Cari Artikel

Sa'id Bin Amir RA



Sa'id bin Amir RA adalah seorang sahabat Muhajirin, yang memeluk Islam beberapa waktu sebelum terjadinya perang Khaibar. Sejak keislamannya, ia tidak pernah tertinggal dalam mengikuti peperangan bersama Rasulullah SAW. Ia bukan sosok yang menonjol walaupun memang memiliki keutamaan dan kesalehan, seperti halnya kebanyakan sahabat-sahabat Nabi SAW yang tidak terekspose keutamaannya. Bahkan banyak di antara mereka yang tidak dikenali secara umum, nama dan ketinggian akhlak serta sikap kepahlawanannya. Termasuk Sa’id bin Amir ini, apalagi ia hanyalah dari golongan miskin. Tetapi seperti yang pernah dikatakan Umar bin Khaththab,
"Kalian tidak mengenalinya, tetapi Allah dan para malaikat mengenali mereka….."

Pada masa khalifah Umar-lah namanya mulai dikenal, karena Umar selalu memilih orang-orang shaleh, suka beribadah, zuhud dari dunia untuk memegang jabatan-jabatan di wilayah baru Islam yang mulai meluas. Ketika Umar memecat Muawiyah sebagai amir (gubernur) kota Homs, kota kedua terbesar di Syam (Syiria) setelah Kufah, karena tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh Umar, pilihannya jatuh kepada Sa'id bin Amir. Sebagian riwayat menyebutkan bukan kota Homs, tetapi kota Damsyik.

Sa'id bin Amir didatangkan menghadap khalifah Umar. Tetapi ketika jabatan ini ditawarkan kepadanya, Sa'id berkata,
"Janganlah saya dihadapkan kepada fitnah, ya Amirul Mukminin..!!"
Mendengar jawaban tersebut, dengan tegas Umar menjawab,
"Tidak, demi Allah saya tidak akan melepaskan anda! Apakah kalian hendak meninggalkan saya, setelah kalian memba'iat dan membebani saya dengan amanat dan kekhalifahan ini….!!"

Walaupun sebenarnya ingin tetap menolak, Sa'id bisa diyakinkan untuk memegang jabatan tersebut, dan memang tidak ada pilihan lain seperti apa yang disampaikan Umar. Sa'id berangkat ke Homs bersama istrinya, yang sebenarnya mereka masih pengantin baru. Istrinya adalah seorang wanita yang cantik dan wajahnya selalu berseri-seri. Umar memberikan perbekalan secukupnya kepada mereka berdua, karena mereka memang tidak memiliki uang dan bekal sendiri yang cukup untuk bisa sampai ke Homs.

Setelah beberapa bulan berlalu menduduki jabatan gubernur (Amir), dan secara ekonomi keluarga mereka mulai mantap, istrinya mengusulkan kepada Sa'id untuk membeli pakaian dan perlengkapan rumah tangga yang lebih baik, dan menyimpan sisanya sebagai tabungan. Mendengar saran istrinya tersebut, Sa'id berkata,
"Maukah aku tunjukkan yang lebih baik daripada rencanamu itu…!!"
Setelah istrinya mengiyakan, Sa’id berkata,
"Kita berada di suatu negeri yang perdagangan dan jual belinya amat pesat berkembang. Sebaiknya kita minta seseorang menggunakannya sebagai modal, tentu keuntungannya lebih besar…."
"Bagaimana kalau perdagangannya rugi?" Tanya istrinya
"Aku akan menyediakan borg atau jaminan untuk itu, bahwa kita tidak akan pernah merugi!!"
"Baiklah kalau begitu!" Kata istrinya, menyetujui usul suaminya tersebut.

Sa'id pergi sambil membawa uang tersebut ke pasar, kemudian membeli persediaan dan keperluan hidup keluarganya untuk beberapa waktu lamanya. Ia memilih dari jenis yang paling sederhana dan murah. Sisa uangnya yang masih banyak, dibagi-bagikan fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan.
Beberapa bulan berlalu, sering sekali istrinya menanyakan tentang perdagangan dan keuntungannya. Sa'id mengatakan kalau semuanya lancar-lancar saja, dan keuntungannya makin banyak, hanya saja belum bisa segera diambil atau dicairkan.

Pada suatu ketika, istrinya menanyakan hal yang sama, sementara saat itu ada kerabatnya yang tahu bahwa Sa'id tidak mempunyai usaha perdagangan yang dijalankan orang lain. Ia tampak tidak mengerti dan bingung, dan istrinya menangkap isyarat itu. Akhirnya istrinya itu bertanya lagi dan mendesak Sa'id untuk menjelaskannya. Sa'id pun tertawa, kemudian menjelaskan apa adanya, bahwa harta tersebut memang dibelanjakan atau diperniagakan di jalan Allah. Ia tidak berdusta, keuntungannya akan jauh lebih besar dan bermanfaat bagi mereka berdua di akhirat kelak.

Istrinya menangis penuh sesal, dan air mata yang membasahi wajahnya makin menambah kecantikannya saja. Sa'id menyadari godaan kecantikan istrinya tersebut, dan ia tidak mengelak bahwa ia sangat mencintai dan takut kehilangan istrinya itu. Tetapi mata batinnya jauh menerawang, dan akhirnya menemukan sosok Rasulullah SAW dan para sahabat beliau yang telah mendahuluinya. Ia berkata tegas,
"Aku mempunyai kawan-kawan yang telah terlebih dahulu menemui Allah, dan aku tidak ingin menyimpang dari jalan mereka walau ditebus dengan dunia dan segala isinya…"

Kemudian untuk menegaskan sikap dan pendiriannya, ia berkata kepada istrinya,
"Wahai istriku yang cantik, bukankah engkau tahu bahwa di surga itu banyak gadis-gadis yang cantik dengan matanya yang jeli memikat, seandainya satu orang saja menampakkan wajahnya di bumi, niscaya terang benderang-lah seluruh bumi, mengalahkan sinar matahari dan bulan… Maka, jika memang terpaksa, tidak mengapa aku mengorbankan dirimu (meninggalkanmu) untuk mendapatkan mereka, dan itu lebih logis dan utama, daripada harus mengorbankan mereka hanya untuk mempertahankan dirimu menjadi istriku!!”

Sa'id telah memasrahkan segalanya kepada Allah, tetapi memang berkah Allah telah meliputi keluarga mereka, sehingga istrinya bisa menerima kenyataan ini. Ia sadar tidak ada jalan yang lebih utama daripada mengikuti jalan yang dipilih suaminya, mengendalikan diri dengan sifat zuhud dan ketakwaan.

Suatu ketika Umar melakukan kunjungan ke Homs untuk mendengar pendapat warganya. Sebagian besar mereka memuji kepemimpinan Sa'id, hanya saja mereka mempunyai empat keluhan, yakni: Pertama, Sa'id hanya menemui warganya untuk melayani jika matahari sudah tinggi. Ke dua, ia tidak mau melayani pada waktu malam hari.Ke tiga, setiap bulannya, dalam dua hari ia tidak mau menemui warganya sama sekali. Ke empat, terkadang tiba-tiba ia jatuh pingsan tanpa tahu sebabnya.

Sebenarnya Umar telah mengetahui atau mendapat firasat tentang jawaban Sa'id, karena pada dasarnya, sikap dan perilaku Sa'id dalam menghadapi dunia dan seluk-beluknya, tidak jauh berbeda dengan sikapnya sendiri. Namun demikian, untuk menguatkan dan membenarkan firasatnya, sekaligus menunjukkan kepada masyarakat Homs, tipikal seperti apa sahabat Nabi SAW yang memimpin mereka itu, ia mempersilahkan Sa'id untuk menjelaskan langsung tentang keluhan masyarakat tersebut.

Sa'id berdiri di depan mereka dan berkata,
"Sesungguhnya saya tidak ingin dan tidak suka menyebutkan alasan-alasannya, mengapa hal tersebut terjadi? Tetapi karena kalian telah memaksa saya, saya akan menjelaskannya, semoga Allah SWT mengampuni dan memaafkan saya…."

Mulailah Sa'id menjelaskan, mengenai ia tidak mau keluar sebelum matahari telah tinggi, karena keluarganya tidak memiliki dan memang tidak ingin memiliki pelayan, Sa'id sendiri yang mengaduk tepung, mengeramnya beberapa saat sebelum akhirnya membuat roti untuk sarapan mereka sekeluarga. Baru setelah itu ia shalat dhuha dan keluar menemui masyarakat yang membutuhkannya.

Mengenai ia tidak mau melayani di malam hari, karena waktu malam hari tersebut ia mengkhususkan diri untuk beribadah kepada Allah. Bukankah sudah cukup adil (dalam penafsiran dan ijtihad Sa'id), siang harinya disediakan untuk melayani masyarakat dan malam harinya khusus untuk mengabdi kepada Allah.

Mengenai dua hari dalam satu bulan ia tidak keluar, lagi-lagi masalahnya karena ia tidak mempunyai dan tidak menginginkan adanya pelayan dalam rumahnya. Dalam dua hari tersebut digunakannya untuk mencuci pakaian-pakaiannya yang sebenarnya tidak terlalu banyak. Tetapi justru karena itu ia tidak punya pengganti jika dicuci, dan harus menungguinya sampai kering. Kalaupun bisa keluar, sudah saat senja hari atau bahkan tidak keluar sama sekali dalam dua hari tersebut.

Mengenai ia tiba-tiba pingsan, tidak lain adalah pengalamannya di masa jahiliah ketika ia belum memeluk Islam. Saat itu sahabat Nabi SAW, Khubaib bin Adi al Anshari dianiaya dan akan dibunuh oleh orang Quraisy. Ia melihat bagaimana tubuhnya dibawa dengan tandu, sementara dagingnya diiris dan dipotong. Kemudian tubuhnya disalib dan dibunuh. Setiap ingat peristiwa tersebut dan ia hanya berpangku tangan saja, sama sekali tidak ada tersirat keinginan untuk memberikan pertolongan kepada Khubaib, ia jadi gemetar karena takut akan diazab Allah karena sikap diamnya itu, dan tanpa sadar ia telah jatuh pingsan.

Setelah memberikan penjelasan tersebut, ia berurai air mata hingga membasahi wajah dan janggutnya. Umar tidak bisa menahan diri, ia memeluk dan mencium kening Sa'id, sambil berseru gembira bercampur haru, "Alhamdulillah, karena taufiq Allah, benarlah firasatku, dan benarlah pilihanku kepadamu….!"

Beberapa orang sahabat dan kerabatnya menasehatinya untuk memberikan kelapangan belanja untuk keluarganya dan juga kerabat istrinya, karena penghasilannya memang memungkinkan untuk merealisasikannya. Atas saran seperti ini, Sa'id menjawab dengan mengutip sabda Nabi SAW,
"Saya tidak ingin ketinggalan dari rombongan pertama, yakni setelah Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT akan menghimpun manusia untuk dihadapkan ke pengadilan. Maka datanglah orang-orang miskin yang beriman, mereka maju berdesak-desakan menuju surga tak ubahnya kawanan burung merpati. Lalu ada Malaikat yang berseru kepada mereka, 'Berhentilah kalian untuk menghadapi perhitungan (hisab)!!' Mereka menjawab, 'Kami tidak punya apa-apa untuk dihisab.' Maka Allah berfirman, 'Benarlah hamba-hambaKu itu….' Maka masuklah mereka ke dalam surga sebelum orang lain memasukinya, tanpa dihisab…."

Mayat Bangkit Dari Kubur


Jika Nauf bisa menghidupkan kuda milik Birdlaun milik Raja Faris atas izin Allah, maka Nabi Isa bisa menghidupkan orang yang sudah mati atas izin Allah juga. Itulah mukjizat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya untuk menunjukkan kebesarannya.

Tapi dasar orang kafir, walaupun Nabi Isa bisa menunjukkan mukjizat menghidupkan orang yang sudah mati, mereka masih menyangkalnya. "Sesungguhnya engkau hanya dapat menghidupkan mayat yang baru yang ada kemungkinan memang belum mati benar. Coba kau hidupkan mayat-mayat terdahulu jika kau bisa." Ujar mereka.
Merasa ditantang kaumnya, Nabi Isa lalu berkata;
"Silakan pilih mayat sekehendakmu," jawabnya.
"Coba hidupkan Sam dan Nuh," kata mereka.

Kemudian Nabi Isa pergi ke makam Sam dan Nuh. Setelah shalat di atas kuburnya, Isa berdoa kepada Allah meminta Allah menghidupkan mayat itu. Atas kekuasaan Allah kedua mayat yang sudah lama meninggal itu bangkit kembali dari kuburnya. Rambut di kepala dan jenggotnya sudah memutih.

Begitu melihat keduanya hidup kembali, Isa bertanya,
"Mengapa rambutmu sudah memutih semacam itu?"
Keduanya lalu menjawab bahwa mendengar panggilan Isa, ia mengira hari kiamat sudah tiba.
"Berapa lama kau sudah meninggal?" tanya Isa.
"Empat ribu tahun, tetapi sampai sekarang belum hilang rasa sakit sakaratul maut." Jawabnya.

Melihat mukjizat Allah, berimanlah semula orang-orang yang kafir itu.

Kisah Anak yang Melakukan Qiyamul lail



Syekh Ibnu Zhafar al-Makki mengatakan,
“Saya dengar bahwa Abu Yazid Thaifur bin Isa al-Busthami ra ketika menghafal ayat berikut: Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil. (QS. Al-Muzzammil: 1-2)
Dia berkata kepada ayahnya,
"Wahai Ayahku! Siapakah orang yang dimaksud Allah SWT dalam ayat ini?"
Ayahnya menjawab,
"Wahai anakku! Yang dimaksud ialah Nabi Muhammad SAW.
Dia bertanya lagi,
"Wahai Ayahku! Mengapa engkau tidak melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW?" Ayahnya menjawab,
"Wahai anakku! Sesungguhnya qiyamul lail terkhusus bagi Nabi SAW dan diwajibkan baginya tidak bagi umatnya."
Lalu dia tidak berkomentar.”

“Ketika dia telah menghafal ayat berikut; Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. (QS. Al-Muzzammil: 20)
Lalu dia bertanya, ‘Wahai Ayahku! Saya mendengar bahwa segolongan orang melakukan qiyamul lain, siapakah golongan ini?’ Ayahnya menjawab, ‘Wahai anakku! Mereka adalah para sahabat –semoga ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu terlimpa kepada mereka semua.’ Dia bertanya lagi,
"Wahai ayahku! Apa sisi baiknya meninggalkan sesuatu yang dikerjakan oleh Nabi SAW dan para sahabatnya?"
Ayahnya menjawab,
"Kamu benar anakku."
Maka, setelah itu ayahnya melakukan qiyamul lail dan melakukan shalat.”

“Pada suatu malam Abu Yazid bangun, ternyata ayahnya sedang melaksanakan shalat, lalu dia berkata,
"Wahai ayahku! Ajarilah aku bagaimana cara saya bersuci dan shalat bersamamu?" Lantas ayahnya berkata,
"Wahai anakku! Tidurlah, karena kamu masih kecil."
Dia berkata,
"Wahai Ayahku! Pada hari manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan berkelompok-kelompok untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya, saya akan berkata kepada Rabbku, ‘Sungguh, saya telah bertanya kepada ayahku tentang bagaimana cara bersuci dan shalat, tetapi ayah menolak menjelaskannya. Dia justru berkata, ‘Tidurlah! Kamu masih kecil’ Apakah ayah senang jika saya berkata demikian?’.”
Ayahnya menjawab,
"Tidak. Wahai anakku! Demi Allah, saya tidak suka demikian."
Lalu ayahnya mengajarinya sehingga dia melakukan shalat bersama ayahnya.”

Keutamaan‬‬ Shalat Berjamaah Dan Diawal Waktu



Dari Abu Hurairah (Abdurrahman bin Shaher) r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda,
“Shalat berjama’ah pahalanya melebihi shalat sendirian baik di tempat pekerjaan atau di rumah, dua puluh lima derajat. Yang demikian itu karena jika seseorang telah menyempurnakan wudhu kemudian pergi ke masjid tanpa tujuan lain selain shalat maka tidak bertindak selangkah melainkan diangkat sederajat dan dihapuskan daripadanya satu dosa hingga masuk ke masjid. Apabila telah berada di dalam masjid maka ia dianggap mengerjakan shalat selama ia masih menantikan shalat (selama bertahan karena menunggu shalat) dan Malaikat memohonkan rahmat atau mendoakan seseorang selama ia dalam majelis shalatnya. Malaikat berdoa, Ya Allah, kasihanilah dia; ya Allah, ampunilah dia; ya Allah, maafkanlah dia. Demikian itu selama ia tidak mengganggu dan belum berhadats di tempat itu.” (Bukhari – Muslim)

‪ Wallohu'alam...

Kata Mutiara Islami Dari Imam Aĺ-Ghazali




2601. Ilmu itu kehidupan hati dari pada kebutaan, sinar penglihatan dari pada kezaliman dan tenaga badan dari pada kelemahan.

2602. Yang paling besar di bumi ini bukan gunung dan lautan, melainkan hawa nafsu yang jika gagal dikendalikan maka kita akan menjadi penghuni neraka.

2603. Sifat utama pemimpin ialah beradab dan mulia hati.

2604. Kita tidak akan sanggup mengekang amarah dan hawa nafsu secara keseluruhan hingga tidak meninggalkan bekas apapun dalam diri kita. Namun jika mencoba untuk mengendalikan keduanya dengan cara latihan dan kesungguhan yang kuat, tentu kita akan bisa.

2605. Belum pernah saya berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit dari pada jiwa saya sendiri, yang kadang-kadang membantu saya dan kadang-kadang menentang saya.

2606. Barang siapa yang memilih harta dan anak-anaknya dari pada apa yang ada di sisi Allah, niscaya ia rugi dan tertipu dengan kerugian yang amat besar.

2607. Barang siapa yang menghabiskan waktu berjam-jam lamanya untuk mengumpulkan harta kerana ditakutkan miskin, maka dialah sebenarnya orang yang miskin.

2608. Barangsiapa yang meyombongkan diri kepada salah seorang daripada hamba-hamba Allah, sesungguhnya ia telah bertengkar dengan Allah pada haknya.

2609. Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan.

2610. Berani adalah sifat mulia kerana berada di antara pengecut dan membuta tuli.

2611. Kalau besar yang dituntut dan mulia yang dicari, maka payah melaluinya, panjang jalannya dan banyak rintangannya.

2612. Jadikan kematian itu hanya pada badan kerana tempat tinggalmu ialah liang kubur dan penghuni kubur sentiasa menanti kedatanganmu setiap masa.

2613. Pelajari ilmu syariat untuk menunaikan segala perintah Allah SWT dan juga ilmu akhirat yang dapat menjamin keselamatanmu di akhirat nanti.

2614. Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad.

2615. Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal.

2616. Ibadah dan pengetahuan sambil makan haram adalah seperti konstruksi pada kotoran.

2617. Bersungguh-sungguhlah engkau dalam menuntut ilmu, jauhilah kemalasan dan kebosanan kerana jika tidak demikian engkau akan berada dalam bahaya kesesatan.

2618. Pemurah itu juga suatu kemuliaan kerana berada di antara bakhil dan boros.

2619. Cinta merupakan sumber kebahagiaan dan cinta terhadap Allah harus dipelihara dan dipupuk, suburkan dengan shalat serta ibadah yang lainnya.

2620. Ciri yang membedakan manusia dan hewan adalah ilmu. Manusia adalah manusia mulia yang mana ia menjadi mulia kerana ilmu, tanpa ilmu mustahil ada kekuatan.

2621. Hadapi kawan atau musuhmu itu dengan wajah yang menunjukkan kegembiraan, kerelaan penuh kesopanan dan ketenangan. Jangan menampakkan sikap angkuh dan sombong.

2622. Seboleh-bolehnya jangan bertengkar dengan seseorang dalam apa jua masalah kerana pertengkaran itu mengandungi pelbagai penyakit dan dosanya jauh lebih besar dari pada faedahnya, riak, takbur, hasad dan dengki.

2623. Pelajari ilmu syariat untuk menunaikan segala perintah Allah SWT dan juga ilmu akhirat yang dapat menjamin keselamatanmu di akhirat nanti.

2624. Siapa yang berumur melebihi empat puluh tahun sedangkan kebaikannya masih belum melebihi kejahatannya, maka layaklah ia mempersiapkan dirinya untuk memasuki neraka.

2625. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.

2626. Yang jauh itu waktu, yang dekat mati, yang besaar itu nafsu, yang berat itu amanah, yang mudah berbuat dosa, yang panjang itu amal saleh, yang indah saling memaafkan.

2627. Waktu akan terasa jauh apabila kita tidak pandai untuk memanfaatkan dengan baik ,waktu akan berjalan terus sesuai dangan perputaran dari, dari detik ke menit, dari hari ke minggu, dari minggu ke bulan, dari bulan ketahun. Apabila sudah berlalu tidak akan mungkin kembali lagi. Seperti pepata arab mengatakan waktu bagaikan pedang.

2628. Kematian kita sadar bahwa kematian adalah susuatu yang pasti dan dirasakan oleh setiap orang, kematian tidak bisa ditawar-tawar, tidak bisa dimajukan atau dimundurkan kapan dan dimana saja sperti firaman Allah dalam surat Alimran yang artinya: "Setiap manusia pasti akan merasakan kematian."

2629. Nafsu adalah suatu keingininan untuk melakukan hal hal yang berlawanan dengan ajaran agama, hukum, apabila dalam kehidupan ini sudah dikuasai nafsu maka kehidupan ini akan semerawut, kita tidak tahu lagi mana yang halal, mana yang haram, mana yang jadi milik kita, mana hak orang lain. Orang orang yang dikuasai hawa nafsu dalam kehidupannya dikatakan dalam firman Allah dalam surat Araaf ayat 179 yang artinya; dan kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan, mereka mempunyai mata tetapi tidak digunakan untuk melihat (tanda tanda kekuasaan allah) mereka mempunyai telinga tetapi tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah) mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang orang yang lelai. Inilah gambaran kehidupan yang di kuasai nafsu.

2630. Kerja seorang guru tidak ubah seperti kerja seorang petani yang sentiasa membuang duri serta mencabut rumput yang tumbuh di celah-celah tanamannya.

2631. Carilah teman untuk menenangkan hati dan fikiran, maka perhatikanlah baik-baik tentang keselamatanmu dan kesejahteraannya.

2632. Dahulukanlah temanmu dari pada dirimu sendiri dalam masalah duniawi, atau atau paling tidak hendaklah bersedia memberikan bantuan materi kepada temanmu yang memerlukannya.

2633. Bantulah sekuat tenaga temanmu yang sedang memerlukan sebelum dia meminta batuan.

2634. Maafkanlah temanmu yang sedang berbuat kesalahan dan jangan sekali sekali mencelannya.

2635. Do'akanlah temanmu, baik selagi hidup maupun sesudah dia meninggal dunia.

2636. Terimalah alasan yang benar, sekalipun dari pihak lawan.

2637. Sampaikanlah berita gembira kepada temanmu tentang perbuatan-perbuatannya yang mendapat sambutan baik dari orang lain, dan perhatikanlah pembicaraannya dengan baik tanpa membantah.

2638. Jagalah rahasia temanmu, tutupilah keburukannya dan diamlah jangan memperbesar keselahannya yang sedang dibicarakan oleh orang lain.

2639. Jangan segan-segan kembali kepada yang benar, manakala terlanjur salah dalam memberikan keterangan.

2640. Berikan contoh dan teladan yang baik kepada murid dengan melaksanakan perintah agama dan meninggalkan larangan agama, agar demikian apa yang engkau katakana mudah diterima dan diamalkan oleh murid.

2641. Dengarkan dan perhatikan segala yang dikatakan oleh ibu bapakmu, selama masih dalam batas batas agama.

2642. Selalulah berusaha mencari keredhaan orang tuamu.

2643. Bersikaplah sopan santun, ramah tamah dan merendah diri terhadap orang tuamu.

2644. Bersikaplah lemah lembut dan sopan santun dengan menundukan kepala.

2645. Bila mencari teman untuk mencapai kebahagian akhirat, perhatikanlah benar-benar urusan agamanya. Dan bila mencari teman untuk keperluan duniawi, maka perhatikanlah ia tentang kebaikan budi pekertinya.

2646. Sabar dan tabahlah dalaml menghadpi segala persoalan.

2647. Janganlah sombong terhadap sesama mahluk, kecuali terhadap mereka yang zalim.

2648. Bersikap tawadduklah dalam segala bidang pergaulan.

2649. Janganlah suka bergurau dan bercanda.

2650. Bersikap lemah lembut terhadap murid dan hendaklah dapat menyesuaikan diri atau mengukur kemampuan murid.