Cari Artikel

Nasib Patung Manat



Amr bin Jamuh adalah seorang pembesar dari Bani Salamah yang dihormati dan disegani. Dia adalah seorang bangsawan yang dikenal sangat bergantung kepada penyembahan terhadap patung. Amr bin Jamuh memiliki patung yang terbuat dari bahan kayu yang paling mahal dan berharga, yang dia berikan nama Manat.
Sungguh Amr bin Jamuh sangat berlebih-lebihan dalam merawat si Manat, dia melumurinya dengan minyak wangi yang paling termahal dimasa itu. Manat adalah patung yang merupakan tumpuan dalam diri Amr ketika menghadapi berbagai permasalahan hidupnya.

Ketika cahaya Islam telah menyinari keluarga Amr, yaitu istri dan ketiga anaknya Muawidz, Muadz dan Khallad, Amr masih tetap berada diatas agama nenek moyangnya di usia yang sudah tua 60 tahun.
Ketika 3 anaknya mengajak sang bapak untuk mengikuti agama Muhammad, serentak Si Amr berkata:
“Aku tidak akan memutuskan suatu perkara tanpa melibatkan patung kesayanganku Al-Manat. Anak-anaknya pun berkata:
“Bukankah Si Manat hanya sebuah patung yang berasal dari kayu yang dungu, tidak berakal dan tidak dapat berbicara?”

Kemudian Amr pergi ke patung kesayangannya ia pun berdiri tegak berpijak pada kakinya yang kokoh, meskipun salah satu kakinya pincang dengan kepincangan yang sangat, mulailah ia memuji dan menyanjungnya dengan sanjungan yang berlebih-lebihan dan mulailah dia mengadu kepada Manat. Tentang keadaan 3 anaknya yang telah meninggalkan agama nenek moyangnya, dia berkata:
“Akankah engkau murka dan marah ya Manat?”

Pada suatu hari anak-anaknya bersepakat untuk menghilangkan ketergantungan sang bapak kepada patung Manat.
Di malam harinya anak-anaknya pergi ke tempat penyimpanan patung Manat, merekapun memindahkan Manat dari tempatnya, lalu membawanya ke sumur milik Abu Salamah dengan melemparkan kotoran pada Manat, lalu membuangnya di sumur tersebut, kemudian setelah itu mereka kembali ke rumah mereka.

Di pagi hari yang cerah Amr berjalan dengan penuh kekhusyuan menuju patungnya untuk memberikan penghormatan. Alangkah kaget si Amr patung kesayangannya tidak ada di tempatnya.
Dia berkata dengan nada marah:
"Celakalah kalian, siapa diantara kalian yang telah melakukan permusuhan terhadap tuhanku tadi malam?”
Namun tidak ada seorang pun yang menjawab. Maka Amr bin Jamuh segera mencari Manat di dalam dan di luar rumah dengan penuh emosional dan penuh kemarahan, bahkan dia pun mengancam memberikan hukuman yang pedih bagi pelakunya hingga akhirnya dia mendapatkan Manat patung kesayangannya terjerembab di dalam parit dengan posisi kepala dibawah, lalu iapun memandikannya, membersihkannya kemudian melumurinya dengan minyak wangi dan mengembalikannya pada tempat semula seraya berkata:
“Jika aku mengetahui siapa saja yang melakukan hal ini niscaya akan aku hinakan dia!”

Keesokan malamnya anak-anaknya melakukan hal yang sama kepada patung Manat dan pada keesokan paginya Amr melakukan hal yang sama pada patung kesayangannya mencucinya, membersihkannya, dan meminta maaf kepada patung tersebut, hal ini terus terjadi setiap harinya.
Sehingga Si Amr pun bosan dengan perlakuan yang dilakukan kepada patung kesayangannya, maka pada suatu hari dia berpesan kepada Manat:
“Aku tidak mengetahui siapa yang berbuat senonoh kepadamu! Aku sekarang tidak mampu untuk menghalanginya!, maka hadanglah keburukan yang menimpa dirimu, ini kusiapkan pedang kuletakkan disisimu!.”
Kemudian beliau menuju ke tempat pembaringannya.
Tatkala anak-anaknya mengetahui bahwa sang bapak telah larut dalam tidurnya, mereka pun segera berangkat menuju Manat lalu mengambil pedang yang berada disisinya dan menggantungkan dilehernya, mereka pun membawa keluar Si Manat lalu mengikatkan pada bangkai anjing dengan tali yang kuat dan mengikatnya menjadi satu, kemudian mereka melemparkannya kedalam sumur milik Bani Salamah.

Keesokan harinya Si Tua ini pun bangun dari tidurnya, namun ia tidak mendapati patung ada ditempatnya, lalu ia keluar dari rumahnya untuk mencari keberadaan patung tersebut.

Alangkah kagetnya Si Amr dia mendapatkan wajah patung Manat tersungkur ke dalam sumur dengan terikat bangkai anjing sedang pedang tetap mengalung dilehernya, pada kesempatan ini dia hanya terdiam membiarkan Manat tetap dalam kubangan lumpur, Dia pun terdiam, termenung… dan dia pun berkata:
“Demi Allah jika kamu (Manat) benar-benar tuhan, niscaya engkau dan anjing tidak akan mungkin terikat bersamaan di kubangan lumpur.”

Setelah kejadian ini, Amr bin Jamuh memasuki babak baru dalam hidupnya dengan masuk Islam, merasakan manisnya iman, dan membawanya untuk menyesali disetiap detik yang ia jalani dalam kubangan kesyirikan. Amr bin Jamuh pun mati sebagai syuhada dalam peperangan Uhud semoga Allah merahmatinya.

Yang Terahir Masuk Surga



Pada hari kiamat kelak, ketika semua manusia telah selesai dihisab dan memasuki tempatnya masing-masing, di surga atau di neraka, Allah berkehendak untuk menyelamatkan para penghuni neraka yang pernah menyembah Allah, walau hanya sesaat. Allah memerintahkan beberapa malaikat menjelajah neraka untuk menemukan mereka itu, yakni mereka yang masih tampak tersisa bekas-bekas sujud yang tidak terbakar api neraka. Dari bekas sujud yang tampak cukup besar dan sangat jelas, atau yang terlihat sangat kecil dan samar-samar.

Ketika mereka semua itu ditemukan dan diangkat dari neraka, keadaan tubuhnya hitam terbakar seperti arang. Kemudian dituangkan kepada mereka ma’ul khayaah (air kehidupan), dan mereka tumbuh bagaikan tumbuhnya bibit tumbuhan di tanah bekas banjir, dalam keadaan segar dan sebaik-baiknya penampilan. Sekali lagi Allah memasang mizan (timbangan amal), dan sebagian besar dari mereka dipersilahkan memasuki surga karena keburukan dan kejahatannya telah habis setelah dicuci di neraka. Tetapi tertinggal satu orang di antara surga dan neraka, walaupun keburukannya telah habis terbakar di neraka, tetapi sisa kebaikannya tidak cukup memberatkan mizan untuk bisa mengantarkannya ke surga.

Dia itulah orang terakhir yang akan masuk surga, karena kasih sayang dan rahmat Allah. Tetapi tampaknya Allah tidak akan membiarkannya begitu saja memasuki surga tanpa mencandainya terlebih dahulu, sebagai bentuk kasih sayang-Nya. Sekaligus memaksimalkan kegembiraannya ketika nantinya masuk surga.

Allah menghadapkan wajahnya ke arah neraka. Setelah beberapa waktu lamanya, ia berdoa,
“Wahai Tuhanku, palingkanlah wajahku dari neraka ini, baunya amat menyakitkan diriku, dan panasnya bisa membakarku!!”
Allah berfirman kepadanya,
“Apabila permintaanmu itu Aku kabulkan, apakah engkau akan meminta lagi kepada-Ku?”
Orang itu berkata,
“Tidak, ya Allah, demi kemuliaan-Mu!!”

Kemudian Allah membuat semacam perjanjian dengannya untuk tidak meminta lagi, dan Allah memalingkan wajahnya dari neraka ke arah surga. Ia bersyukur telah dihindarkan dari pemandangan neraka dan melihat pemandangan surga.
Tetapi namanya manusia yang masih memiliki nafsu, walau saat itu telah menjadi nafsu yang diridhai Allah dan nafsu yang ridha kepada Allah (rdhiyallahu ‘anhum wa radhuu ‘anhu / an-nafsul muthma-innah…raadhiyatan mardhiyyah), melihat pemandangan yang begitu indah hanya dari kejauhan, bangkit keinginannya untuk melihat lebih dekat. Tetapi ia terhalang dengan perjanjian yang telanjur disetujuinya dengan Allah, karena itu ia hanya diam.

Beberapa saatnya ia diam, tetapi pergolakan hati dan nafsunya untuk lebih dekat kepada surga tidak pernah diam. Tampaknya ia tidak tahan lagi untuk meminta (berdoa) walau telah berjanji untuk tidak meminta. Ia menyadari, tidak Dzat yang paling sabar, paling memaafkan, yang tidak pernah jemu untuk mengabulkan walau tidak pernah mematuhi dan selalu melanggar larangan-Nya, kecuali Allah SWT. Bahkan keberadaannya saat itu tidak lepas sifat-sifat Rahman dan Rahim Allah itu. Kalau bukan Allah yang mengadilinya saat itu, pantasnya ia tetap berada di neraka selama-lamanya.

Ia memberanikan diri untuk berdoa (meminta) lagi,
“Wahai Tuhanku, bawalah aku ke dekat pintu surga!!”
Allah berfirman,
“Bukankah engkau telah berjanji untuk tidak meminta lagi, selain yang telah engkau minta sebelumnya?”
Ia berkata memelas,
“Wahai Tuhanku, jangan hendaknya Engkau jadikan aku mahluk-Mu yang paling malang!!”
Allah berfirman kepadanya,
“Apabila permintaanmu itu Aku kabulkan, apakah engkau akan meminta lagi kepada-Ku?”
Orang itu berkata,
“Tidak, ya Allah, demi kemuliaan-Mu, aku tidak akan meminta yang lain lagi!!”

Kemudian Allah membuat semacam perjanjian lagi dengannya untuk tidak meminta yang lainnya lagi dan Allah mendekatkannya ke pintu surga.Ia sangat gembira dengan tempatnya tersebut. Keindahan surga, bunga-bunganya, kemewahan-kemewahannya, gemerlap-gemerlapnya, kesenangan-kesenangannya, bidadari-bidadarinya dan berbagai macam kenikmatan yang tidak pernah terbayangkan olehnya terpampang di depan matanya tanpa halangan. 

Setelah beberapa waktu lamanya menikmati pemandangan surga yang penuh kenikmatan itu, lagi-lagi nafsu manusianya tergerak untuk bisa memasuki surga, tidak sekedar berdiri di pintunya seperti saat itu. Tetapi teringat akan janji yang telah diberikannya kepada Allah ia jadi terdiam. Pergolakan nafsu dan hatinya makin menggelora, dan hal itu memang digerakkan oleh Allah, karena itu ia nekad untuk melanggar janjinya dan berkata,
“Wahai Tuhanku, masukkanlah aku ke dalam surga!!”
Allah berfirman kepadanya,
“Sayang sekali, wahai anak Adam, alangkah khianatnya dirimu! Bukankah engkau telah berjanji untuk tidak meminta sesuatu lagi selain permintaanmu sebelumnya!!”
Lagi-lagi ia berkata memelas,
“Wahai Tuhanku, jangan hendaknya Engkau jadikan aku mahluk-Mu yang paling celaka!!”

Allah tertawa mendengar pernyataannya tersebut dan mengijinkannya memasuki surga. Baru beberapa langkah di surga, Allah berfirman,
“Mintalah segala apa yang kamu inginkan!!”

Tentu saja orang tersebut sangat gembira mendengar perintah Allah tersebut. Ia menyebutkan daftar permintaan dari semua apa yang dilihatnya tersebut, termasuk beberapa hal yang terlintas di pikirannya. Setelah ia kehabisan data permintaannya dan berhenti berbicara, Allah berfirman kepadanya,
“Mintalah tambahannya ini dan itu…!!”

Allah menyebutkan sesuatu yang belum masuk dalam permintaannya, dan ia segera memohon untuk diberikan tambahan seperti itu. Beberapa kali Allah mengingatkan beberapa hal dan kenikmatan kepadanya, dan ia memohon untuk bisa diberikan tambahan seperti itu. Akhirnya Allah berfirman kepadanya,
“Apakah engkau telah puas?"
“Saya telah puas, ya Allah!!” Katanya.

Dan Allah SWT menetapkan untuknya, “Bagimu, apa yang telah engkau minta itu semuanya, dan tambahannya sebanyak itu pula (artinya dilipatkan dua kali dari daftar permintaannya).”

Dalam riwayat lainnya disebutkan, Allah berfirman kepadanya,
“Bagimu, apa yang telah engkau minta itu semuanya, dan dilipat-gandakan sepuluh kalinya!!

Membeli Surga Dengan Memaafkan


Para sahabat penasaran, tetapi mereka malu untuk bertanya, sampai akhirnya Umar yang memang cukup kritis, berkata,
“Wahai Rasulullah, apa yang membuat engkau tampak menangis, kemudian tertawa??”

Nabi SAW tersenyum melihat wajah-wajah para sahabat yang tampak keheranan sekaligus penasaran. Kemudian beliau berkata, “Sungguh ditampakkan kepadaku suatu pemandangan di saat ditegakkan pengadilan Allah (yakni, yaumul hisab, hari perhitungan) …..!!”

Kemudian beliau menceritakan, bahwa ada dua orang dari umat beliau yang menghadap Allah SWT. Salah satunya mengadukan temannya, ia berkata,
“Wahai Allah, ambilkanlah untukku, kedzaliman yang dilakukan saudaraku ini (padaku)!!”

Maka Allah berfirman kepada orang yang mendzalimi tersebut,
“Berikanlah kepada saudaramu kedzalimanmu itu (yakni kebaikannya, untuk menebus kedzaliman yang telah dilakukannya saat di dunia kepada saudaranya itu)….!!”

“Wahai Rabbi, bagaimana aku bisa melakukannya sedangkan aku tidak (lagi) memiliki kebaikan sedikitpun!!” Kata Lelaki yang dzalim itu.

Allah berfirman kepada lelaki yang menuntut tersebut,
“Bagaimana engkau meminta darinya, sedangkan ia tidak memiliki lagi kebaikan sedikitpun…!!”

“Diambilkan dari keburukan-keburukanku, ya Allah, dan pikulkanlah kepada dirinya…!!”

Memang seperti itulah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, dosa atau kedzaliman yang berhubungan dengan manusia (termasuk hutang), tidak cukup hanya dengan bertobat kepada Allah. Harus diselesaikan (dihalalkan) dengan mereka ketika masih hidup di dunia. Jika tidak, kejadiannya akan seperti yang diceritakan Nabi SAW tersebut di atas.

Ketika melihat pemandangan itulah Nabi SAW merasa bersedih dan hampir menangis melihat keadaan umatnya yang memilukan tersebut. Reaksi beliau yang seperti itu dilihat oleh para sahabat tanpa tahu penyebabnya. Kemudian Nabi SAW bersabda,
“Itu adalah hari yang agung, di mana pada hari itu setiap orang membutuhkan adanya orang lain yang dapat memikul kesalahan-kesalahannya….!!”

Tak lama kemudian Nabi SAW meneruskan cerita beliau, bahwa dalam keadaan seperti itu, Allah SWT berfirman kepada lelaki yang mengajukan tuntutan,
“Angkatlah kepalamu, dan lihatlah!!”

Lelaki tersebut mengangkat kepalanya dan ia melihat pemandangan yang menakjubkan, kalau sekarang ini bisa digambarkan seperti melihat tayangan televisi raksasa, yang membuatnya terpana kagum. Ia berkata,
“Ya Rabbi, saya melihat kota-kota yang bangunannya bertatahkan perak dan emas. Untuk nabi yang manakah ini? Untuk orang setia yang manakah ini? Untuk orang syahid yang manakah ini??”
Allah berfirman,
“Itu semua untuk orang yang mampu membayar harganya!!”
“Siapakah yang mampu membayarnya, ya Allah?” Tanya lelaki itu.
“Engkau mampu membayarnya!!”
“Dengan apa saya harus membayarnya, ya Allah?”
“Dengan memberi maaf kepada saudaramu!!”

Segera saja lelaki penuntut tersebut berkata,
“Ya Allah, saya telah memaafkan dirinya!!”

Dalam riwayat lain disebutkan, setelah lelaki itu memaafkan temannya, Allah berfirman kepadanya,
“Gandenglah tangan saudaramu itu, dan ajaklah ia masuk ke surga yang telah menjadi milikmu tersebut!!”

Ketika melihat pemandangan tersebut, Nabi SAW menjadi gembira dan beliau tertawa sehingga terlihat dua gigi seri beliau, reaksi yang dilihat oleh para sahabat tanpa mereka mengetahui penyebabnya.

Selesai menceritakan semua itu, Nabi SAW bersabda,
“Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan antara kalian. Sesungguhnya Allah menghubungkan antara orang-orang mukmin…!!”

Fadhilah Shalat Tahajud



Shalat Tahajud merupakan salah satu Amalan yang paling dijaga oleh baginda Rasulullah hingga beliau wafat. Melalui shalat ini, Allah banyak menaikkan derajat dan mengampuni dosa banyak orang.

Beberapa dalil yang menguatkan untuk mengerjakan shalat Tahajud;

Al-Qur'an
"Hai orang yang berselimut (Nabi muhammad). bangunlah malam (untuk shalat) kecuali sedikit." (al muzammil 1-2)

Ayat makiyah. sebelum diwajibkan shalat 5 waktu, shalat malam sebagai kewajiban. setelah turun ayat 20 dan isro' mi'roj, shalat tahajjud menjadi sunnah

"Dan pada sebahagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (Al isro’ 79.)

"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya [1] dan mereka selalu berdo'a kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang kami berikan." (As sajdah 16)

[1] maksudnya mereka tidak tidur di waktu Biasanya orang tidur untuk mengerjakan shalat malam.

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”  (Adz-Dzariyat: 15-18).

Hadits Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW juga menceritakan:
“Setan mengikat pada tengkuk setiap orang diantara kalian dengan 3 ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): “Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.” Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdo'a) , maka terurailah (terlepas) satu simpul. Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi Dan kemudian apabila ia shalat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya . Jika tidak (yakni tidak bangun shalat dan ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal shalih)” (Muttafaqun ‘alaih)

Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasannya Nabi bersabda:
"Allah turun ke langit dunia setiap malam pada 1/3 malam terakhir. Allah lalu berfirman, Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan! Siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku beri! Siapa yang meminta ampun kepadakepada-Ku tentu Aku ampuni. Demikianlah keadaannya hingga terbit fajar" (HR. Bukhari no. 145 dan Muslim no. 758)

"Di waktu malam terdapat satu saat dimana Allah akan mengabulkan doa setiap malam.” (HR Muslim No. 757)

Rasulullah SAW bersabda;
“Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali persaudaraan dan shalatlah ketika manusia terlelap tidur pada waktu malam niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah, dishohihkan oleh Al Albani)

Dari Abu huraurah telah bersabda Rasullulah:
"Seutama-utama puasa setelah ramadhan adalah bulan Muharram, dan seutama-utama shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam."

Rasulullah bersabda,
"Barang siapa menjaga shalat tahajud dengan sungguh-sungguh, maka Allah memberinya sembilan kemuliaan, terdiri dari lima kemuliaan didunia dan empat di akhirat.

Di dunia:
- Allah jauhkan dari bencana.
- Tanda keshalehan memancar diwajahnya.
- Akan dicintai hamba Allah yang shaleh pula dan disegani manusia.
- Bicaranya jadi hikmah dan berwibawa.
- Mudah memahami Agama Allah.

Di akhirat:
- Bangkit dengan wajah penuh cahaya
- Mudah saat di hisab
- Seperti kilat menyambar melewati shirot
-Menerima catatan amal dari sebelah kanan."

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita dan keluarga kemampuan untuk melaksanakan Shalat tahajud setiap malam..
Aamiin.... 




Addas, Budak Nasrani Utbah Dan Syaibah Bin Rabiah



Dalam perjalanan pulang ke Makkah setelah gagal berdakwah di Thaif, Nabi SAW dan Zaid bin Haritsah berlindung di kebun milik Utbah bin Rabiah dan Syaibah bin Rabiah, dua tokoh kafir Quraisy Makkah. Keadaan Nabi SAW dan Zaid sangat memprihatinkan, lelah dan luka-luka karena diikuti dan diserang terus dengan batu oleh sebagian penduduk Thaif.

Karena merasa kasihan, dua tokoh Quraisy itu menyuruh budaknya yang beragama Nashrani, Addas untuk memberikan setandan anggur kepada Nabi SAW dan Zaid. Beliau menerimanya, dan membaca Bismillah sebelum memakannya. Mendengar itu, Addas berkata,
"Kata-kata itu tidak pernah diucapkan penduduk negeri ini."

Kemudian Nabi bertanya tentang asal dan agama Addas. Dia menjawab kalau beragama Nashrani dan berasal dari Negeri Ninawa (Nineveh). Mendengar penjelasan tersebut, Nabi SAW berkata,
"Negerinya orang shalih bernama Yunus bin Matta."

Addas jadi heran, dan menanyakan tentang nama Yunus bin Matta yang memang terkenal di negerinya itu, walaupun orangnya sudah lama meninggal. Nabi SAW bersabda,
"Beliau adalah saudaraku, beliau seorang Nabi, begitu juga aku seorang nabi!!"

Addas merengkuh kepala Nabi, mencium tangan dan kaki beliau. Sebuah sikap dan pengakuan akan kebenaran kenabian Rasullullah SAW. Nabi SAW menjelaskan secara ringkas risalah Islam yang beliau bawa, dan seketika itu Addas menyatakan memeluk Islam.

Ketika Addas kembali kepada tuannya, dan mereka melihat apa yang dilakukan Addas terhadap Nabi SAW, mereka mencela sikapnya memeluk Islam itu. Mereka berdua mengatakan kalau agama Nashrani yang dipeluknya itu masih lebih baik. Tetapi dengan tegas Addas menjawab,
"Wahai tuan, di dunia ini tidak ada sesuatupun yang lebih baik daripada orang itu. Dia telah mengabariku sesuatu yang tidak diketahui seseorang, kecuali oleh seorang nabi."

Nabi SAW jadi sedikit terhibur, perjalanan panjang berdua dengan Zaid bin Haritsah, berjalan kaki ke Thaif sejauh 90 km, menginap selama sepuluh hari, tetapi tidak seorang menyambut ajakan dan dakwah beliau. Tetapi justru dari markas tokoh Quraisy yang gencar memusuhi Islam, Allah membuka hati seseorang untuk memeluk Islam, walau tidak secara khusus beliau mendakwahinya. Memang, hanya hak Allah semata untuk memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya.