Cari Artikel

Penampilan Kebaikan Yang Bisa Mencelakakan



Seorang guru dan ulama bernama Hariri selalu menjaga akhlak dan tingkah lakunya agar menjadi teladan bagi murid-murid dan orang-orang di sekitarnya. Hal itu menjadikan dirinya terkenal dan dianggap sebagai orang yang terpercaya. Tetapi tanpa disadarinya, sikap ‘jaim’ Hariri agar menjadi teladan masyarakat itu hampir saja mencelakakan dirinya.

Suatu ketika ada seorang pedagang yang akan bepergian jauh. Ia mempunyai budak wanita sangat cantik yang sangat disayanginya, karena khawatir akan keselamatan budaknya itu jika diajak serta dalam perjalanannya, ia menitipkan pada ‘pondoknya’ Hariri. Ia beranggapan, dibawah pengawasan dan penjagaan Hariri yang begitu baik akhlaknya, budak kesayangannya itu akan selamat hingga ia kembali lagi.

Tetapi namanya bersama-sama dengan wanita yang begitu rupawannya, sedikit demi sedikit muncul perasaan cinta pada diri Hariri. Dalam pepatah Jawa dikatakan : Rasa cinta itu muncul karena sering bertemu dan bersama (Trisno jalaran saka kulino), hal inilah yang terjadi pada diri Hariri. Terjadi pertentangan dalam jiwanya, antara menuruti gairah cinta yang muncul, atau menjaga akhlak dan sikap amanat yang telah dipupuknya selama ini. 

Ketika pertentangan jiwanya makin memuncak, Hariri mendatangi gurunya syaikh al Haddad. Setelah menceritakan semua yang dialaminya, Al Haddad hanya berkata, “Pergilah kamu menghadap Yusuf bin Husein!!”

Berbeda dengan dirinya yang mempunyai nama harum dan terjaga, nama Yusuf bin Husein mempunyai ‘cacat’ di masyarakat. Tetapi karena gurunya yang memerintahkan, Hariri tetap berangkat ke tempat tinggalnya. Orang-orang yang bertemu dengannya selalu mengucap salam penuh hormat dan menanyakan kepergiannya. Begitu dijawab kalau ia mencari Yusuf bin Husein, mereka selalu berkata, “Wahai orang yang saleh, janganlah engkau mendekati Ibnu Husein, karena ia orang yang sangat nista. Ia orang yang suka membuat bid’ah dan minum anggur (khamr)…!!”

Walau mengucapkan terima kasih atas nasehat mereka itu, Hariri tetap menuju rumahnya. Tetapi ketika ia telah berdiri di pintu rumahnya, dan melihat Yusuf bin Husein tengah duduk dengan seorang pemuda menghadapi sebotol anggur di meja, ia berkata keras, “Apakah artinya tingkah lakumu ini??”

Hariri lupa bahwa maksud kedatangannya adalah atas perintah gurunya, Al Haddad karena permasalahan yang tengah dihadapinya. Perasaannya sebagai teladan dan tokoh masyarakat langsung mengemuka ketika melihat ‘kemaksiatan’ di depan matanya. Tetapi Yusuf bin Husein tetap tenang dan hanya memandangnya sesaat, kemudian berkata, “Sengaja aku memilih sikap yang seperti ini, sehingga orang-orang tidak akan pernah mengamanatkan budak-budaknya yang cantik rupawan kepadaku!!”

Hariri tersentak kaget, ia belum menceritakan apapun, dan tidak mungkin gurunya Al Haddad telah menceritakan keadaan jiwanya kepada Ibnu Husein karena ia langsung berangkat setelah dari rumah gurunya itu. Sadarlah ia kalau Yusuf bin Husein ini bukan orang sembarangan, hanya saja ia ‘menyembunyikan’ hakikat dirinya dari masyarakat umum. Segera saja Hariri meminta maaf, dan meminta nasehat lebih lanjut tentang permasalahannya. 

Setelah pertemuannya dengan Ibnu Husein tersebut, Hariri tidak lagi menyibukkan diri menjaga nama dan image dirinya. Tetapi ia lebih memfokuskan diri untuk melatih dan menjaga hawa nafsunya agar tidak terjebak dalam perangkap dan tipuan syaitan terkutuk, khususnya atas nama ketinggian akhlak dan kebaikan amal-amal ibadahnya.

Matahari Pernah Berhenti


Di antara sejarah yang sudah dilupakan oleh kalangan sejarawan dunia, kisah seorang nabi yang shalih, yaitu Nabi Yusya’ bin Nun.

Disebutkan sejarahnya oleh Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya dan Imam Muslim juga dalam kitab Shahihnya bahwa ketika Nabi Yusya’ hendak melakukan jihad melawan kaum kafir yang menguasai Baitul Maqdis, maka ia memberikan nasihat kepada semua pasukannya. Kemudian beliau pun melakukan perjalanan dalam memerangi kaum kafir. Ketika beliau melihat perang belum usai, sedang matahari hampir tenggelam, maka ia pun memohon kepada Allah agar matahari ditahan. Akhirnya, Allah Azza wa Jalla menahan matahari sampai Nabi Yusya’ menyelesaikan perang dan mengalahkan kaum kafir.

Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ الشَّمْسَ لَمْ تُحْبَسْ لِبَشَرٍ إِلَّا لِيُوشَعَ لَيَالِيَ سَارَ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ

“Sesungguhnya matahari tak pernah ditahan untuk seorang manusia pun, selain untuk Nabi Yusya’ di hari beliau melakukan perjalanan menuju Baitul Maqdis”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/325) dari Abu Hurairah. Hadits ini di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no. 202)]

Ahli Hadits Negeri Yordania, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy -rahimahullah- berkata,
“Di dalam hadits ini terdapat keterangan bahwa matahari tak pernah ditahan (oleh Allah), selain untuk Yusya’ AS. Di dalam hadits ini terdapat isyarat tentang lemahnya sesuatu yang diriwayatkan bahwa hal itu juga (terjadi) bagi selain beliau”. [Lihat As-Silsilah Ash-Shahihah (no. 202)]

Kisah Nabi Yusya’ bin Nun ini merupakan bukti kuat bahwa banyak di antara sejarah dunia yang berserakan dan sudah dilupakan oleh manusia. Kisah-kisah yang menjelaskan kekuasaan Allah sebagai satu-satunya sembahan manusia yang haq. Akan tetapi karena kebanyakan sejarawan dunia dari kalangan orang jahil dan atheis, maka merekapun tidak atau enggan menyebutkan kisah-kisah seperti ini.

Sejarah yang luar biasa, matahari ditahan oleh Allah Sang Maha Pencipta segala sesuatu. Makhluk yang demikian besar tunduk kepada ketentuan Allah.

Rasulullah SAW Dan Pengemis Yahudi Buta



Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya,
"Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya."

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu, sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abu bakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,
"Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?"
Aisyah RA menjawab,
"Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja."
"Apakah Itu?," tanya Abubakar RA.
"Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana," kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abu bakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu.

Abu bakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya.
Ketika Abu bakar RA mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, "Siapakah kamu?"
Abubakar RA menjawab,
"Aku orang yang biasa (mendatangi engkau)."
"Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku," bantah si pengemis buta itu. "Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah.
Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku," pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abu bakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu,
"Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW."

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata,
"Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia…."

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abu bakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW? Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau?
Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq

Kata-Kata Mutiara Cinta Terbaru




1601. Rasa cemburu adalah tanda bahwa cinta harus memiliki.

1602. Engkau tak mungkin mengerti cinta tanpa mencintai.

1603. Membenci cinta, hanya memanjangkan derita. Tapi begitulah cinta, sering disalahkan oleh jiwa-jiwa yang tak berketetapan dalam cintanya.

1604. Jika Anda merindukan kehidupan yang aktif, yang ceria dengan harapan yang positif mengenai masa depan yang mapan dan berwenang, jangan biarkan hati Anda kosong dari cinta.

1605. Jangan hindari cinta, jatuh cintalah! Jangan kehilangan gemesnya cinta, jatuh cintalah lagi kepada pasangan Anda.

1606. Ambillah keuntungan dari kekuatan cinta. Cinta, kekuatan dari keindahannya menjadikan apa pun mungkin.

1607. Bukan cinta yang salah, tapi kita yang salah memilih kekasih, atau mencintainya dengan cara yang salah.

1608. Satu-satunya hal yang menyisipkan kenyataan dalam kegilaan cinta yang baru adalah biaya hidup yang tidak murah.

1609. Pertengkaran antara dua jiwa yang saling mencintai adalah peremajaan kasih sayang.

1610. Seperti buah, cinta tidak bisa ditergesakan, lebih baik matang secara alamiah.

1611. Pengemis cinta hanya sesuai bagi penelantar cinta.

1612. Semua cinta adalah cinta yang indah dan sempurna, sampai datang cinta yang satu lagi.

1613. Berhati-hatilah. Cintamu diabaikan? Engkau patah hati dan merasa dunia tak berarti lagi. Kemudian kau kasihani dirimu dengan ratapan dan air mata, kau rusak kesehatanmu sendiri, yang menjadikanmu tak menarik bagi calon kekasih baru yang lebih baik dan memuliakanmu.

1614. Cinta, dua impian dalam satu jiwa, dua jantung yang berdetak bagai satu. Engkau dan aku, satu.

1615. Wahai Yang Maha Cinta, aku mohon Engkau segerakan pertemuanku dengan belahan jiwaku. Aku kangen.

1616. Cinta yang sejati itu jujur, setia, menghormati, dan tidak menginginkan selain kedamaian dan kegembiraan dalam kebersamaan.

1617. Pria ingin menjadi cinta pertama dari seorang wanita. Wanita ingin menjadi cinta terakhir seorang pria.

1618. Cintaku boleh gagal sekarang, tapi studi dan karirku harus super, karena sukses akan mengundang cinta yang lebih berkelas nanti.

1619. Cinta mengharuskan kesetiaan, dan kesetiaan membutuhkan cinta. Sehingga, bukan cinta jika tidak setia.

1620. Cinta itu sederhana. Aku dan kamu, and nobody else. I am for you, and you are for me. Yang lain cuman nonton.

1621. Cinta bisa berlangsung sesaat, dan kasih sayanglah yang melanjutkannya sampai kapanpun.

1622. Lebih baik mencintai dia yang jauh tapi merindukanmu, daripada mencintai yang dekat tapi hatinya jauh.

1623. Bukan cinta jika mudah putus asa. Karena, cinta tak mampu putus harapan.

1624. Sifat asli orang sebetulnya selalu ada, tapi mata yang dirabunkan oleh cinta, logika yang dilumpuhkan, telinga yang ditulikan, dan hati yang dibekukan oleh cinta, membuat orang yang sedang jatuh cinta tidak melihat sifat asli yang sebetulnya sudah ditampilkan.

1625. Cinta selalu indah. Salah memilih kekasih dan salah cara mencintai adalah perusak keindahan cinta. Maka, jangan salahkan cinta.

1626. Cinta hanya memperlakukanmu seindah pekertimu. Bagaimana engkau mencintainya, lebih penting dari pada dia yang kau cintai.

1627. Sesungguhnya, engkau mengenali cinta dari keindahan yang disebabkannya atas jiwamu.

1628. Kalau curiga, jangan cinta. Kalau cinta, jangan curiga. Katanya mau menua bersama, piye toh?

1629. Pernikahan yang lengket dan awet, dibangun dengan sering jatuh cinta kepada orang yang sama.

1630. Engkau yang merindukan kepastian dalam cintamu, ingatlah. Cinta tak suka berlama-lama dalam kesedihan.

1631. Cinta adalah keal.

1632. Aku tidak punya waktu untuk membenci orang yang membenciku, karena aku terlalu sibuk mencintai mereka yang mencintaiku.

1633. Sebagaimana pun besarnya cintamu, bangunlah kesejahteraan. Cintamu sulit damai dalam hidup yang kekurangan.

1634. Kasih sayang adalah keputusan sadar untuk melanjutkan cinta dengan penuh tanggung jawab.

1635. Jika engkau ingin berbahagia, lebih mendengarlah, kurangilah bicara, senyumlah selalu, seringlah tertawa, mencintalah dengan setia, lambatlah untuk marah, cepatlah memaafkan, dan bersyukurlah atas yang telah kau miliki.

1636. Cinta yang sejati itu Talk Less, Do More. Tidak banyak janji, tapi langsung melamar dan membangun keluarga.

1637. Jika dia tidak menghormatimu, dia tidak mencintaimu.

1638. Banyak orang berani mengumbar janji cinta, tapi sedikit yang berani bertanggung-jawab dalam pernikahan.

1639. Cinta tidak harus menjelaskan alasan dari kehadirannya, atau tujuan dari perilakunya.

1640. Tiada yang bisa menyetarai keindahan dan kekuatan cinta sebagai penghebat kehidupan. Tapi, tidak ada kegilaan yang menyamai kegilaan cinta. Dan tidak ada yang lebih tergesa daripada ketergesaan cinta. Maka, jika engkau sedang menyiapkan diri bagi cinta, penuhilah hatimu dengan iman, waspadakanlah logikamu terhadap muslihat dan rayuan palsu, dan dekatkanlah telingamu kepada ibu, ayah, dan kakak-kakakmu yang bijak.

1641. Jika engkau marah kepada kecintaan hatimu, marahlah dengan wajah yang seperti mau anak lagi.

1642. Obat terbaik untuk yang patah hati, adalah jatuh cinta lagi.

1643. Tujuan dari cinta adalah membahagiakanmu. Jika tidak membahagiakan, pasti itu bukan cinta.

1644. Jika engkau sudah mencintai 100% tapi dia tetap berkhianat, itu berarti dia 100% bukan untukmu. Satu-satunya persentase yang diijinkan dalam cinta adalah 100%.

1645. Perhatikanlah, apakah ada orang yang sebagaimanapun suksesnya, yang berbahagia tanpa cinta?

1646. Jika Anda sedang dicintai, jangan sia-siakan cintanya.

1647. Jika tidak jujur dan tidak mendamaikan, itu bukan cinta.

1648. Cinta yang terkuat adalah cinta yang tak diketahui alasannya.

1649. Cinta adalah pembuka hati. Tidak ada pembenci yang mampu tetap menjadi pembenci, jika cinta memasuki hatinya.

1650. Lebih mudah membenci daripada mencintai. Itu sebabnya, luka cinta bisa menghasilkan dendam yang paling membakar.

Keislamannya Umar Bin Khaththab RA



Umar bin Khaththab RA terkenal sebagai orang yang berwatak keras dan bertubuh tegap. Sering kali pada awalnya (sebelum masuk Islam) kaum muslimin mendapatkan perlakukan kasar darinya.

Sebenarnya di dalam hati Umar sering berkecamuk perasaan-perasaan yang berlawanan, antara pengagungannya terhadap ajaran nenek moyang, kesenangan terhadap hiburan dan mabuk-mabukan dengan kekagumannya terhadap ketabahan kaum muslimin serta bisikan hatinya bahwa boleh jadi apa yang dibawa oleh Islam itu lebih mulia dan lebih baik.

Sampailah kemudian suatu hari, beliau berjalan dengan pedang terhunus untuk segera menghabisi Rasulullah SAW.
Namun di tengah jalan, beliau dihadang oleh Abdullah an-Nahham al-‘Adawi seraya bertanya:
“Hendak kemana engkau ya Umar?”
“Aku hendak membunuh Muhammad.” jawabnya.
“Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh Muhammad?”
“Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asal-mu?” Tanya Umar.
“Maukah engkau aku tunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar? sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan agamamu.” kata Abdullah.

Setelah mendengar hal tersebut, Umar langsung menuju ke rumah adiknya.
Saat itu di dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Art yang sedang mengajarkan Al-Qur'an kepada keduanya (Fatimah, saudara perempuan Umar dan suaminya).
Namun ketika Khabbab merasakan kedatangan Umar, dia segera bersembunyi di balik rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi lembaran Al-Qur'an.
Sebelum masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya:
“Suara apakah yang tadi saya dengar dari kalian?”
“Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan kami berdua saja.” Jawab mereka.
“Pasti kalian telah murtad.” kata Umar dengan geram.
“Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu?” Jawab ipar Umar.
Mendengar jawaban tersebut, Umar langsung menendangnya dengan keras hingga jatuh dan berdarah. Fatimah segera membangunkan suaminya yang berlumuran darah, namun Fatimah pun ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah, maka berkatalah Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah:
“Wahai Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah.”

Melihat keadaan saudara perempuannya dalam keadaan berdarah, timbul penyesalan dan rasa malu di hati Umar. Lalu dia meminta lembaran Al-Qur'an tersebut. Namun Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis, dan Al-Qur'an tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci.
Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.

Setelah mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca:
"Bismillahirrahmanirrahim."

Kemudian dia berkomentar:
“Ini adalah nama-nama yang indah nan suci”

Kemudian beliau terus membaca hingga ayat:
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha: 14)

Beliau berkata:
“Betapa indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad.”
Mendengar ucapan tersebut, Khabab bin Art keluar dari balik rumah, seraya berkata:
“Bergembiralah wahai Umar, saya berharap bahwa doa Rasulullah SAW pada malam Kamis lalu adalah untukmu, beliau SAW berdoa: "Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khaththab atau Abu Jahal bin Hisyam."
Rasulullah SAW sekarang berada di sebuah rumah di kaki bukit Shafa.”

Umar bergegas menuju rumah tersebut seraya membawa pedangnya.
Tiba di sana dia mengetuk pintu. Seseorang yang berada di dalamnya, berupaya mengintipnya lewat celah pintu, dilihatnya Umar bin Khaththab datang dengan garang bersama pedangnya. Segera dia memberitahu Rasulullah SAW, dan merekapun berkumpul.
Hamzah bertanya:
“Ada apa?”
“Umar.” Jawab mereka.
“Umar!? bukakan pintu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri.”
Rasulullah SAW memberi isyarat agar Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar, dan membawanya menemui Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah SAW memegang baju dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras, seraya berkata:
“Engkau wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah diturunakan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah? Ya Allah inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab.”
Maka berkatalah Umar:
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah."

Kesaksian Umar tersebut disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di dalam rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil-Haram.

Masuk Islamnya Umar menimbulkan kegemparan di kalangan orang-orang musyrik, sebaliknya disambut suka cita oleh kaum muslimin