Cari Artikel

Abdullah Bin Mas'ud RA



Abdullah bin Mas’ud adalah seorang sahabat Muhajirin dari Bani Zahrah, termasuk dalam sahabat as sabiqunal awwalin, sahabat yang memeluk Islam pada masa awal didakwahkan. Perawakan tubuhnya pendek dan kurus, tidak seperti umumnya orang-orang Arab di masanya. Tetapi dalam hal ilmu-ilmu keislaman, khususnya dalam hal Al-Qur’an, ia jauh melampaui para sahabat pada umumnya.
Kisah keislamannya cukup unik, karena ia melihat dan mengalami secara langsung mu’jizat Rasulullah SAW.

Ketika masih remaja, Abdullah bin Mas'ud bekerja mengembalakan kambing milik Uqbah bin Abi Mu'aith, salah seorang tokoh Quraisy yang sangat memusuhi Nabi SAW.
Suatu ketika saat sedang bekerja di suatu padang, dia didatangi oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar yang sedang kehausan dan meminta susu. Tetapi karena hanya melaksanakan amanah mengembalakan, Abdullah bin Mas'ud pun tidak bisa memenuhi permintaan itu. Karena memang sedang kehausan, Rasulullah SAW meminta/meminjam anak kambing betina yang belum digauli pejantan, yang tentunya tidak mungkin mengeluarkan air susu.

Ibnu Mas’ud remaja memenuhi permintaan beliau tersebut. Setelah anak kambing itu diletakkan di depan Nabi SAW, beliau mengikat dan mengusap susunya dan berdoa dengan kata-kata yang tidak difahami Ibnu Mas'ud. Sungguh ajaib, kantung susunya jadi penuh dengan air susu, Abu Bakar datang dengan membawa batu cekung, dan memerah air susunya, Abu Bakar meminum susu tersebut sampai kenyang, kemudian memerah lagi dan memberikan kepada Ibnu Mas'ud. Dan terakhir Abu Bakar memerah lagi untuk Rasulullah SAW. Setelah selesai minum, beliau berkata,
"Mengempislah!!"
Seketika kantung susu anak kambing itu mengempis kembali seperti semula, dan ia berlari kembali ke kumpulannya.

Ibnu Mas'ud sangat takjub melihat pemandangan tersebut, ia mendekati Rasulullah SAW dan minta diajarkan kata-kata yang diucapkan Nabi SAW tersebut. Maka beliau menyampaikan tentang risalah Islamiah yang beliau bawa, dan seketika itu Abdullah bin Mas'ud memeluk Islam.

Nabi SAW memandang cukup intens kepadanya, kemudian bersabda,
"Engkau akan menjadi seorang yang terpelajar..!!"
Tentu saja Ibnu Mas'ud tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Nabi SAW, apalagi saat itu ia hanyalah seorang miskin yang mencari upah dengan menggembala kambing milik orang lain. Tetapi di sela-sela waktu senggangnya, ia selalu mendatangi majelis pengajaran Nabi SAW yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sejak sebelum beliau menggunakan rumah Arqam bin Abi Arqam.
Sedikit demi sedikit pengetahuannya makin bertambah, bahkan dengan cepat ia mampu menghafal dan menguasai wahyu-wahyu, yakni Al-Qur’an.

Suatu ketika Rasullullah SAW ingin ada seseorang yang membacakan Al-Qur'an kepada orang-orang Quraisy karena mereka belum pernah mendengarnya, dan ternyata Abdullah bin Mas'ud yang mengajukan dirinya. Tetapi Nabi SAW mengkhawatirkan keselamatannya, beliau ingin orang lain saja, yang mempunyai kerabat kaum Quraisy, yang bisa memberikan perlindungan jika ia disiksa. Tetapi Ibnu Mas'ud tetap mengajukan diri, bahkan setengah memaksa, sambil berkata,
"Biarkanlah saya, ya Rasulullah, Allah pasti akan membela saya…!!”
Sungguh suatu semangat besar yang didorong jiwa muda yang berapi-api, sehingga kurang mempertimbangkan keselamatan dirinya. Dan tanpa menunggu lagi, ia berjalan ke majelis pertemuan kaum Quraisy di dekat Ka'bah, dan Nabi SAW membiarkannya. Sampai di sana, ia berdiri di panggung atau mimbar di mana orang-orang Quraisy biasanya melantunkan syair-syair mereka, dan mulai membaca ayat-ayat Qur'an dengan mengeraskan suaranya. Yang dibacanya adalah Surah ar Rahman. Orang-orang kafir itu memperhatikan dirinya sambil bertanya,
"Apa yang dibaca oleh Ibnu Ummi Abdin itu?"

Saat itu mereka belum mengetahui kalau Ibnu Mas’ud telah memeluk Islam, jadi mereka membiarkannya saja untuk beberapa saat lamanya.

Salah satu dari orang Quraisy itu tiba-tiba berkata,
"Sungguh, yang dibacanya itu adalah apa yang dibaca oleh Muhammad…!!"

Merekapun bangkit menghampiri, dan memukulinya hingga babak belur.
Namun selama dipukuli, ia tidak segera menghentikan bacaannya sebatas ia masih mampu melantunkannya. Ketika mereka berhenti memukulinya, ia segera kembali ke tempat Nabi SAW dan para sahabat berkumpul.Melihat keadaan tubuhnya yang tidak karuan akibat pukulan-pukulan tersebut, salah seorang sahabat berkata,
"Inilah yang kami khawatirkan akan terjadi pada dirimu!!"
Tetapi dengan tegar Ibnu Mas'ud berkata,
"Sekarang ini tak ada lagi yang lebih mudah bagiku daripada menghadapi musuh-musuh Allah tersebut. Jika tuan-tuan menghendaki, esok saya akan mendatangi mereka lagi dan membacakan lagi surah lainnya…"

Mereka berkata,
"Cukuplah sudah, engkau telah membacakan hal yang tabu atas mereka…!!"

Nabi SAW hanya tersenyum melihat perbincangan di antara sahabat-sahabat beliau, tanpa banyak memberikan komentar apa-apa.
Peristiwa tersebut menjadi pertanda awal dari apa yang diramalkan oleh Rasulullah SAW, ia akan menjadi seorang yang terpelajar, yakni dalam bidang Al-Qur'an dan ilmu keislaman lainnya. Sungguh suatu lompatan besar, dari seorang buruh upahan penggembala kambing, miskin dan terlunta-lunta, tiba-tiba menjadi seseorang yang ilmunya dibutuhkan banyak orang, khususnya dalam bidang Al-Qur'an.
Ia memang hampir tidak pernah terpisah dengan Rasulullah SAW, pengetahuannya terus tumbuh dan berkembang dalam bimbingan beliau.
Ia mendengar 70 surah Al-Qur'an langsung dari mulut Rasulullah SAW, dan tidak ada sahabat lainnya yang sebanyak itu mendengar langsung dari Nabi SAW. Ia juga selalu merekam (mengingat) peristiwa demi peristiwa yang berhubungan dengan surah-surah Al-Qur'an.
Jika ia mendengar kabar tentang seseorang yang mengetahui suatu peristiwa yang berhubungan dengan Al-Qur'an, yang ia belum mengetahuinya, segera saja ia memacu untanya untuk menemui orang tersebut demi melengkapi pemahamannya.

Tentang kemampuannya di bidang Al-Qur'an, Nabi SAW bersabda,
"Barang siapa yang ingin mendengar Al-Qur'an tepat seperti ketika diturunkannya, hendaknya ia mendengarbacaan Al-Qur'an Ibnu Ummi Abdin (yakni, Abdullah bin Mas'ud). Barang siapa ingin membaca Al-Qur'an tepat seperti saat diturunkan, hendaklah ia membaca seperti bacaan Ibnu Ummi Abdin…"
Beliau juga pernah bersabda,
"Berpegang teguhlah kalian kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi Abdin…"
Bahkan tak jarang Nabi SAW memerintahkan Abdullah bin Mas'ud untuk membacakan suatu surah untuk beliau, dan beliau akan memerintahkannya berhenti setelah beliau tak dapat menahan tangis karena mendengar bacaannya.
Beliau seolah dibawa "bernostalgia" dengan suasana ketika ayat tersebut diturunkan, karena bacaannya memang tepat seperti saat ayat-ayat Al-Qur’an itu diturunkan.

Secara penampilan fisik, mungkin Abdullah bin Mas'ud tidak meyakinkan. Perawakan tubuhnya kurus dan kecil, tidak terlalu tinggi, kedua betisnya kecil dan kempes sehingga pernah menjadi bahan tertawaan beberapa sahabat. Hal itu terjadi ketika ia sedang memanjat dan memetik dahan pohon arak untuk digunakan sikat gigi (siwak) oleh Nabi SAW. Melihat sikap mereka ini, beliau bersabda,
"Tuan-tuan mentertawakan kedua betis Ibnu Mas'ud, padahal di sisi Allah, timbangan (kebaikan) keduanyalebih berat daripada gunung Uhud…."

Abdullah bin Mas'ud tidak pernah tertinggal mengikuti pertempuran bersama Rasulullah SAW, begitu juga beberapa pertempuran pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar.

Ketika perang Badar usai, Nabi SAW ingin mengetahui keadaan Abu Jahal, maka Abdullah bin Mas'ud pun beranjak pergi mencarinya, begitu juga beberapa sahabat lainnya. Sebenarnya saat pertempuran berlangsung, beliau telah didatangi dua pemuda Anshar, Mu'adz bin Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin Afra. Mereka berdua mengaku telah membunuh Abu Jahal. Setelah memeriksa pedang kedua pemuda tersebut, beliau pun membenarkan pengakuan mereka. Hanya saja beliau ingin memperoleh kejelasan informasinya dan kepastian kematiannya.

Ibnu Mas'ud bergerak di antara mayat yang bergelimpangan, dan akhirnya menemukan tubuh Abu Jahal, yang masih sekarat, nafasnya tinggal satu-satu. Tubuh Ibnu Mas'ud yang kecil berdiri di atas tubuh Abu Jahal yang kokoh kekar terkapar. Ia menginjak leher Abu Jahal dan memegang jenggotnya untuk mendongakkan kepalanya, dan berkata,
"Apakah Allah telah menghinakanmu, wahai musuh Allah!!"
"Dengan apa ia menghinakan aku? Apakah aku menjadi hina karena menjadi orang yang kalian bunuh? Atau justru orang yang kalian bunuh itu lebih terhormat? Andai saja bukan pembajak tanah yang telah membunuhku…"

Memang, dua pemuda Anshar yang membunuhnya adalah para pekerja kebun kurma. Mungkin ia merasa lebih berharga jika saja yang membunuhnya adalah seorang pahlawan perang seperti Hamzah atau Umar. Kemudian ia berkata kepada Ibnu Mas'ud yang masih menginjak lehernya,
"Aku sudah naik tangga yang sulit, wahai penggembala kambing…."

Ibnu Mas'ud mengerti maksud Abu Jahal, ia melepaskan injakan pada lehernya. Tak berapa lama kemudian Abu Jahal tewas, ia memenggal kepala Abu Jahal dan membawanya kepada Nabi SAW. Sampai di hadapan beliau, ia berkata,
"Wahai Rasulullah, ini kepala musuh Allah, Abu Jahal…!"

"Demi Allah yang tiada Illah selain Dia," Beliau mengucap tiga kali, kemudian bersabda lagi,
"Allahu Akbar, segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janjiNya, menolong hambaNya dan mengalahkan pasukan musuhNya…"

Ada suatu peristiwa berkesan pada Perang Tabuk yang selalu menjadi keinginan dan angan-angan Abdullah bin Mas’ud. Suatu malam ia terbangun dan ia melihat ada nyala api di arah pinggir perkemahan. Ia berjalan ke perapian tersebut, dan ia melihat tiga orang bersahabat, Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar bin Khaththab sedang memakamkan jenazah salah seorang sahabat, Abdullah Dzulbijadain al Muzanni. Nabi SAW berada di lubang kuburan, Abu Bakar dan Umar berada di atas. Ia mendengar beliau bersabda,
"Ulurkanlah kepadaku lebih dekat…!!"
Nabi SAW menerima jenazah Abdullah tersebut dan meletakkan di liang lahat, kemudian beliau berdo'a,
"Ya Allah, aku telah ridha padanya, maka ridhai pula ia olehMu..!!"

Melihat pemandangan tersebut, Ibnu Mas'ud berkata,
"Alangkah baiknya jika akulah pemilik liang kubur itu…."

Namun ternyata keinginannya tidak terpenuhi karena tiga orang mulia yang terbaik tersebut mendahuluinya menghadap Allah.

Ia wafat pada zaman khalifah Utsman, dan dalam satu riwayat disebutkan, yang memimpin (mengimami) shalat jenazahnya adalah sahabat Ammar bin Yasir.

Allah SWT Menolak 1 Doa Dari 3 Doa Rasulullah SAW



Amir bin Said dari bapaknya berkata bahwa: "Satu hari Rasulullah SAW telah datang dari daerah berbukit. Apabila Rasulullah SAW sampai di masjid Bani Mu'awiyah lalu beliau masuk ke dalam masjid dan menunaikan shalat dua rakaat. Maka kami pun turut shalat bersama dengan Rasulullah SAW.

Kemudian Rasulullah SAW berdo'a dengan do'a yang agak panjang kepada Allah SWT.
Setelah selesai beliau berdoa maka Rasulullah SAW pun berpaling kepada kami lalu bersabda yang bermaksud:
"Aku telah memohon kepada Allah SWT tiga perkara, dalam tiga perkara itu cuma dia memperkenankan dua perkara saja dan satu lagi ditolak.

1. Aku telah memohon kepada Allah SWT supaya ia tidak membinasakan umatku dengan musim susah yang berpanjangan. Permohonanku ini diperkenankan oleh Allah S.W.T. 
2. Aku telah memohon kepada Allah SWT supaya umatku ini jangan dibinasakan dengan bencana tenggelam (seperti banjir besar yang telah melanda umat Nabi Nuh s.a). 
Permohonanku ini telah diperkenankan oleh Allah SWT.
3. Aku telah memohon kepada Allah SWT supaya umatku tidak dibinasakan kerana perselisihan sesama mereka (peperangan, keributan antara sesama Islam). Tetapi permohonanku telah tidak diperkenankan (telah ditolak)."

Apa yang kita lihat hari ini ialah negara-negara Islam sendiri berselisih antara satu sama lain, hari ini orang Islam berperang sesama orang islam, orang kafir menepuk tangan dari belakang, apakah ini indah kita melihatnya?

Kisah Taubatnya Hasan Al Bashri



Imam Hasan Al Bashri adalah seorang ulama tasauf yang sangat zuhud dari kalangan tabi’in, yang lahir pada tahun 21 Hijriah, dua hari sebelum terbunuhnya khalifah Umar bin Khaththab dan meninggal tahun 110 Hijriah.
Ia lahir, tumbuh dan tinggal di Kota Bashrah, sehingga dinisbahkan menjadi namanya al Bashri. Tidak kurang dari 370 orang sahabat, 70 orang di antaranya adalah ahlul Badar, yang menjadi guru dan rujukan Hasan al Bashri dalam menuntut ilmu. Termasuk di antaranya adalah Ali bin Abi Thalib, yang digelari Nabi SAW sebagai pintunya ilmu. Namun kisah taubatnya Hasan al Bashri termasuk unik dan memilukan.

Sebelumnya, Hasan adalah seorang pemuda tampan yang hidup berkelimpahan harta. Ia selalu memakai pakaian yang indah-indah dan suka berkeliling kota untuk bersenang-senang. Suatu ketika ia melihat seorang wanita yang sangat cantik dan tubuh sangat memikat, Hasan berjalan di belakangnya dan mengikuti langkahnya kemanapun ia pergi. Tiba-tiba wanita itu berpaling kepada Hasan dan berkata,
“Tidakkah engkau malu??”
Hasan berkata,
“Malu kepada siapa??”
Wanita itu menjawab,
“Malu kepada Zat yang Maha Mengetahui apa yang ada di balik pandangan matamu, dan apa yang tersimpan di dalam dadamu!!”

Hasan sempat tertegun dengan perkataan wanita itu, yang rasanya menghunjam jauh ke dalam hatinya. Sempat terjadi pergolakan, tetapi kecantikan dan pesona wanita itu seolah membetot sukmanya, terutama dua matanya yang jeli memikat. Ia benar-benar jatuh hati dan tidak mampu rasanya untuk berpaling, karena itu ia terus mengikutinya. Ketika tiba di depan rumahnya, lagi-lagi wanita itu berpaling dan berkata,
“Mengapa engkau mengikuti hingga ke sini??”
Hasan berkata,
“Aku terfitnah (tergoda) dengan keindahan dua matamu!!”

Sesaat terdiam, kemudian wanita itu berkata,
“Baiklah kalau begitu, duduklah sebentar, aku akan memenuhi apa yang engkau inginkan!!”

Hati Hasan sangat gembira, dikiranya wanita itu juga jatuh hati kepadanya dan akan bersedia menjadi istrinya. Bagaimanapun juga ia seorang pemuda yang tampan dan kaya, sangat mungkin kalau wanita itu akan menerima cintanya. Tidak lama berselang, muncul pelayan wanita dengan membawa baki tertutup sebuah sapu tangan, yang langsung menyerahkannya kepada Hasan. Ia membuka sapu tangan itu, dan seketika wajahnya menjadi pucat pasi. Dua bola mata, dengan sedikit percikan darah tergeletak di atas baki itu. Pelayan wanita itu berkata,
“Tuan puteri saya berpesan kepada tuan: Aku tidak menginginkan mata, yang menyebabkan fitnah bagi orang lain!!”

Tubuh Hasan bergetar hebat penuh ketakutan, dan ia segera berlari pulang. Tubuhnya lunglai seolah tidak memiliki tulang belulang. Sambil memegang jenggotnya, ia berkata kepada dirinya sendiri,
“Oh, alangkah hinanya engkau, percuma saja engkau berjenggot, tetapi engkau jauh lebih hina daripada wanita itu!!”

Semalaman itu Hasan hanya menangis penuh penyesalan dan bertaubat kepada Allah. Pagi harinya ia mendatangi rumah wanita itu untuk meminta maaf dan kehalalan dari dirinya. Tetapi rumah wanita itu dalam keadaan tertutup, dan terdengar tangisan dari dalamnya. Salah seorang tetangganya memberitahukan kalau wanita pemilik rumah itu telah meninggal. Hasan makin tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan.
Tiga hari lamanya ia tidak keluar rumah, waktunya hanya berisi tangis penyesalan atas apa yang telah dilakukannya, dan bertaubat kepada Allah. 

Pada hari ketiga, ia bermimpi melihat wanita itu sedang duduk di surga. Hasan menghampirinya dan berkata,
“Berilah aku maaf dan kehalalan atas apa yang aku lakukan!!”
Wanita itu berkata,
“Aku telah memaafkan dan menghalalkanmu, karena aku telah memperoleh kebaikan yang banyak dari Allah, dengan sebab dirimu!!”
Hasan berkata lagi,
“Berilah aku nasehat!!”
Wanita itu berkata,
“Ketika engkau dalam kesendirian (kesunyian), berdzikirlah kepada Allah Ta’ala. Ketika engkau berada di pagi dan sore hari, beristighfarlah dan bertaubatlah kepada Allah!!”

Setelah terbangun dari mimpinya itu, hati Hasan menjadi lebih lega. Ia merubah total pola hidupnya syelama ini. Semua harta yang dimilikinya disedekahkan di jalan Allah, ia hidup dalam keadaan zuhud dan selalu dalam ketaatan, memperdalam ilmu dari para sahabat Nabi SAW yang memang banyak yang tinggal di kota Bashrah.

Tentang Satu Amal



Dari Mu’adz bin Jabal r.a. berkata: Aku bertanya,
“Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang satu amal yang memasukkan aku ke surga dan menjauhkanku dari neraka!”
Rasulullah saw menjawab,
"Engkau menanyakan kepadaku tentang perkara besar yang sebenarnya mudah bagi orang yang diberi kemudahan oleh Allah untuk menjalankannya yaitu hendaklah engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun,mendirikan shalat, membayar zakat, shaum di bulan Ramadhan dan pergi haji ke Baitullah." 

Kemudian beliau bersabda,
"Tiadakah kau kuberitahu tentang pintu-pintu kebaikan? Shaum itu adalah perisai, sedekah memadamkan dosa atau kesalahan seperti air membunuh api dan shalat di tengah malam."

Lalu Rasulullah saw membaca ayat betikut:
"Lambung mereka renggang dari tempat tidurnya sedang mereka berdoa kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan penuh harap serta menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam macam nikamat) yang sedap dipandang mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (As Sajdah16-17).

Lalu beliau bersabda,
"Tidakkah kau kuberitahukan tentang pokok segala perkara, tiang dan puncaknya?"
Aku menjawab,
“Tentu, wahai Rasulullah!”
Maka beliau berkata,
"Pokok segala perkara ialah Islam, tiangnya ialah shalat, puncaknya adalah jihad!
Tiadakah kau kuberitahu tentang penopang semuanya itu?" tanya beliau lagi.
“Ya,” jawabku.

Maka Rasulullah memegang lidahnya sambil bersabda, "Peliharalah ini!"
Kemudian aku bertanya,
“Wahai Nabiyullah, apakah kita akan disiksa karena pembicaraann kita?”
Maka Rasulullah bersabda, "Hai … ibumu kehilanganmu! Bukankah wajah (atau hidung) manusia disungkurkan ke api neraka, lantaran dosa-dosa dari tergelincirnya lidah-lidah mereka?'”(Tirmidzi. Menurut beliau, hadits ini hasan shahih)

Wallahu 'alam...

Kata-Kata Mutiara Dari Felix Siauw




2551. Sekuat-kuat musibah dihadapi sendiri, lebih kuat musibah dihadapi berdua.

2552. Jodoh itu kayak pesawat, kalo nggak mau delay ya jangan naik pesawat.

2553. Jodoh itu kayak pesawat, bisa ontime, kadang delay, kadang- kadang delay banget.

2554. Nggak semua kata negatif itu salah, nggak semua kata positif itu benar.

2555. Tak pernah merasa cukup adalah kelemahan dan kekuatan manusia, bila itu untuk ibadah beruntunglah kita bila untuk dunia matilah kita.

2556. Bila wanita tak lagi mampu menghargai diri, bagaimana dia mampu dihargai oleh lelaki?

2557. Bila menunggu waktu untuk beramal, tatkala mau beramal mungkin sudah tiada waktu.

2558. Kisah hidup kita mungkin tak sempurna, namun itu bagian pembelajaran sempurna.

2559. Lelaki yang baik akan bahagiakan ibunya lebih dulu, bila ibunya saja bahagia dibuatnya apalagi istrinya nanti.

2560. Menyendiri bukan berarti tak mampu mencinta, tapi pilihan sikap sampai pantas mencinta.

2561. Banyak duit itu nggak penting yang penting tau cari duit halal, tau banyak nggak penting yang penting mau belajar.

2562. Boleh-boleh aja melatih kata- kata dan pikiran positif, tapi keburukan tetap harus dilarang dan dijauhi.

2563. Bila ada yang merasa terganggu dengan perbuatan baik, siapapun dia, jelas bukan bermaksud baik.

2564. Nilai makanan bukan dari harga tapi rasa, nilai lelaki bukan dari harta tapi takwa.

2565. Menghasilkan satu karya yang berharga dimulai dengan menghargai karya orang lain.

2566. Manusia akan mati generasi akan berganti, cerita dan lisan apa yang akan kita warisi?

2567. Rindukan masa depan yang buatmu bersemangat dan masa lalu yang bisa menjadi pengingat, karena hidup hanya sesaat.

2568. Seringkali kita bermaksud baik namun malah disalahgunakan, terkadang perlu untuk paham yang tahu diri dan yang tidak.

2569. Hidup ini hanya sementara dan hanya sebentar, karenanya sampaikan kebenaran tanpa getar.

2570. Bukan dunia yang kita kejar namun keabadian surga, bersabarlah sebentar walau yang fana begitu menarik mata.

2571. Tak pernah merasa cukup adalah kelemahan dan kekuatan manusia, bila itu untuk ibadah beruntunglah kita bila untuk dunia matilah kita.

2572. Kita perbanyak diri bergantung pada manusia yang akan berakhir, tapi selalu abai pada Dia yang menguasai hari akhir.

2573. Kita menertawakan sesuatu yang kelak akan kita tangisi, mengumpulkan semua yang justru akan membebani.

2574. Manfaatkan lidah masih bisa menyuarakan kebenaran, sebelum ia diam karena lilitan maksiat di hari pembangkitan.

2575. Ada kalimat majemuk yang disukai ibu-ibu tapi ibu-ibu nggak mau bila ia dibalik, kata majemuk itu ialah "suami berbagi"

2576. Semua ide awalnya adalah mustahil, sebelum seseorang meyakininya, berbuat sesuatu lalu merealisasikakannya.

2578. Berhias hingga suami tak lepas pandangannya padamu itu indah, berhias bagi lelaki manapun yang melihatmu itu musibah.

2579. Merancang perjalanan itu baru bisa setelah tau tujuan perjalanan, memantaskan diri juga baru berarti setelah tau tujuan pernikahan.

2580. Membaca dua kali itu lebih baik dari berbicara satu kali, bertanya dua kali itu lebih baik daripada salah satu kali.

2581. Jika kita berbuat baik lalu mendapati kawan yang tidak suka, setidaknya kita jadi tahu mana yang layak dikawani dan yang mana yang tidak.

2582. Mencaci orang lain tak menunjukkan kelemahannya, tapi jelas menunjukkan kelas dan kelemahanmu.

2583. Mencaci maki itu tiada ada untungnya, bila cacianmu benar tiada menamabah kemuliaanmu, bila cacianmu salah hancurlah kehormatanmu.

2584. Mencaci orang lain itu seperti meludah ke langit, tidak mengena kecuali ke wajah sendiri.

2585. Terus menerus manusia tanpa berpuas mengejar sesuatu yang dia inginkan, hingga terlambat ia sadari bahwa semua itu bukan yang ia perlukan.

2586. Kalau bisnis jangan emosi, kalau emosi jangan bisnis.

2587. Muslimah sudah cantik sejak syahadatnya, lengkap keindahannya dengan ketaatannya.

2588. Yang memuji lebih penting dari pujian, tiada guna selaksa pujian bila datangnya dari syaitan.

2589. Apabila arah jalanmu dan jalanku sama, satu saat kau dan aku pasti berjumpa.

2590. Aku tak pernah bisa ungkapkan alasan mengapa mencintaimu, yang kutahu aku tidak memiliki alasan untuk tidak mencintaimu.

2591. Hidup bukan drama korea, stand up and get a life!

2592. Akal itu tempat perbendaharaan kata-kata, begitulah pilihan kata menggambarkan akal yang punya.

2593. Jangan sampai ruang hatimu penuh disesaki rasa iri dan benci, hingga hampir-hampir tak menyisakan ruang untuk dicintai.

2594. Disakiti karena salah memilih itu memang bagian dari bodoh, tapi bertahan sakit agar dia memperhatikanmu itu jauh lebih bodoh.

2595. Hati tidak bisa memilih, kita yang memilih, merasa sakit hati itu pilihan, jadikan pelajaran juga pilihan.

2596. Bahagia hati tiada datang sendiri ia hasil daripada memaknai dan memahami Allah tiada lalai dalam memberi dan menilai.

2597. Menggalau yang belum pasti jadi suami atau istri itu rugi 2x, korban perasaan dan buang-buang waktu juga duit.

2598. Rindukan masa depan yang buatmu bersemangat dan masa lalu yang bisa menjadi pengingat, karena hidup hanya sesaat.

2599. Seringkali kita bermaksud baik namun malah disalahgunakan, terkadang perlu untuk paham yang tahu diri dan yang tidak.

2600. Bukan dunia yang kita kejar namun keabadian surga, bersabarlah sebentar walau yang fana begitu menarik mata.