Cari Artikel

Kelebihan Berpuasa Pada Hari Asyura Dan Peristiwa Peristiwa Yang Terjadi Pada Hari Asyura



Dari Ibnu Abbas r.a berkata Rasulullah SAW bersabda:
"Siapa yang berpuasa pada hari Aasyura (10 Muharram) maka Allah SWT akan memberi kepadanya pahala 10,000 malaikat dan siapa yang berpuasa pada hari Aasyura (10 Muharram) maka akan diberi pahala 10,000 orang berhaji dan berumrah, dan 10,000 pahala orang mati syahid, dan barang siapa yang mengusap kepala anak-anak yatim pada hari tersebut maka Allah SWT akan menaikkan dengan setiap rambut satu darjat. Dan siapa yang memberi makan kepada orang yang berbuka puasa pada orang mukmin pada hari Aasyura, maka seolah-olah dia memberi makan pada seluruh ummat Rasulullah SAW yang berbuka puasa dan mengenyangkan perut mereka."

Lalu para sahabat bertanya Rasulullah SAW;
" Ya Rasulullah SAW, adakah Allah telah melebihkan hari Aasyura daripada hari-hari lain?".
Maka berkata Rasulullah SAW;
" Ya, memang benar, Allah Taala menjadikan langit dan bumi pada hari Aasyura, menjadikan laut pada hari Aasyura, menjadikan bukit-bukit pada hari Aasyura, menjadikan Nabi Adam dan juga Hawa pada hari Aasyura, lahirnya Nabi Ibrahim juga pada hari Aasyura, dan Allah SWT menyelamatkan Nabi Ibrahim dari api juga pada hari Aasyura, Allah SWT menenggelamkan Fir'aun pada hari Aasyura, menyembuhkan penyakit Nabi Ayyub as pada hari Aasyura, Allah SWT menerima taubat Nabi Adam pada hari Aasyura, Allah SWT mengampunkan dosa Nabi Daud pada hari Aasyura, Allah SWT mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman juga pada hari Aasyura, dan akan terjadi hari kiamat itu juga pada hari Aasyura!".

Kekuatan Visi



Seorang mandor sedang memeriksa tiga orang tukang bangunan yang sedang bekerja. Tukang yang pertama ditanya oleh sang mandor,
”Pak, Apa yang sedang bapak kerjakan?”
Tukang tersebut menjawab singkat,
“Saya sedang menyusun batu bata, Den.” Demikian penjelasan tukang pertama, persis seperti apa yang memang sedang ia kerjakan yaitu menyusun batu bata.

Sang mandor kemudian beralih ke tukang yang kedua dan ia pun mengajukan pertanyaan yang sama,
“Pak, apa yang sedang bapak kerjakan?”
Kali ini jawaban sang tukang sedikit berbeda,
“Saya sedang membangun sebuah tembok, Den.”
Bahkan tukang yang kedua inipun bisa menjelaskan panjang dan tinggi tembok tersebut serta di mana ia mulai dan kapan ia selesai membangunnya.

Terakhir, sang mandor menghampiri tukang yang ketiga dan kembali bertanya,
“Pak, apa yang sedang bapak kerjakan?”
Maka tukang yang ketiga pun menjawab,
“Saya sedang membangun sebuah rumah yang sangat indah, Den.”
Selain itu, tukang yang ketiga ini pun bisa menjelaskan bentuk, ukuran dan warna rumah tersebut beserta bahan-bahan yang digunakan dalam membangun rumah tersebut. Lebih dari itu, tukang ketiga ini pun mampu mengilustrasikan aktivitas-aktivitas yang bakal terjadi di rumah tersebut.
“Pokoknya, rumah ini nantinya sangat bagus dan istimewa kalau sudah jadi, Den.”

Dari ketiga tukang tersebut, mana yang menurut Anda akan bekerja dengan lebih baik?

Jawabannya tentu saja tukang yang ketiga. Mengapa?

Apa yang membedakan tukang pertama, kedua, dan ketiga? Jawabannya adalah VISI.

Tukang yang pertama tidak memiliki visi. Baginya yang penting adalah mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya yaitu menyusun batu-bata.

Tukang yang kedua sudah memiliki visi namun visi yang dimilikinya masih sebatas membangun tembok.

Sebaliknya, Tukang yang ketiga memiliki visi yang sangat jelas mengenai seperti apa rumah yang sedang dibangunnya itu. Bukan hanya itu, tukang yang ketiga ini pun menyadari sepenuhnya bahwa dirinya merupakan bagian dari visi tersebut.

Sepintas  perbedaan visi ini nampaknya tidak memberikan perbedaan. Toh, ketiga tukang tersebut tetap bekerja dengan baik.

Namun bila diperhatikan dengan teliti, semangat, ketekunan, ketelitian, dan gairah dari ketiga tukang di atas benar-benar berbeda.

Tukang yang pertama memulai pekerjaan dengan mengeluh. Pada saat bekerja, ia mengerjakan tugasnya tidak dengan sungguh-sungguh. Ketika batu-bata yang disusunnya kurang rapi, ia pun tidak berusaha membetulkannya kecuali bila ia ditegur oleh sang mandor. Beberapa saat sebelum waktunya pulang, tukang yang satu ini pun sudah membersihkan dirinya saat sang mandor memberitahu bahwa jam kerja sudah selesai, maka tukang ini pun segera bergegas meninggalkan tempat kerjanya.

Perilaku yang benar-benar berbeda diperlihatkan oleh tukang yang ketiga. Ia memulai pekerjaannya dengan riang gembira dan penuh semangat karena ia sudah memiliki gambaran mengenai keindahan rumah tersebut. Ia berusaha memasang batu bata yang disusunya serapi mungkin. Seandainya terdapat batu bata yang kurang rapi susunannya maka ia pun segera membetulkannya.

Selain itu, sebelum pulang, ia pun selalu menyempatkan diri memeriksa hasil pekerjaannya.  Karena itu, tidaklah mengherankan apabila tukang yang ketiga memberikan hasil kerja yang lebih memuaskan dibandingkan tukang yang pertama.

Filosofi Semut



Marilah kita belajar kebijakan dari semut.

Semut bekerja keras di masa sulit, agar hidup tercukupi di masa yang lebih sulit.

Semut tidak mengeluh, tidak ada yang bersantai ria saat semut yang lain bekerja.

Semut mengutamakan kerjasama daripada sok bossy dan merasa lebih keren sendiri.

Semut tidak mengharapkan pemberian mudah, dan tidak marah kalau tidak ada yang memberinya gratisan.

Semut tidak malas, tidak suka menunda, tidak menyalahkan orang lain atas kesulitan hidup, dan patuh kepada fitrahnya yang baik.

    Marilah kita menjadi manusia yang hidup penuh penghormatan kepada diri sendiri. Marilah kita hidup dengan sepenuhnya.

Kentang, Telur Dan Biji Kopi



Pada suatu hari, ada seorang anak perempuan yang mengeluh kepada ayahnya bahwa hidupnya sengsara dan bahwa dia tidak tahu bagaimana dia akan berhasil. Dia lelah berjuang dan berjuang sepanjang waktu. Tampaknya hanya salah satu dari masalahnya yang dapat ia selesaikan, kemudian masalah yang lainnya segera menyusul untuk dapat diselesaikan.

Ayahnya yang juga seorang koki membawanya ke dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air dan menaruhnya di atas api yang besar. Setelah tiga panci tersebut mulai mendidih, ia memasukkan beberapa kentang ke dalam sebuah panci, beberapa telur di panci kedua, dan beberapa biji kopi di panci ketiga.

Kemudian ia duduk dan membiarkan ketiga panci tersebut di atas kompor agar mendidih, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun kepada putrinya. Putrinya mengeluh dan tidak sabar menunggu, bertanya-tanya apa yang telah ayahnya lakukan.

Setelah dua puluh menit, ia mematikan kompor tersebut. Ia mengambil kentang dari panci dan menempatkannya ke dalam mangkuk. Ia mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk.

Kemudian ia menyendok kopi dan meletakkannya ke dalam cangkir. Lalu ia beralih menatap putrinya dan bertanya,
“Nak, apa yang kamu lihat?”
“Kentang, telur, dan kopi,” putrinya buru-buru menjawabnya.
“Lihatlah lebih dekat, dan sentuh kentang ini”, kata sang ayah. Putrinya melakukan apa yang diminta oleh ayahnya dan mencatat di dalam otaknya bahwa kentang itu lembut.
Kemudian sang ayah memintanya untuk mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapatkan sebuah telur rebus. Akhirnya, sang ayah memintanya untuk mencicipi kopi. Aroma kopi yang kaya membuatnya tersenyum.
“Ayah, apa artinya semua ini?” Tanyanya.

Kemudian sang ayah menjelaskan bahwa kentang, telur dan biji kopi masing-masing telah menghadapi kesulitan yang sama, yaitu air mendidih.
Namun, masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Kentang itu kuat dan keras. Namun ketika dimasukkan ke dalam air mendidih, kentang tersebut menjadi lunak dan lemah.
Telur yang rapuh, dengan kulit luar tipis melindungi bagian dalam telur yang cair sampai dimasukkan ke dalam air mendidih. Sampai akhirnya bagian dalam telur menjadi keras.
Namun, biji kopi tanah yang paling unik. Setelah biji kopi terkena air mendidih, biji kopi mengubah air dan menciptakan sesuatu yang baru."
“Kamu termasuk yang mana, nak?” tanya sang ayah kepada putrinya.

“Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana caramu dalam menghadapinya? Apakah kamu adalah sebuah kentang, telur, atau biji kopi?”

    Dalam hidup ini, Banyak sesuatu yang terjadi di sekitar kita. Banyak hal-hal yang terjadi pada kita. Tetapi satu-satunya hal yang benar-benar penting adalah apa yang terjadi di dalam diri kita. Jadi, manakah diri anda? Apakah anda adalah sebuah kentang, telur, atau biji kopi?

Abdullah Bin Umar RA



Abdullah bin Umar adalah putra Umar bin Khaththab, ia telah memeluk Islam semenjak kanak-kanak. Ia melihat seorang lelaki yang selalu mendatangi Nabi SAW untuk menceritakan mimpinya jika ia bermimpi, karenanya ia sangat ingin bisa bermimpi dan menceritakan mimpinya kepada Nabi SAW seperti lelaki tersebut. Saat itu ia masih muda dan ia sering tidur di masjid.

Suatu ketika ia bermimpi melihat dua malaikat datang dan membawanya ke neraka. Di sana ia melihat bangunan seperti sumur yang mempunyai dua cabang, dan di dalamnya banyak orang yang dikenalinya, sehingga ia berkata,
"Semoga Allah melindungiku dari neraka ini…!"

Datanglah malaikat yang lain dan mengatakan agar ia tidak takut, dan ia terbangun.

Ia tidak punya keberanian untuk menceritakan mimpinya tersebut kepada Nabi SAW seperti yang diinginkan sebelumnya, karena itu ia menceritakannya kepada kakaknya yang juga istri Nabi SAW, Hafshah. Ketika Hafshah menceritakan mimpi tersebut kepada Nabi SAW, beliau bersabda,
"Abdullah bin Umar adalah anak yang baik, saya berharap semoga ia selalu melaksanakan shalat malam."

Sejak itulah ia banyak mengerjakan shalat malam, dan tidur hanya sebentar, padahal saat itu ia masih sangat muda remaja.

Abdullah bin Umar dikenal sebagai sahabat yang paling banyak meneladani Nabi SAW, bahkan pada hal-hal yang sebenarnya tak berarti. Ia selalu memperhatikan apa yang dilakukan beliau, dan kemudian ditirunya dengan cermat dan teliti. Misalnya ia melihat Nabi SAW shalat di suatu tempat, maka di tempat yang sama, ia akan melakukan shalat seperti beliau. Jika Nabi SAW berdoa dengan berdiri, ia juga akan berdoa dengan berdiri di tempat tersebut. Pernah, di suatu tempat di Makkah, ia melihat Nabi SAW berputar dua kali dengan untanya sebelum turun dan shalat dua rakaat. Maka setiap kali ia melewati tempat itu, ia akan memutar untanya dua kali, kemudian turun dan shalat dua rakaat seperti yang pernah dilakukan Nabi SAW. Padahal bisa saja unta Nabi SAW itu memutar sekedar untuk mencari tempat yang tepat untuk berhenti dan beristirahat.

Begitulah kesetiaannya dalam mengikuti jejak langkah Nabi SAW, sehingga Ummul Mukminin Aisyah RA pernah berkata,
"Tak seorangpun mengikuti jejak Rasulullah SAW di tempat-tempat pemberhentian beliau, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Umar…."

Hampir tidak ada suatu perilaku Nabi SAW, yang diketahuinya yang tidak ditirunya. Setelah lama waktu berlalu sepeninggal Nabi SAW, ia ingat sesuatu yang ia tidak tahu apa yang dilakukan oleh beliau dan ia belum menirunya. Waktu Fathul Makkah, beliau masuk ke dalam Ka'bah. Yang diketahuinya beliau menghancurkan berhala-berhala, setelah itu ia tidak tahu. Karenanya ia segera mencari Bilal bin Rabah yang saat itu mengikuti beliau masuk ke dalam Ka'bah untuk menanyakan hal tersebut. Atas pertanyaannya ini Bilal berkata,
"Beliau berdiri di antara dua tiang Ka'bah dan shalat dua rakaat…."

Mendengar penjelasan ini Abdullah bin Umar menangis penuh penyesalan. Beberapa kali ia mengunjungi Ka'bah dan ia tidak pernah meneladani perilaku beliau ini. Seolah sekian banyak ibadah, jihad dan kedermawanan dalam membelajakan hartanya di jalan Allah, tidak bisa menebus kelalaiannya dalam mengamalkan dua rakaat yang dilakukan Nabi SAW di dalam Ka'bah tersebut.