Cari Artikel

Kelebihan Akal Manusia



Salah satu kisah inspiratif yang saya dapatkan dari almarhum Ua (kakak ayah) entah berapa puluh tahun yang lalu dan memberikan hikmah berupa kesadaran akan salah satu potensi yang diberikan Allah kepada kita, yaitu aqal.

Banyak manusia yang ternyata kurang memanfaatkan aqalnya, padahal ini salah satu pembeda antara manusia dengan binatang.

Kisahnya sederhana, ada unsur humor tetapi syarat dengan hikmah yang mendalam.

Ada seekor kerbau yang setiap pagi dibawa oleh seorang anak penggembala yang masih kecil menuju sawah yang akan dibajak. Jika tidak ada pekerjaan, kerbau itu oleh penggembalanya dibawa ke daerah yang banyak rumputnya. Kemana pun kerbau itu dibawa selalu saja nurut kepada majikannya yang seorang anak kecil.

Suatu saat, saat si kerbau sedang sendirian, ada seekor harimau menghampiri kerbau itu. Si harimau berkata kepada kerbau,
“Hey kerbau, saya sudah beberapa hari mengamati kamu. Kamu selalu nurut saja dibawa-bawa atau disuruh-suruh oleh majikan kecilmu. Manusia majikanmu itu sangat kecil dibanding kamu, kenapa tidak kamu tubruk saja, pasti dia terpental jauh atau mati. Kamu jadi bebas seperti saya, bebas kemana pun saya mau.”
“Saya takut kepada anak kecil itu”, jawab si kerbau.
“Ha ha ha, dasar bodoh kamu. Masa badan kamu yang besar takut kepada anak kecil?” ejek si harimau sambil menertawakan.
“Kamu juga akan takut jika kamu mengetahui kelebihan manusia.” kata si kerbau menjelaskan.
“Apa sih kelebihan manusia itu, koq bisa membuat kamu takut?” tanya si harimau penasaran.

Tidak lama kemudian, anak penggembala tersebut datang. Langsung saja si harimau menyapanya.
“Hey anak manusia!! Kata si kerbau kamu mempunyai kelebihan yang membuat dia takut. Apa itu?”
Anak pengembala itu menjawab,
“Saya sebagai manusia diberikan kelebihan oleh Pencipta, yaitu berupa akal yang tidak dimiliki oleh makhluq lainnya.”
“Akal itu apa? Boleh saya melihat akal kamu? Jika kamu tidak menunjukkan, saya akan memakan kamu.” tanya harimau sambil mengancam.
“Wah saya tidak bisa memperlihatkannya, karena akal saya tertinggal di rumah”. jawab si pengembala dengan tenangnya.
“Kalau begitu kamu ambil dulu.” kata si harimau dengan nada mendesak.
“Saya bisa saja mengambilnya, tetapi percuma. Kamu akan lari.” Jawab pengembala tidak mau kalah.
“Saya janji, saya tidak akan lari” kata harimau dengan percaya diri.
“Sekarang kamu berkata demikian, setelah melihat saya membawa akal, kamu pasti lari. Bagaimana kalau kamu saya ikat? Supaya kamu tidak lari nanti.” tantang si anak gembala.
“Setuju” jawab harimau.

Kemudian si anak penggembala tersebut mengikat harimau tersebut di sebuah pohon. Bukan saja tidak bisa lari, tetapi sampai tidak bisa bergerak leluasa. Setelah mengikat si anak pun pergi.

Kerbau yang mengamati dari tadi tertawa, melihat nasib harimau.

“Sekarang kamu bisa apa?” tanya si kerbau. Harimau tidak bisa menjawab, dia panik dan ingin melepaskan diri tetapi tidak bisa.
“Itulah akal manusia, he he” kata si kerbau sambil pergi mengikuti majikannya.

Jika si pengembala melawan sang harimau dengan tenaga untuk bertarung, kemungkinan besar akan kalah. Jika si anak kecil itu berkali hanya dengan fisik tanpa menggunakan akal, artinya dia menyamakan dirinya dengan harimau.

Anda punya aqal, maka gunakanlah. Jangan salah, banyak orang yang secara tidak sadar lebih menggunakan emosi dan hawa nafsu daripada aqalnya. Sementara, emosi dan hawan nafsu cendrung pada kesenangan semata, bukan mana yang baik dan benar.

Jika saja, kita lebih banyak menggunakan aqal kita dibandingkan saat ini, kita akan jauh lebih baik. Itu saya yakin. Sayangnya banyak yang masih tidak bisa membedakan mana aqal mana emosi.

Langkah pertama yang perlu Anda mulai lakukan adalah mulai menyadari bahwa ada pengaruh emosi dan hawa nafsu saat Anda sedang merasa berpikir. Ya saya katakan “merasa berpikir” karena banyak yang seperti itu. Dikiranya sudah berpikir, tetapi hanya baru sampai merasa berpikir.

Emosi dan hawa nafsu bukan hanya marah. Ya, marah memang salah satu yang melumpuhkan aqal, tetapi masih ada emosi dan hawa nafsu lainnya. Diantaranya ego, kesombongan, rendah diri, khawatir, takut, dan sebagainya. Itu semua bisa menurunkan kemampuan aqal kita.

Saat Anda memikirkan sesuatu atau mengambil keputusan tertentu, renungkan sampai pikiran paling dalam, apakah pemikiran Anda itu hasil dari logika atau hasil dorongan emosi dan hawa nafsu. Perlu ketenangan dan kejujuran untuk menemukan hal ini.

Tidak, saya bukan sedang berbicara orang lain, tetapi kita, saya dan Anda. Artinya yang perlu Anda nilai itu bukan orang lain tetapi diri sendiri. Dan ini masuk ke langkah kedua, yaitu muhasabah. Lakukan muhasabah atau perhitungan diri sesering mungkin, selain menghitung dosa dan amal, renungkan juga apakah apa yang Anda pikirkan itu hasil dari hawa nafsu atau aqal.

Lakukan 2 hal ini, maka insyaa Allah fungsi aqal akan kembali hidup dan tidak dikalahkan oleh emosi dan hawa nafsu. Karena aqal salah satu kelebihan kita sebagai manusia, jangan sampai kita tidak memanfaatkannya karena terkubur emosi dan hawa nafsu.

Wa'il Bin Hajar RA



Suatu ketika Wa'il bin Hajar berkunjung kepada Nabi SAW, saat itu rambutnya dalam keadaan terurai panjang. Setelah beberapa saat duduk bersama Rasulullah RA, ia mendengar beliau berkata, "Dzubab, dzubab !!"

Kata itu adalah ungkapan tentang sesuatu yang buruk atau celaka.

Wa'il berfikir, jangan-jangan itu ditujukan pada keadaan rambutnya. Setelah pulang ke rumahnya, ia memotong dan merapikan rambutnya. Esok harinya ia mengunjungi Nabi SAW lagi. Melihat penampilannya yang berbeda dengan hari sebelumnya, beliau bersabda,
"Perkataanku kemarin bukan kutujukan kepadamu, tetapi hal ini lebih baik karena engkau telah memotong rambutmu!"

Kesabaran Di Jalan Allah



Di masa nabi-nabi terdahulu, sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW, ada seorang rahib yang menghabiskan waktunya hanya untuk beribadah kepada Allah di biaranya. Begitu gencarnya beribadah sehingga ia mencapai derajad keimanan yang tinggi, beberapa malaikat diijinkan Allah untuk mengunjunginya pagi dan sore hari, untuk menanyakan keperluannya. Tetapi tidak ada yang dimintanya, kecuali sekedar makanan dan minuman untuk bisa membuatnya tetap kuat beribadah. Maka Allah menumbuhkan pohon anggur di biaranya, yang buahnya bisa dipetiknya setiap kali ia membutuhkan. Jika merasa haus, ia cukup menadahkan tangan ke udara, maka akan mengucur air dari udara untuk minumannya.

Tetapi tidak ada keimanan yang sebenarnya, kecuali harus mengalami pengujian. Allah telah berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Ankabut ayat 2 dan 3,
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami (Allah) telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”

Begitu juga yang terjadi pada sang rahib.
Pada suatu malam datang seorang wanita sangat cantik, berseru di depan biaranya,
“Wahai pendeta, saya mohon pertolonganmu. Demi Tuhan yang engkau sembah, berilah aku tempat bermalam karena rumahku sangat jauh…!!”

Sebagai seseorang yang berakhlak mulia, segera saja sang rahib berkata,
“Naiklah, silahkan bermalam di tempat ini!!”

Wanita itu masuk ke dalam biara. Mungkin memang dikehendaki Allah untuk menjadi ‘batu ujian’ bagi sang rahib, tiba-tiba ia merasakan cinta dan suka kepada sang rahib yang tampak sangat sederhana tetapi menenangkan itu, perasaan gairah yang menggelora seakan tidak tertahankan. Untuk menarik perhatian dan membangkitkan nafsu sang rahib, wanita itu melepaskan semua pakaiannya, kemudian berlenggak-lenggok di depannya.
Sang rahib segera menutup matanya dengan kedua tangannya, dan berkata, “Kenakanlah kembali pakaianmu, janganlah telanjang!!” 
Wanita itu berkata,
“Saya sangat ingin bersenang-senang denganmu malam ini!!” 

Bagaimanapun juga sang rahib itu masih lelaki yang normal. Nafsunya terbangkitkan ketika sepintas melihat keindahan tubuh dan mendengar keinginan wanita itu, karena itu terjadi perdebatan di dalam dirinya, antara akal sehat (kalbu)-nya dan nafsunya. Dan dengan kehendak Allah, wanita itu bisa ‘mendengarkan’ perdebatan tersebut.
Akal sehatnya berkata, “Bertaqwalah kepada Allah!!”
Sang nafsu berkata,
“Ini kesempatan emas, kapan lagi engkau bisa bersenang-senang dengan seorang wanita yang secantik ini!!”
Akal sehatnya berkata,
“Celaka dirimu, engkau akan menghilangkan ibadahku, dan akan merasakan kepadaku pakaian aspal dari neraka. Aku khawatirkan atasmu siksaan api neraka yang takkan pernah padam, siksaan yang tidak pernah terhenti, bahkan lebih berat dari semua itu, aku sangat takut akan kemurkaan Allah, dan kehilangan keridhaan-Nya…!!”

Tetapi sang nafsu terus saja merayunya untuk mau melayani keinginan wanita cantik itu. Ia terus merengek-rengek seperti anak kecil yang minta dibelikan es oleh ibunya. Akal sehatnya hampir tak mampu lagi mencegah rengekan sang nafsu itu. Maka sang rahib, yakni akal sehatnya, berkata kepada nafsunya,
“Kini engkau semakin kuat saja, baiklah kalau begitu!! Aku akan mencoba dirimu dengan api yang kecil, jika engkau memang kuat menahannya, aku akan memenuhi keinginanmu memuaskan dirimu dengan wanita cantik ini!!”

Lalu sang rahib mengisikan minyak pada lampunya, dan membesarkan nyalanya. Sementara itu sang wanita cantik, yang bisa ‘mengikuti’ percakapan dalam diri sang rahib tampak was-was dan khawatir. Benar saja yang dikhawatirkan, sang rahib memasukkan jari-jari tangannya ke dalam api. Pertama ibu jarinya terbakar, kemudian telunjuk, menyusul kemudian jari jemarinya yang lain. Melihat pemandangan yang mengerikan itu, sang wanita tak kuat menahan perasaannya. Antara tidak tega dan mungkin ketakutan akan siksa neraka sebagaimana digambarkan oleh akal sehat sang rahib, kemudian ia menjerit keras sekali, begitu kerasnya hingga jantungnya berhenti berdetak dan ia meninggal seketika.

Begitu melihat wanita itu mati, nafsunya segera saja padam. Sang rahib menutupi jenazah wanita itu dengan kain dan ia mematikan lampunya. Tanpa memperdulikan tangannya yang sakit akibat terbakar, sang rahib meneruskan shalat dan ibadahnya. 

Keesokan harinya, Iblis yang menjelma menjadi salah seorang penduduk kampung itu menyebarkan berita kalau sang rahib telah berzina dan membunuh wanita yang dizinainya. Kabar itu sampai di telinga sang raja, yang segera saja mendatangi sanga rahib beserta pengawal dan bala tentaranya. Sampai di biara, sang raja berkata,
“Wahai rahib, dimanakah Fulanah binti Fulan (yakni wanita cantik itu)?”
Rahib berkata,
“Ia ada di dalam biara!!”
Raja berkata,
“Suruhlah ia keluar!!”
Rahib berkata,
“Ia telah mati!!”
Raja berkata dengan murka,
“Biadab sekali engkau ini, tidak cukup engkau menzinainya, bahkan engkau membunuhnya setelah itu!!”

Maka raja memerintahkan pengawalnya untuk menangkap dan mengikat sang rahib, tanpa mau mendengarkan alasan dan penjelasannya lebih lanjut. Mungkin fitnah yang disebarkan oleh iblis yang merupa sebagai penduduk kampung itu begitu hebatnya, sehingga sang raja tidak lagi mau mendengar penjelasan peristiwa itu dari sisi sang rahib. Mereka membawanya ke alun-alun dimana hukuman biasa dilaksanakan, jenazah wanita itu dibawa serta seolah-olah sebagai saksi atas kejahatan yang dilakukan kepadanya.

Dengan kaki, tangan dan leher terikat, sang algojo meletakkan gergaji di atas kepalanya. Ketika gergaji mulai membelah batok kepalanya, sang rahib sempat mengeluh pelan. Seketika itu Allah memerintahkan Malaikat Jibril turun ke bumi, sambil berfirman,
“Katakan kepada rahib itu, janganlah mengeluh untuk kedua kalinya, karena sesungguhnya Aku melihat semua itu. Katakan juga kepadanya bahwa kesabarannya (sejak ia digoda sang wanita cantik hingga saat itu), telah membuat penduduk langit menangis, begitu juga dengan hamalatul arsy (malaikat penyangga arsy). Demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, jika engkau mengeluh sekali lagi, tentulah akan Aku binasakan langit dan Aku longsorkan bumi!!”

Jibril segera turun dan menyampaikan firman Allah tersebut, maka sang rahib menahan dirinya untuk tidak mengeluh, sesakit apapun yang dirasakannya. Ia tidak ingin menjadi penyebab kemurkaan Allah, sehingga alam semesta ini hancur. Mulutnya terus mengucap dzikr dan istighfar hingga akhirnya malaikat maut menjemputnya.

Setelah sang rahib wafat, dan banyak sekali orang yang menghinakan dirinya, Allah berkenan mengembalikan ruh sang wanita itu untuk sesaat. Seketika itu sang wanita bangun, yang membuat orang-orang di sekitarnya, termasuk raja dan para pengawal serta bala tentaranya terkejut dan ketakutan. Wanita itu berkata,
“Demi Allah, rahib itu teraniaya, dia tidak berzina denganku dan tidak pula dia membunuhku….”

Kemudian wanita itu menceritakan secara lengkap peristiwa yang dialaminya, dan ia menutup perkataannya dengan kalimat, “…kalau kalian tidak percaya, periksalah tangannya yang dalam keadaan terbakar!!”

Setelah itu sang wanita meninggal lagi. Mereka segera memeriksa tangan sang rahib, dan benar seperti yang dikatakan wanita tersebut. Mereka menyesal telah bersikap gegabah, sang raja berkata,
“Andaikan kami mengetahui yang sebenarnya, tentulah kami tidak akan menggergaji engkau!!”

Mereka segera merawat dua jenazah tersebut dan menguburkannya dalam satu lubang. Setelah tanah mulai menutupi jenazah keduanya, tercium bau harum kasturi keluar dari lubang kubur tersebut. Kemudian terdengar hatif (suara tanpa wujud), “Allah telah menegakkan mizan (timbangan) dan mempersaksikan kepada para malaikat-Nya : Aku persaksikan kepada kalian semua, bahwa Aku telah mengawinkan mereka dan juga (mengawinkan rahib itu) dengan lima puluh bidadari di surga Firdaus. Demikian itulah balasan bagi orang-orang yang selalu waspada dan bersabar di jalan-Ku!!”

Jangan Mengubur Potensi Sukses Anda



Anak bebek mengajarkan saya tentang citra diri.

Apa itu? Dan akibatnya bagi kesuksesan Anda?

Pengalaman Masa Kecil Yang Mengajarkan Citra Diri

Saat saya masih kecil, kakek dan nenek saya suka memelihara ayam kampung. Kadang-kadang saya membantu nenek memberi makan ayam-ayam peliharaan nenek. Memelihara ayam kampung berbeda dengan ayam negeri. Ayam kampung pada siang hari sengaja dilepas untuk mencari makan sendiri, sebagai makanan tambahan.

Suatu saat salah satu ayam betina sedang bertelur. Nenek menyediakan sarang untuk tempat bertelur, sebab jika tidak disediakan sarang, ayam tersebut bisa bertelur di mana saja. Kebetulan nenek ingin menetaskan telur-telur tersebut.

Sambil menetaskan telur ayam, nenek juga ingin menetaskan telur bebek. Telur bebek tersebut dititipkan di sarang ayam tadi. Telur ayam dan telur bebek akhirnya sama-sama dierami oleh ayam sampai menetas.

Waktu itu saya sempat terpukau, biasanya ayam dan bebek bermusuhan, tetapi kali ini tidak. Ayam tersebut memelihara dengan baik anak-anaknya termasuk anak bebek tersebut. Anak bebek tersebut mendapat perlakukan yang sama, dicarikan makan dan dilindunginya.

Begitu juga dengan anak-anak bebek, mereka bertingkah laku seperti ayam. Mencari makan seperti ayam dan menganggap induk ayam tersebut ibunya.

Keadaan ini berlangsung sampai disapih, yaitu istilah proses pemisahan anak-anak ayam dan ibunya. Penyapihan dilakukan pada usia anak ayam tertentu dimana anak ayam tersebut sudah bisa mandiri. Anak-anak bebek yang sudah menjelang dewasa disatukan lagi dengan komunitas bebek lainnya.

Setelah anak-anak bebek tersebut bergabung dengan komunitas bebek lainnya, mungkin mereka sadar kalau mereka itu bebek sehingga tingkah laku mereka pun menjadi tingkah laku bebek pada umumnya.

Anak bebek akan bertingkah seperti ayam saat menganggap dirinya ayam. Sebaliknya anak bebek bertingkah laku sebagai mana bebek lainnya saat dia sadar kalau dia itu bebek. Fenomena ini juga berlaku pada manusia, dia akan bertingkah sesuai dengan anggapan pada dirinya sendiri.

Anda Akan Bertingkah Sesuai Dengan Citra Diri Anda

Sederhananya seperti ini, saat Anda mengatakan tidak bisa, maka Anda akan berhenti. Anda tidak akan mencoba seperti orang yang tidak bisa. Pertanyaanya, betulkah Anda tidak bisa? Banyak yang awalnya merasa tidak bisa menjadi bisa.

Dulu saya menganggap saya tidak akan bisa bahasa pemograman karena saya pikir saya tidak teliti. Bahasa pemograman bisa tidak jalan jika ada salah titik atau koma, tapi sekarang saya menjadi web designer yang membutuhkan kemampuan pemograman.

Saat saya menganggap diri saya tidak bisa membuat website, saya tidak pernah membuatnya. Saat saya sudah sadar bahwa saya bisa, maka sudah puluhan website saya buat.

Membentuk Citra Diri

Bisakah citra diri dibentuk? Saya pernah mempersiapkan ujian matematika, saya sudah berlatih begitu banyak dan saya sudah mahir. Saya optimis saya akan mendapatkan nilai A. Semua soal sudah saya jajaki dan saya bisa menyelesaikannya. Ujian pun datang, saya mengerjakan soal dengan percaya diri. Semuanya saya bisa.

Setelah pengumuman nilai datang, dengan antusias saya melihatnya dan benar saja, alhamdulillah saya dapat nilai A. Tapi ada satu hal yang mengurangi kegembiraan saya, jika dilihat dari score, nilai saya tidak sempurna, tidak mencapai angka 100. Nilai saya memang masuk ke kategori A, tetapi tidak sempurna. Nilai saya berkurang bukan karena tidak bisa, tetapi karena tidak teliti.
Apa yang saya katakan pada diri saya?
Saat itu saya berkata, “Saya memang bukan tipe orang yang teliti!”
Sehingga saya berpikir bahwa saya tidak cocok untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian seperti programer. Dan hal ini berlangsung lama.
Seperti sudah menjadi fakta dan bukti tidak terbantahkan, berdasarkan pengalaman. Dan saya memang tidak pernah mendapatkan nilai 100 setiap ujian yang membutuhkan ketelitian. Sepertinya ini sudah menunjukan siapa saya.

Citra diri saya dibentuk dari pengalaman saya dan akan menghasilkan pekerjaan sesuai dengan citra diri tersebut. Hasil pekerjaan ini, karena sesuai dengan citra diri, maka akan menguatkan citra diri. Dan, begitulah seterusnya.

Anda Harus Mematahkan Citra Diri Saat Ini

Saat anak bebek sudah digabungkan dengan anak bebek lainnya, dia bertingkah laku seperti bebek sebagaimana mestinya. Dia sadar bahwa dia bukan seekor ayam, tetapi seekor bebek yang biasa berenang. Yang membuat si bebek menjadi bebek adalah karena dia sadar kalau dia memang bebek.
Maka, untuk mematahkan citra diri Anda saat ini, Anda harus sadar bahwa citra diri Anda bisa lebih baik dari itu. Bagaimana caranya? Dengan sebuah pembuktian baru, saya membuktikan bahwa saya bisa teliti dengan menantang diri saya untuk membuat website yang memerlukan pemograman PHP, dan meski saya tidak jago, tapi website berfungsi dengan baik. Sehingga ini menjadi bukti tidak terbantahkan, bahwa saya bisa teliti.

Maka citra diri saya berubah, yang asalnya: “Saya adalah tipe orang yang tidak bisa teliti.” berubah menjadi “Saya ternyata bisa teliti.” Kehidupan saya pun berubah, setelah citra diri saya berubah.

Filosofi Hujan



Pernahkah memikirkan hal-hal baik dari datangnya hujan? Kita pasti sering gembira jika hujan datang setelah kemarau panjang. Sebenarnya banyak hal yang bisa kita pelajari dari hujan.

Pelajaran tersebut akan berguna untuk hidup kita agar lebih rendah hati, penuh motivasi dan semangat menjalani hidup hari-hari.

Berikut filosofi hujan yang dapat Anda pelajari.

1. Meski jatuh berkali-kali, hujan tidak pernah menyerah.
Pernahkah kita sadar kalau hujan itu turun dan jatuh terus. Dari hal itu kita bisa belajar bahwa hujan tetap mencoba meskipun jatuh berkali-kali. Hujan terus turun tanpa menyerah dan itu bisa menjadi pelajaran yang bagus buat kita. Kita harus selalu kuat dan tabah untuk mencapai sesuatu.

2. Hujan turun setelah kemarau panjang. Bukankah kesabaran adalah kuncinya?
Masih ingat dengan kemarau yang berkepanjangan? Bagaimana kalau kemarau itu datang tanpa diselingi oleh hujan. Bumi akan menjadi kering dan tak seindah yang kita tahu. Beruntung bahwa hujan datang setelah kemarau panjang. Kehidupan jadi jauh dari kesulitan dan kesengsaraan. Kita sebaiknya dapat menjadi penolong atau paling tidak penghibur untuk orang yang benar-benar membutuhkan kita.

3. Hujan bisa memberi rasa dingin.
Setelah panas seharian, hujan turun membasahi bumi. Cuaca menjadi berubah dan hawa menjadi dingin dan nyaman untuk beristirahat. Semoga dengan menyadari sifat hujan, kita jadi ingat untuk tidak terus memenuhi amarah melainkan lebih bersifat santai menghadapi sesuatu.

4. Hujanpun bisa marah. Kalau manusia tidak ramah.
Seperti manusia hujan yang juga bagian dari alam bisa marah. Ketika benar-benar tidak ada lagi yang peduli dengan lingkungan sekitar. Hujan turun dengan derasnya yang terkadang membawa bencana. Sebaiknya kita menyadari sesuatu bahwa manusia punya amarah alangkah baiknya jika kita bisa menjaga perasaan satu sama lain.

5. Bau hujan itu menyenangkan. Sederhana dan menenangkan.
Ini bagian yang banyak belum disadari orang. Saat hujan turun ke bumi dan membasahi tanah, maka aroma hujan akan tercium. Baunya sangat menyegarkan dan itu adalah bau hujan. Di dalam hidup, sebaiknya kita belajar untuk menjadi orang yang menyenangkan. Semua orang pasti merasa senang dengan sifat-sifat orang yang menyenangkan.

6. Hujan datang untuk menyejukkan bumi. Bermanfaat bagi material lain.
Meskipun hujan kadang tidak datang, tetapi kedatangan hujan sangat penting. Hujan turun untuk memberikan kesejukan bagi kehidupan manusia di bumi. Sebaiknya kita belajar seperti hujan yang datang dan muncul untuk membawa dan berbagi rasa senang.

7. Hujan turun karena tahu bumi membutuhkan.
Hujan turun disaat bumi memang benar-benar membutuhkannya. Setelah kemarau panjang, hujan tetap akan turun untuk menghijaukan bumi. Kita juga bisa menjadi seperti hujan yang siap membantu teman atau keluarga yang membutuhkan bantuan kita.

8. Banyak orang mengeluh karena hujan. Tapi hujan tetap datang tiap tahunnya.
Meskipun beberapa orang yang mengeluh karena hujan turun, hujan tetap turun. Hal ini pelajaran buat kita bahwa selama itu baik kita tidak perlu takut untuk melakukan sesuatu. Bahkan kita sedang melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain. Jangan berhenti hanya karena beberapa orang tidak suka.

9. Hujan itu tidak kenal waktu.
Hujan turun memang tidak kenal waktu dan mengerti apa yang sedang dilakukan manusia. Hujan adalah anugerah dari yang kuasa. Maka dari itu kita juga seharusnya dapat menerima hujan dan hal baik datang tanpa memaksakan waktu sesuai dengan yang kita inginkan.