salah satu pihak, akhirnya si gadis dan adiknya yang masih SMA, memilih untuk tinggal berdua saja.

Coba Anda tengok orang-orang yang tampak bahagia. Pasti akan Anda temukan satu sisi yang membuat orang itu merasa hidupnya tidak sempurna. Begitu pun dengan diri Anda sendiri. Jika saat ini Anda merasa punya masalah, selesaikanlah dengan tawakal tanpa pernah mengeluh. Itulah ujian yang Tuhan berikan sesuai dengan porsi kemampuan Anda.

Kisah Teladan Rasulullah SAW



Dikisahkan bahwa ada seorang wanita tua yang sedang melintasi gurun pasir dengan membawa beban barang bawaannya yang cukup berat.
Wanita tua itu tampaknya sangat kepayahan, namun demikian dia tetap berusaha untuk membawa barang bawaannya dengan sekuat tenaga.

Tidak lama kemudian tampak dari kejauhan, seorang laki-laki muda dengan wajah yang sangat tampan datang menemui wanita tua itu.
Laki-laki itu menawarkan diri kepada wanita tua tersebut untuk membantu membawa barang bawaannya dan wanita tua yang sedang kepayahan itu menerima tawaran tersebut dengan segala senang hati.

Kemudian laki-laki itu pun mengangkat dan membawa barang bawaan wanita tua itu, lalu mereka berjalan beriringan.

Dalam perjalanan, wanita tua ini banyak bicara dan ternyata dia adalah seorang wanita yang senang berbicara,
“ Anak muda, senang sekali kamu mau membantu dan menemani saya dan saya sangat menghargainya,” Kata wanita itu.
Laki-laki itu hanya tersenyum mendengar ucapan wanita tua itu dan kemudian wanita tua itu berkata lagi:
“Anak muda, selama kita berjalan bersama, saya hanya punya satu permintaan untuk kamu. Janganlah kamu sekali-kali berbicara apapun tentang Muhammad, karena gara-gara dia, tidak ada lagi rasa damai dan saya merasa sangat terganggu dengan pemikirannya. Jadi sekali lagi saya minta kepada kamu, jangan berbicara apapun tentang Muhammad.”

Laki-laki itu kembali tersenyum dan dengan sabar dia terus mendengarkan perkataan wanita tua itu.
Wanita tua itu lalu melanjutkan perkataannya lagi:
“Muhammad itu benar-benar membuat saya kesal. Saya selalu mendengar nama dan reputasinya kemanapun saya pergi. Dia dikenal berasal dari keluarga dan suku yang terpercaya, akan tetapi tiba-tiba dia memecah belah orang-orang dengan mengatakan bahwa Tuhan itu satu. Dia menjerumuskan orang yang lemah, orang miskin dan budak-budak. Orang-orang itu berpikir mereka akan dapat menemukan kekayaan dan kebebasan dengan mengikuti jalannya. Dia merusak anak-anak muda dengan memutarbalikkan kebenaran. Dia meyakinkan mereka bahwa mereka kuat dan bahwa ada suatu tujuan yang bisa diraih. Jadi anak muda, jangan sekali-kali kamu berbicara tentang Muhammad.” Kata wanita tua itu lagi dengan nada yang kesal.

Tidak lama kemudian setelah mereka berjalan, sampailah mereka di tempat tujuan.
Laki-laki itu lalu menurunkan barang bawaannya dan wanita tua tersebut menatap laki-laki itu dengan senyumannya sambil berkata:
“Terima kasih banyak, anak muda. Kamu sangat baik. Kemurahan hati dan senyuman kamu itu sangat jarang saya temukan. Biarkan saya memberi satu nasihat untuk kamu, jauhi Muhammad! Jangan pernah memikirkan kata-katanya atau mengikuti jalannya. Kalau kamu lakukan itu, maka kamu tidak akan pernah mendapatkan ketenangan. Yang ada hanya masalah.”
Laki-laki itu masih saja tersenyum ketika mendengarkan ucapan dan nasehat dari wanita tua itu.

Kemudian laki-laki itu mohon diri untuk meninggalkan wanita tua itu, namun pada saat laki-laki itu berbalik menjauh, wanita itu menghentikannya:
“Maaf, sebelum kita berpisah, bolehkah saya tahu siapa namamu, anak muda?”
Laki-laki itu kembali tersenyum kemudian dengan lembut memberitahukan namanya dan ternyata wanita itu sangat terkejut ketika laki-laki itu menyebutkan namanya.
“Maaf, apa yang kamu bilang tadi? Kata-kata kamu tidak terdengar jelas. Telinga saya semakin tua dan terkadang saya tidak bisa mendengar dengan baik. Kelihatannya ada yang lucu, karena saya pikir tadi saya mendengar kamu mengucapkan Muhammad.”
“Iya, Saya Muhammad.”
laki-laki itu mengulang kata-katanya lagi kepada wanita tua itu.

Wanita tua itu terpaku memandangi Rasulullah SAW dan tidak lama kemudian tiba-tiba meluncur kata-kata dari mulutnya:
“Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya.“

Kumpulan Kata Mutiara Petuah




1101. Dengan semangat, anda pasti bisa, bersemangatlah dengan hati, agar semangat anda tetap dijalan kebenaran.

1102. Jangan membenci ambisi, ia tenaga naik yang kau butuhkan untuk berhasil. Tanpa ambisi, engkau mudah minder.

1103. Ketika seseorang berusaha menjauhi hidupmu, biarkanlah, kepergian dia hanya membuka pintu bagi seseorang yang lebih baik untuk masuk.

1104. Cinta adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia, jagalah cinta sebelum cinta itu pergi.

1105. Air mata terkadang tak selalu menunjukkan kesedihan, kadang kita dapat tertawa bahagia bersama sahabat terbaik kita.

1106. Pertengkaran dibutuhkan untuk masuk ke level yang lebih tinggi dlm sebuah hubungan.

1107. Kadang masalah adalah sahabat terbaikmu, mereka buatmu jadi lebih kuat, dan buatmu menempatkan Tuhan di sisimu yang paling dekat.

1108. Cinta yang tulus akan selalu memiliki alasan untuk mempertahankan meskipun sedang diuji dalam cobaan yang bisa saja memisahkan.

1109. Orang yg menyukai tantangan, adalah orang yg memberi ruang pada impian untuk menjadi kenyataan.

1110. Berikanlah uang maka anda memenangkan dirinya, berikanlah kepercayaannya maka anda memenangkan hatinya.

1111. Jangan yakinkan diri bahwa dia menyukaimu, hanya karena dia bersikap manis padamu.

1112. Jangan pernah memandang rendah diri sendiri. Untuk dunia mungkin kamu hanya seseorang, tapi bagi seseorang mungkin kamu bisa menjadi dunianya.

1113. Segeralah berbuat kebaikan, tapi jangan tergesa-gesa melihat hasilnya. Lakukan dengan konsisten.

1114. Jika kamu tak bahagia dengan hidupmu, perbaiki apa yang salah, dan teruslah melangkah.

1115. Kesempatan selalu ada, biarkan kailmu terus siaga didalam kolam yang paling tidak kau harapkan, seringkali ikan berada di sana.

1116. Hanya orang kecil yang berupaya mengecilkan orang lain, agar dia bisa merasa besar.

1117. Jangan membenci mereka yang mengatakan hal buruk tuk menjatuhkanmu, karena merekalah yang buatmu semakin kuat setiap hari.

1118. Biarkanlah orang yang kamu cintai mengetahui apa yang kamu rasakan padanya. Memendam cinta hanya akan menyakiti diri sendiri.

1119. Jika masalah datang, tenangkan pikiran, tak perlu memaksakan mengambil keputusan saat pikiran sedang kusut.

1120. Rahasia dari sebuah kelanggengan adalah memastikan semua pihak untung.

1121. Cinta akan terasa sempurna jika saling melengkapi, dan cinta akan terasa indah ketika bisa saling mengasihi.

1122. Seseorang takkan pernah memahami arti keberhasilan yang sempurna tanpa mengalami kegagalan sebelumnya.

1123. Obat terbaik untuk yang patah hati, adalah jatuh cinta lagi.

1124. Terkadang, kamu berpikir seseorang telah berubah tanpa kamu menyadari hal itu terjadi karena dia mulai bersikap dewasa.

1125. Mencintai bukanlah memberikan yang terbaik dalam kelebihan, namun memberikan yang terbaik dalam kekurangan.

1126. Perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tetapi perbuatan pura-pura itulah sebenarnya yang menimbulkan permusuhan dan pengkhianatan.

1127. Prestasi adalah materi demonstrasi terbaik, ia tidak merusak dan melukai orang lain.
1128. Sesuatu yang menyenangkan bagaimana seseorang mampu membuatmu tersenyum, hanya dengan memikirkan dirinya.

1129. Hanya cinta yang bisa membuatmu bahagia, meskipun terkadang memberikan rasa luka. Tapi cinta akan terasa begitu istimewa ketika kamu memberikannya kepada seseorang yang setia.

1130. Keluhan kita adalah tanda bahwa kita tidak cukup cepat meninggalkan keadaan yang tidak kita sukai.

1131. Happy Jadi dirimu sendiri agar ketika seseorang mencintai, kamu tak perlu takut jika dia akan temukan dirimu bukan orang yang ingin dia cintai.

1132. Jangan hiraukan mereka yang berbicara buruk di belakangmu, karena merekalah yang bodoh menghabiskan waktunya memikirkan tentangmu.

1133. Setiap hari kita perlu peka akan berbagai ide dan peluang yang muncul dari dalam maupun dari luar diri kita.

1134. Perasaan yang paling berbahaya adalah iri, karena iri hati melahirkan kebencian dan kebencian akan membunuhmu perlahan.

1135. Tak peduli seperti apa hidupmu, kamu selalu punya pilihan untuk melihat dari sisi baiknya atau sisi buruknya.

1136. Seseorang yang tulus mencintaimu bukanlah seseorang yang membuatmu tertawa ketika kamu bersedih, melainkan seseorang yang melihatmu tertawa ketika kamu tengah merasakan kesedihan.

1137. Kepemimpinan adalah Karakter orang dengan karakter yang hebat berkembang secara alami seiring dengan berjalannya waktu akan menjadi pemimpin.

1138. Cinta yang tumbuh dari kebutuhan tidak pernah lebih besar daripada kebutuhan yang tumbuh dari cinta.

1139. Jangan selalu katakan "masih ada waktu" atau "nanti saja", lakukan segera, gunakan waktumu dengan bijak.

1140. Terluka dan memafkan merupakan bagian dari cinta, itu karena cinta yang tulus akan ada kata maaf untuknya.

1141. Teori itu mengatakan bahwa di tahap akhir menjelang titik sukses, orang akan menghadapi tantangan yang luar biasa sulit.

1142. Salah satu cara terbaik yang dapat kita lakukan bagi orang negatif adalah dengan cara tidak ikut-ikutan menjadi seperti mereka.

1143. Hidup ini bukan hanya mencari yang terbaik, namun lebih kepada menerima kenyataan bahwa kamu adalah kamu. Jadi dirimu sendiri.

1144. Cinta memberikan alasan untuk tersenyum dan memberikan waktu yang indah untuk tertawa. Tapi terkadang cinta juga memberikan kenangan yang tak akan pernah dilupakan.

1145. Bukanlah masalah jika aku gagal dalam suatu hal, yang penting aku belajar dari kesalahanku.

1146. Tuhanku, kami mohon peliharalah kami dalam lindungan cinta dan sayangMu.

1147. Orang yang bijak adalah yang tahu siapa yang harus dia percaya. Orang yang lebih bijak adalah dia yang selalu bisa dipercaya.

1148. Kebenaran tidak hadir untuk mendukung zona nyaman kita. Kebenaran hadir untuk menghancurkan zona nyaman kita.

1149. Terkadang kamu harus mengikhlaskan, bukan karena tak sayang, tapi karena ada sesuatu yang memang tidak bisa dipaksakan.

1150. Dekatkan dirimu dengan Tuhan. Semakin dekat hidupmu dengan Tuhan, semakin terasa ringan beban hidupmu.

Amr Bin Ash RA



Amr bin Ash merupakan salah satu tokoh Quraisy yang paling gencar menghalangi dakwah Nabi SAW dan menyiksa orang-orang lemah yang masuk Islam. Karena itu Nabi SAW sempat berdoa kepada Allah agar menurunkan azab kepada tiga orang, yang salah satunya adalah 'Amr bin 'Ash. Tetapi kemudian turun ayat yang melarang Nabi SAW melakukan hal itu, yakni mendoakan keburukan bagi manusia (Surah Ali Imran 128).

Amr bin Ash memiliki kemampuan yang tinggi di bidang politik dan strategi, karena itu ia menyadari bahwa dengan dikukuhkannya perjanjian Hudaibiyah, agama Islam yang dibawa Nabi SAW akan mencapai ketinggian yang tidak mungkin bisa dibendung lagi oleh orang Quraisy. Tetapi pengamatan dan prediksi yang tajam ini belum cukup untuk membawanya kepada Islam, ia justru berkata kepada teman-teman dekatnya, "Marilah kita bergabung dengan Raja Najasyi di Habasyah dan menjadi anak buahnya. Jika Muhammad menang atas kaum Quraisy, kita sudah ada di sisi Najasyi. Tetapi jika kaum kita yang menang, maka kita adalah orang yang telah mereka kenal, tidak ada sikap yang muncul dari mereka kecuali kebaikan saja."

Teman-temannya itu menyetujuinya. Amr bin Ash memang telah cukup dikenal oleh Najasyi, raja Habasyah, karena ia pernah menjadi duta kaum Quraisy ketika kaum muslim hijrah ke Habasyah. Ia memanfaatkan hubungan baiknya ini agar bisa terselamatkan, ketika pertentangan dua kubu, Kaum Quraisy dan orang-orang Islam, makin memuncak. Amr membawa kulit-kulit yang disamak, salah satu barang yang sangat disukai Najasyi, sebagai hadiah dalam jumlah yang cukup besar.

Setibanya di Habasyah dan bersiap menghadap Najasyi, tampak utusan Nabi SAW, Amr bin Umayyah adh Dhamri, masuk menemui Najasyi berkaitan dengan keberadaan Ja'far bin Abu Thalib dan kaum Muhajirin lainnya di Habasyah. Setelah Amr bin Umayyah keluar dari majelis Najasyi, Amr bin Ash memasuki ruangan, ia bersujud seperti yang selama ini dilakukannya, dan Najasyi menyapanya,
"Selamat datang sahabat karibku, apakah engkau membawa hadiah dari negerimu untukku?"

Ketika Amr menyerahkan hadiah kulit-kulit tersebut, tampak sekali kegembiraan dan ketakjuban Najasyi, apalagi jumlahnya cukup banyak. Pada saat melihat utusan Nabi SAW datang, muncul niat Amr untuk membunuh sahabat Nabi SAW itu, maka ia berkata kepada Najasyi,
"Wahai tuanku, aku melihat seorang lelaki yang baru keluar dari majelis ini, ia adalah utusan dari lelaki yang menjadi musuh kami. Serahkanlah ia padaku untuk kubunuh, karena lelaki itu (Muhammad) telah banyak menghina dan melecehkan pemuka-pemuka kami."

Mendengar permintaan Amr ini, Najasyi sangat marah, dan Amr menangkap ekspresi itu dan ia sangat ketakutan. Kalau saja saat itu bumi terbelah, rasanya ia ingin memasukinya agar terhindar dari kemarahan Najasyi. Karena itu buru-buru ia berkata lagi,
"Tuanku, demi Allah, aku mengira tuan tidak menyukai permintaanku itu!!"

Najasyi berkata,
"Apakah engkau meminta aku menyerahkan utusan dari seorang lelaki yang didatangi Malaikat Jibril, sebagaimana ia datang kepada Musa, agar engkau bisa membunuh utusan itu?"
"Wahai Najasyi, Apakah ia memang orang yang seperti itu?" Tanya 'Amr.

Amr bin Ash tentulah tidak mengerti bahwa telah beberapa hari lamanya utusan Rasulullah SAW tersebut tinggal di Habasyah, dan salah satu misinya adalah membawa surat beliau untuk menyeru Najasyi memeluk Islam, dan ia telah menyambutnya dengan tangan terbuka. Bahkan Najasyi telah mewakili Rasulullah SAW melamar Ummu Habibah binti Abu Sufyan untuk menjadi istri beliau.

Najasyi berkata,
“Kecelakaan bagimu, hai Amr, taatilah aku dan ikutilah dia (Nabi SAW), karena sesungguhnya dia berada di atas kebenaran. Dan dia akan memperoleh kemenangan dari siapapun yang menentangnya, sebagaimana Musa bin Imran memperoleh kemenangan atas Fir'aun dan bala tentaranya."

Mendengar ucapan Najasyi ini, seperti ada kilat yang menyambar hatinya, tetapi sekaligus membuka mata hatinya hingga hidayah Allah SWT meneranginya. Amr berkata kepada Najasyi, "Maukah engkau memba'iat aku atas islam untuknya?"

“Baiklah!!” Kata Najasyi, dan ia memba'iat 'Amr untuk memeluk Islam.

Amr keluar dari majelis Najasyi dengan pandangan tentang Nabi SAW, yang jauh berbeda dengan ketika ia memasukinya. Tetapi ia masih menyembunyikan keislamannya dari sahabat- sahabatnya yang menunggu di luar, dan mengajak mereka kembali ke Makkah dengan dalih misinya gagal. Diam-diam ia berencana menemui Nabi SAW di Madinah untuk menyatakan dan mengukuhkan keislamannya.

Beberapa kemudian, di suatu pagi yang masih cukup gelap, 'Amr bin Ash meninggalkan kota Makkah menuju Madinah hingga tidak ada orang yang mengetahuinya. Tetapi ketika sampai di Haddah, suatu tempat antara Makkah dan Thaif, Amr melihat dua orang telah berjalan mendahuluinya meninggalkan kota Makkah. Ketika keduanya beristirahat, salah satunya dari mereka menambatkan tunggangannya, dan satunya lagi masuk ke kemah. Setelah makin dekat, ternyata orang itu Khalid bin Walid, Amr pun bertanya,
"Hendak kemanakah engkau, hai Abu Sulaiman?"
Khalid menjawab kalau akan ke Madinah menemui Nabi SAW untuk masuk Islam, tak lama kemudian orang yang di dalam kemah keluar, ternyata Utsman bin Thalhah. Amr gembira sekali karena bertemu dengan teman seperjuangan di dalam kekafiran, yang bermaksud sama untuk memeluk Islam. Mereka-pun sepakat untuk bersama-sama menyampaikan ba’iat keislaman di hadapan Nabi SAW.

Mereka bertiga sampai di Madinah di awal bulan Safar tahun 8 H selepas ashar, mereka mendekati masjid Nabi SAW.
Tampak kegembiraan Nabi SAW dan sahabat-sahabatnya melihat kedatangannya, Beliau bersabda,
"Makkah telah melepas jantung-jantung hatinya kepada kita…."

Terdengar juga seorang sahabat lainnya berkomentar,
"Seluruh penduduk Makkah akan tunduk kepada beliau karena dua lelaki ini…"

Amr merasa, bahwa yang dimaksud dua orang itu adalah dirinya dan Khalid bin Walid. Pertama Khalid bin Walid yang berba'iat kepada Rasulullah SAW untuk memeluk Islam. Amr menyusul dan diikuti oleh Utsman bin Thalhah.Amr berkata,
"Ya Rasulullah, sesungguhnya aku berba'iat kepadamu agar diampuni dosa-dosaku yang terdahulu."

Nabi SAW bersabda, "Wahai Amr, berba'iatlah karena sesungguhnya Islam menghapus dosa-dosa yang terdahulu, dan hijrah juga menghapus dosa-dosa yang telah lalu."

Sejak keislamannya, ia terjun dalam beberapa pertempuran bersama Rasulullah SAW. Tetapi jiwa pemimpin dan kelicinan strateginya baru menonjol jaman khalifah Umar bin Khaththab, bahkan ia terkenal dengan sebutan "Penakluk Mesir", karena pasukan yang dikomandaninya berhasil mengalahkan dan mengusir pasukan Romawi dari sana, dan akhirnya Mesir menjadi salah satu negara yang menjadi ikon Islam sampai sekarang.

Sebuah peristiwa menarik terjadi dalam pertempuran melawan pasukan Romawi di Mesir.
Riwayat lain menyebutkan peristiwa ini terjadi di Perang Yarmuk di Syiria, juga melawan pasukan Romawi. Amr bin Ash sebagai komandan pasukan muslim yang mengepung benteng Romawi, diundang oleh komandan benteng (arthabon) untuk berunding. Sebenarnya undangan ini hanya jebakan belaka, mereka telah menyiapkan perangkap, jika Amr bin Ash kembali dari pertemuan tersebut, mereka akan menimpakan batu-batu yang telah disiapkan hingga ia tewas.

Tanpa prasangka apa-apa, Amr memenuhi undangan tersebut. Setelah terjadi beberapa kesepakatan, Amr akan kembali, tetapi ia menangkap suatu gejala yang tidak semestinya. Di luar ruangan, ia melihat beberapa gerakan di atas benteng yang mencurigakan, padahal ia akan lewat di bawahnya. Sadarlah Amr bahwa ia masuk dalam jebakan mereka. Ia berfikir cepat, kemudian kembali menemui Arthabon dan berkata,
"Wahai Arthabon, di markasku di sana, menunggu beberapa sahabat utama Rasulullah, merekalah yang paling didengar pendapatnya oleh khalifah Umar jika mengambil keputusan penting. Karena itu aku ingin membawa mereka ke sini untuk memantapkan kesepakatan kita ini…."

Arthabon terpancing dengan siasat Amr yang sebenarnya hanya bohong semata, ia berfikir, "Kalau bisa membunuh beberapa tokoh orang muslim sekaligus, sebaiknya ditunda saja sampai mereka semua datang. Apalagi sepertinya orang ini (Amr bin Ash), bukanlah pimpinan tertinggi dari pasukan muslim tersebut…"

Ia segera memberi kode tertentu kepada prajuritnya untuk menunda atau membatalkan rencananya, dan Amrbisa keluar dari benteng dengan selamat. Ia tersenyum dalam hati melihat Arthabon termakan muslihatnya.

Keesokan harinya, Amr mengerahkan pasukannya menyerbu benteng Mesir dengan semangat membara. Sementara itu pasukan Romawi yang justru tidak siap dengan serangan tersebut. Mereka beranggapan kalau para pimpinan pasukan muslim, seperti yang dikatakan Amr, masih akan datang untuk mematangkan perundingan. Akibatnya mereka dengan mudah dikalahkan dan benteng tersebut jatuh ke tangan kaum muslimin, berkat kepiawaian Amr bin Ash.

Amr bin Ash adalah tipikal seorang negarawan ulung dan mempunyai ambisi dalam kekuasaan, namun demikian ia termasuk orang yang amanah. Karena itu, Umar bin Khaththab tetap mempercayainya memegang jabatan gubernur Mesir walaupun ia hidup bergelimang harta, tetapi tentu saja ia dalam pengawasan yang ketat dari Umar.
Pernah ia hidup terlalu berlebihan dari kekayaan yang dimilikinya, segera saja Umar mengirim utusan, yakni Muhammad bin Maslamah, dan memerintahkan harta Amr dibagi dua, separoh untuk Amr bin Ash dan separuhnya lagi diserahkan ke baitul mal, untuk kemaslahatan kaum muslimin secara umum. Amr-pun dengan senang hari menerima keputusan Umar tersebut.

Ketika terjadi pertikaian antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah, pena takdir membawa Amr bin Ash pada pilihan berpihak Muawiyah, tentu dengan alasan dan motivasi yang hanya diketahui oleh Amr. Yang jelas, peran Amr bin Ash sangat besar dalam memenangkan Muawiyah atas Ali bin Abi Thalib, walau dengan cara dan jalan yang tidak sepenuhnya benar, dengan cara siasat dan muslihat yang memang sangat dikuasai oleh Amr bin Ash.

Dalam pertempuran Shiffin, ketika pasukan Muawiyah terdesak dan hampir dikalahkan oleh Pasukan Ali, Amr menyarankan kepada Muawiyah untuk mengangkat al Qur'an dengan pedang atau tombaknya dan berteriak untuk bertahkim/berhukum dengan Al Qur'an. Siapapun tahu bahwa Ali bin Abi Thalib orang yang sangat mengenal dan menghargai Al Qur'an, bahkan ia termasuk salah satu dari "pemimpin-pemimpin" para penulis dan penghafalnya.Salah satu dari lima orang, yakni Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Abbas, Ubay bin Ka'ab dan Zaid bin Tsabit.

Begitu sarannya tersebut dilaksanakan Muawiyah, Ali memerintahkan pasukannya untuk menghentikan serangan kepada pasukan Muawiyah. Banyak sekali kecaman dari sahabat dan tentaranya atas sikapnya ini, tetapi Ali tak bergeming. Pada dasarnya Ali memang tidak menghendaki peperangan tersebut terjadi, dan ia juga bukan tipikal orang yang ambisius dengan kemenangan, kekuasaan dan jabatan. Maka ketika jalan perundingan yang diminta, apalagi berhujjah dengan al Qur'an, serta merta Ali menyetujuinya.

Masing-masing pihak mengirimkan juru runding, Muawiyah mengirim Amr bin Ash dan Ali bin Abi Thalib mengirimkan Abu Musa al Asy'ari. Sesungguhnyalah Ali ingin mengirimkan Abdullah bin Abbas karena ia telah mengenal dengan baik karakter Amr bin Ash yang suka bersiasat, dan itu akan bisa diimbangi oleh Ibnu Abbas. Sementara Abu Musa al Asy'ari seorang sahabat yang saleh, yang selalu saja husnudzon pada orang lain. Tetapi karena mayoritas pasukan menghendaki Abu Musa, Ali menyetujuinya.

Dalam perundingan dua tokoh sahabat yang berbeda karakter ini, disepakati bahwa kedua pemimpin harus meletakkan jabatannya terlebih dahulu, kemudian diadakan pemilihan langsung terhadap salah satu dari keduanya, siapa yang diba'iat lebih banyak, dialah yang berhak menjadi khalifah. Masing-masing wakil pihak harus berpidato di hadapan seluruh pasukan dan melepaskan jabatan yang diwakilinya, baru setelah itu bisa dilaksanakan pemilihan. Abu Musa menerima perundingan tersebut dengan segala prasangka baiknya kepada Amr bin Ash.

Abu Musa menuruti permintaan Amr untuk berpidato pertama kali dan menanggalkan jabatan khalifah dari Ali. Setelah Abu Musa turun dari podium, Amr bin Ash menggantikan berpidato, ia berkata, "Sesungguhnya Abu Musa telah menanggalkan jabatan khalifah dari pemimpinnya, Ali bin Abi Thalib, dan saya pun menyatakan hal yang sama. Selanjutnya, dengan ini saya menetapkan Muawiyah sebagai khalifah dan Amirul mukminin yang bertanggung jawab atas penuntutan darah khalifah Utsman bin Affan, hendaklah kalian berba'iat kepadanya."

Abu Musa al Asy'ari terperangah kaget dengan perkataan Amr bin Ash, sama sekali ia tidak menyangka muslihat tersebut. Sementara Ali tampak tenang, sepertinya ia telah menduga hasil dari pertemuan dua tokoh tersebut. Pasukan Ali yang sebelumnya telah terpecah belah karena penghentian pertempuran yang diambang kemenangan makin kacau balau. Sebagian berbalik memusuhi Ali, sebagian lagi keluar dari pasukan utama.

Inilah peran besar Amr bin Ash dalam membalik keadaan, dari kekalahan total menjadi kemenangan pihak Muawiyah atas pihak Ali bin Abi Thalib.Tetapi menjelang ajalnya di tahun 43 hijriah, ketika itu ia menjabat gubernur Mesir di masa pemerintahan Muawiyah, seolah-olah ia menyadari semua langkah-langkah keliru dalam bersiasat dan bermuslihat, dan ia berdoa, "Ya Allah, aku ini orang yang tak luput dari kesalahan, mohon Engkau memaafkannya, aku ini orang yang tak sunyi dari kelemahan, mohon Engkau memberikan pertolongan. Jika Engkau tidak melimpahkan rahmat karunia- Mu, celakalah nasibku, Ya Rabbi…!!

Ahir Sebuah Pengembaraan



Pada zaman dahulu ada seorang pemuda bernama Ahmad.
Ahmad adalah seorang pengembara yang shaleh dan taat kepada Allah.
Hutan, gunung serta padang pasir dilaluinya dalam pengembaraan.
Suatu ketika disaat Ahmad sedang menyusuri sebuah sungai, dia merasa dahaga yang tiada terhingga karena hari memang sangat panas sekali. Ahmad pun berhenti di pinggir sungai untuk minum dan mencuci mukanya.
"Alhamdulillah....., terimakasih ya Allah, Engkau telah memberi keselamatan kepadaku dengan air sungai ini"
Tiba-tiba Ahmad melihat sesuatu mengapung di sungai menuju kearahnya, tanpa pikir panjang Ahmad pun kemudian mencebur dan mengambilnya yang ternyata adalah sebuah apel.
"Ini mungkin rizqi untukku" Ahmad kemudian memakan apel itu. Tetapi disaat apel itu termakan hampir habis, Ahmad teringat sesuatu,
"Astaghfirullah, kalau ada buah apel terjatuh, berarti di sekitar sini ada sebuah kebun, dan bila ada sebuah kebun, mungkin kebun itu ada yang memiliki, ya Allah ampunilah hambamu yang telah memakan buah ini tanpa meminta izin kepada pemiliknya, sebaiknya aku mencari dimana pemilik kebun dari buah ini"

Ahmad pun menyusuri sungai itu tanpa merasa letih, dan ternyata diujung hulu sungai ada sebuah kebun apel yang sangat luas. Ahmad kemudian mendatangi kebun itu dan mencari pemiliknya. Disaat Ahmad sedang mencari tiba-tiba seorang kakek mengejutkannya,
"Assalamu 'alaikum...., sedang mencari apa gerangan anak muda?"
"Wa'alaikum salam....., apakah bapak tahu siapa pemilik kebun apel ini?"
"Sayalah pemiliknya, kenapa?"
"Jadi pemilik kebun ini adalah bapak sendiri, oh.... kebetulan sekali, saya minta ma'af karena saya telah memakan sebuah apel yang saya duga berasal dari kebun bapak"
Dimana engkau menemukannya anak muda?" tanya kakek itu.
"Disebuah sungai disaat saya sedang minum dan membasuh muka saya"
Kakek pemilik kebun itu terdiam dan menatap mata Ahmad dengan tajam.
Ahmad pun kemudian berkata;
"Ma'afkan saya pak, saya siap menerima hukuman apapun dari bapak, apapun hukumannya, asalkan bapak mema'afkan saya"
"Ya... ya, ya..., kalau begitu kau akan menerima hukuman dariku" kata kakek itu sambil terus menatap tajam mata Ahmad.
"Silahkan kek, apa hukuman yang akan saya terima?"
"Kau harus membersihkan kebunku sebulan penuh"
Baiklah kek, saya akan menjalankan hukuman itu dengan ikhlas karena Allah" kata Ahmad sabar.

Demikianlah, hari-hari Ahmad membersihkan kebun apel itu dengan rajin dan senang. Dia berharap dapat menghapus kesalahan yang telah dilakukannya. Hingga tak terasa satu bulan penuh Ahmad telah menjalankan hukuman.
Ahmad pun kemudian mendatangi pemilik kebun itu,
"Saya telah menjalankan hukuman untuk membersihkan kebun selama sebulan penuh, dan hari ini adalah hari terahir, apakah ada hukuman lain untuk menebus kesalahan saya?" Tanya Ahmad.
"Ada, aku mempunyai anak gadis bernama Rokayah, dia buta, tuli, bisu dan lumpuh. Kau harus menikahinya" Jawab kakek pemilik kebun.
Bukan hanya terkejut, Ahmad pun gemetar, tubuhnya berkeringat, karena Ahmad berpikir begitu berat ujian dan hukuman yang ia terima, pemilik kebun itu pun bertanya;
"Kenapa, apakah kau tidak bersedia?" Tanya pemilik kebun itu membuat Ahmad berpikir. Tidak lama kemudian Ahmad dapat menguasai diri. Ia yakin apabila pemilik kebun tidak memaafkannya, maka Allah pun tidak akan memaafkan kesalahan yang telah memakan apel yang bukan miliknya.
"Baiklah, saya penuhi, saya ikhlas karena Allah untuk menikahi anak kakek" Jawab Ahmad.

Dengan kesabaran dan keikhlasan Ahmad pun kemudian menikahi anak gadis pemilik kebun apel.
Disaat usai pernikahan, Ahmad hendak memasuki kamar pengantin yang didalamnya telah menunggu gadis pemilik kebun apel.
"Assalamu 'alikum..." Ucap Ahmad seraya membuka tirai kamar.
"Wa'alaikum salam, silahkan masuk! Aku telah menunggu dari tadi" Seorang gadis menjawab dari dalam kamar.
Ahmad terkejut bukan kepalang mendengar jawaban itu,
"Oh, ma'afkan saya, mungkin saya salah memasuki kamar ini, sebenarnya saya mencari gadis bernama Rokayah, dia pemilik kebun apel" Kata Ahmad bingung.
"Sayalah yang engkau cari" Jawab gadis itu.
"Oh tidak..., tidak mungkin"

Ahmad pun berlalu dengan tergesa meninggalkan gadis itu dan menemui pemilik kebun.
"Sebelumnya maafkan saya yang telah lancang memasuki sebuah kamar seorang gadis cantik. Tapi... dimanakah sebenarnya kamar Rokayah istri saya?" Tanya Ahmad.
"Kau tidak salah, yang kau masuki memang kamar Rokayah anakku satu-satunya. Dan yang di kamar memang anakku, dialah Rokayah"
"Tetapi kenapa saya tidak melihat dia buta, tuli, bisu dan lumpuh?" Tanya Ahmad.
"Anakku..., Rokayah memang buta, tuli bisu dan lumpuh, tapi yang aku maksud dia buta, karena dia tidak pernah menggunakan kedua matanya untuk melihat hal-hal yang buruk. Dia tuli, karena telinganya tidak pernah digunakan untuk mendengarkan pembicaraan-pembicaraan yang buruk. Dia bisu, karena dia tidak pernah menggunakan mulutnya untuk berbicara kotor. Dan dia lumpuh, karena dia tidak pernah berjalan ke tempat-tempat maksiat. Sekarang kembalilah ke kamarnya, temuilah dia yang sekarang menjadi istrimu"

Betapa bahagianya Ahmad yang ternyata mendapatkan seorang istri yang bukan hanya cantik jelita, namun seorang gadis yang beriman dan taat kepada Allah SWT.