Cari Artikel

Lebih Jahat Daripada Yang Berzina



Seorang wanita dari Bani Israil datang menghadap kepada Nabi Musa AS dan berkata,
“Ya Nabiyallah, saya telah berbuat dosa besar, dan kini saya bertaubat kepada Allah. Karena itu tolong do'akanlah saya kepada Allah agar Dia mengampuni dosa saya dan menerima taubat saya!!”
Nabi Musa berkata,
“Apakah dosamu itu?”
Wanita itu berkata,
“Wahai Nabiyallah, saya telah berzina hingga mengandung dan punya anak, kemudian saya membunuh anak saya tersebut!!”

Mendengar penjelasan tersebut, Nabi Musa langsung berkata keras,
“Enyahlah engkau dari sini, wahai pelacur, jangan membakar kami dengan apimu!! Jangan sampai ada api turun dari langit dan membakar kami karena kesialanmu itu!!”

Wanita tersebut keluar dengan hati hancur, tetapi ia tidak mau berputus asa dari rahmat Allah.

Tidak lama berselang, turun Malaikat Jibril mendatangi Nabi Musa dan berkata,
“Wahai Musa, Tuhanmu berkata kepadamu, mengapakah engkau menolak orang yang datang untuk bertaubat? Tidak adakah orang yang lebih jahat daripada dirinya?”

Nabi Musa bertanya,
“Siapakah orang yang lebih jahat daripada wanita itu?”
Malaikat Jibril berkata,
“Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja!!”

Kedermawanan Seorang Majusi



Seorang wanita dari kalangan Alawiyah (keturunan dari Ali bin Abi Thalib, termasuk dalam Ahlul Bait Nabi SAW) hidup dalam keadaan fakir setelah ditinggal wafat suaminya. Ia mempunyai beberapa orang anak perempuan yang masih kecil. Karena khawatir orang-orang di sekitarnya akan gembira karena penderitaannya, wanita janda dan anak-anak yatimnya itu meninggalkan tanah kelahirannya, pindah ke suatu tempat, yang ia sendiri belum tahu ke mana?

Dalam perjalanannya, wanita tersebut memasuki suatu desa dan tinggal di masjid yang kosong. Karena anak-anaknya dalam keadaan lapar, wanita tersebut mencoba mencari (meminta) makanan dari warga sekitar masjid, yang tentunya tidak mengenal kalau dia seorang Alawiyah. Ia memasuki suatu rumah dari seorang muslim yang tampak berkecukupan, yang ternyata adalah salah seorang pembesar di desa tersebut. Ia berkata,
“Saya ini seorang perempuan asing….”
Dan wanita tersebut menyebutkan keadaannya dan anak-anaknya yang dalam kelaparan, tetapi lelaki tersebut mengabaikannya begitu saja. Maka wanita itu meninggalkan rumah tersebut, dan berjalan lagi sampai di suatu rumah lainnya.
Permilik rumah tersebut yang ternyata beragama Majusi, menyambut kehadirannya dengan gembira. Setelah ia menceritakan keadaannya, lelaki Majusi itu memenuhi kebutuhannya, bahkan ia mengirim salah seorang istrinya menjemput anak-anak wanita tersebut di masjid dan membawanya untuk tinggal di rumahnya. Ia begitu memuliakan Wanita Alawiyah dan anak-anak yatimnya itu, layaknya terhadap kaum kerabatnya sendiri.

Pada malam harinya, lelaki muslim yang didatangi Wanita Alawiyah itu bermimpi, seolah-olah hari kiamat telah tiba. Ia melihat Rasulullah SAW berdiri di samping sebuah gedung yang amat megah dan indah, maka ia mengucap salam kepada beliau dan berkata, “Ya Rasulullah, untuk siapakah gedung itu?”
“Untuk orang-orang Islam!!” Kata Nabi SAW
Lelaki itu berkata penuh harap,
“Saya adalah orang Islam, saya juga bertauhid!!”

Tetapi tanpa diduga, Nabi SAW bersabda dengan nada kurang ramah,
“Tunjukkan buktinya di hadapanku!!”
Lelaki tersebut tampak bingung mendengar sabda beliau dengan nada seperti itu, bahkan ketakutan.

Kemudian Nabi SAW menceritakan tentang wanita yang telah mendatanginya meminta sesuatu dan ia mengabaikannya itu, dan ia terbangun dari mimpinya. Tampak tergambar kesedihan dan penyesalan tak terkira di wajahnya karena sikapnya terhadap Wanita Alawiyah tersebut.

Keesokan harinya ia berjalan berkeliling untuk mencari wanita tersebut, dan akhirnya ditunjukkan ke tempat orang Majusi.

Setelah bertemu, ia meminta dengan sangat agar lelaki Majusi itu menyerahkan wanita dan anak-anak yatimnya tersebut kepadanya.
Lelaki Majusi itu menolak dengan keras permintaannya, dan berkata,
“Kami benar-benar merasakan berkah dari kehadiran wanita tersebut dan anak-anaknya!!”

Lelaki Muslim itu mengeluarkan sekantong uang sambil berkata,
“Ambillah uang seribu dinar ini, dan serahkanlah mereka kepadaku!!”
Lelaki Majusi tetap bertahan menolak permintaan tersebut walaupun disuap dengan seribu dinar.
Lelaki Muslim yang juga pembesar desa itu tampaknya ingin memaksakan kehendaknya, dengan memanfaatkan kekuasaannya. Segala cara, dari yang halus hingga yang kasar dilakukannya untuk bisa membawa wanita Alawiyah itu beserta anak-anaknya.

Karena lelaki Muslim itu begitu memaksa, maka lelaki Majusi itu berkata,
“Apa yang engkau inginkan itu, akulah yang lebih berhak dengannya. Mungkin engkau bermimpi sebagaimana aku memimpikannya, dan gedung yang engkau lihat dalam mimpi itu diciptakan untukku. Apakah engkau ingin membanggakan keislamanmu padaku? Demi Allah, aku dan seluruh keluargaku tidaklah tidur tadi malam kecuali telah memeluk Islam di tangan wanita tersebut…”

Kemudian lelaki Majusi yang sebenarnya telah memeluk Islam itu menceritakan, bahwa dalam mimpinya tersebut ia bertemu Rasulullah SAW berdiri di sisi gedung yang megah dan indah, sebagaimana dimimpikan si lelaki muslim, dan beliau bersabda,
“Apakah wanita Alawiyah dan anak-anak perempuannya itu ada di sisimu?”

“Benar, ya Rasulullah!!” Katanya.
“Gedung ini milikmu dan selutuh anggota keluargamu!!” Kata Nabi SAW, dan setelah itu lelaki Majusi tersebut terbangun.

Riwayat lain menyebutkan, lelaki tersebut tetap dalam agama Majusi ketika tidur dan bermimpi itu. Setelah tersentak bangun dari impiannya, ia segera menemui wanita Alawiyah tersebut dan berikrar memeluk Islam beserta seluruh anggota keluarganya.

Lelaki Muslim itu akhirnya pulang dengan kesedihan dan penyesalan yang tidak terkira. Kalau saja ia bisa membalikkan (memundurkan) waktu, tentu ia akan mengambil sikap yang berbeda. Tetapi seperti kata pepatah, pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna. Tidak ada jalan untuk mengambil keutamaan yang telah hilang, kecuali dengan taubat dan terus bertaubat.

Kata Mutiara Motivasi Dan Cinta




1301. Sesuatu yang menyenangkan bagaimana seseorang mampu membuatmu tersenyum, hanya dengan memikirkan dirinya.

1302. Lebih mungkin bagimu untuk mencapai keberhasilan, jika engkau ingin menjadi orang yang bernilai bagi sesamamu, dari pada jika engkau hanya ingin berhasil.

1303. Happy Jadi dirimu sendiri agar ketika seseorang mencintai, kamu tak perlu takut jika dia akan temukan dirimu bukan orang yang ingin dia cintai.

1304. Membuat rencana adalah mudah. Membuat rencana yang baik tidak semudah itu. Tapi, yang paling sulit adalah melaksanakan rencana yang sederhana dengan baik.

1305. Tak peduli seperti apa hidupmu, kamu selalu punya pilihan untuk melihat dari sisi baiknya atau sisi buruknya.

1306. Keuntungan dan kerugian adalah dua sisi dari satu koin yang sama. Terlalu takut rugi sama dengan menjauhi keuntungan.

1307. Jangan selalu katakan "masih ada waktu" atau "nanti saja". Lakukan segera, gunakan waktumu dengan bijak.

1308. Kebaikan hanya bisa disampaikan dengan kasih sayang. Orang yang hatinya hampa dari kasih sayang, tidak akan mampu berlaku baik, dan dengannya sulit merasa bahagia.

1309. Hidup ini bukan hanya mencari yang terbaik, namun lebih kepada menerima kenyataan bahwa kamu adalah kamu. Jadi dirimu sendiri.

1310. Harapan adalah tiang yang menyangga dunia. (Pliny the Elder)

1311. Dalam cinta, ketika ada yang berbeda, jangan mencari siapa yang salah, karena kamu dan dia adalah tim yang sama dengan tujuan yang sama.

1312. Hidup ini pilihan. Kamu yang sekarang adalah pilihan yang kamu ambil di masa lalu.

1313. Orang yang bisa mengendalikan emosinya adalah pemenang hidup sejati.

1314. Tak peduli seburuk apapun masa lalumu, cintai dirimu. Hari ini kamu bisa memulai yang baru. Beri yang terbaik tuk masa depanmu.

1315. Jika bertanya, jangan mendiktekan jawabannya, agar informasi baru bisa bertamu.

1316. Meskipun tidak mudah, tapi obat terbaik bagi luka patah hati adalah jatuh cinta lagi.

1317. Wanita bijak seperti angsa diatas air, anggun namun tetap bekerja, tetap tegar meski terluka.

1318. Jangan pikirkan kegagalan kemarin, hari ini sudah lain, sukses pasti diraih selama semangat masih menyengat.

1319. Marilah kita membaikkan diri, sebelum menyesal pun tidak ada gunanya.

1320. Bukan kemiskinan yang merendahkan, tapi hati yang menistai kebaikannya sendiri.

1321. Orang yang sering menyesal, harus berpikir setidaknya dua kali tentang kebaikan dari yang akan dikatakannya, atau diam.

1322. Jika tidak ada yang baik untuk dibicarakan, diamlah.

1323. Berhasil mengalahkan dirimu menjadikanmu dewasa. Berhasil mengalahkan orang lain menjadikanmu pemenang. Tapi memberhasilkan orang lainlah yang menjadikanmu pemimpin.

1324. Bukan keberuntungan yang menjadikanmu bijak, tapi kebijakanmu lah yang menjadikanmu beruntung.

1325. Ketika masalah datang, selesaikan dengan cepat sebelum menjadi lebih buruk atau kekhawatiranmu membuatnya makin rumit.

1326. Jika kamu ingin seseorang percaya padamu, hal pertama yang harus dilakukan adalah meyakinkan mereka bahwa kamu mempercayai mereka.

1327. Katakanlah ini kepada orang yang mengatakan bahwa Anda tidak akan bisa; Watch me! Lalu buktikan bahwa Anda benar.

1328. Sahabat adalah seseorang yang selalu ada disampingmu, yang sabar mendengarkan keluh kesahmu, dan bersedia menemanimu menjalani hidup.

1329. Laki-laki yang memperlakukan kekasihnya dengan lembut pasti dibesarkan oleh wanita yang berkelas.

1330. Jangan pernah mengeluh atas kekuranganmu, karena kekurangan mengingatkanmu untuk terus mencari kekuatan yang ada dalam dirimu.

1331. Berkenalan dengan orang tua kekasih bukanlah tanda akan melamar, tapi untuk mengenal kualitas pendidik anaknya.

1332. Pertolongan Tuhan mungkin tidak datang terlalu Cepat, tidak juga Terlambat. Pertolongan Tuhan selalu datang di saat yang Tepat.

1333. Guru yang paling pantas mengajar adalah orang yang mendidik keluarganya dengan baik.

1334. Bahagia bukan berarti segalanya sempurna, bahagia adalah ketika kamu memutuskan tuk melihat segala sesuatu secara sempurna.

1335. Hanya orang damai yang bisa mendamaikan, Orang tidak jujur tidak bisa damai. Orang lemah, kedamaiannya pendek. Hanya orang jujur dan kuat yang bisa damai dan panjang kedamaiannya.

1336. Kegagalan adalah cara Tuhan mengajarkan kamu tentang pantang menyerah, kesabaran, kerja keras dan percaya diri.

1337. Jika engkau ingin berbahagia, janganlah kau isi hatimu dengan kemarahan kepada orang yang bergembira jika engkau marah.

1338. Jangan tangisi kesalahan, tapi tersenyumlah karena setiap kesalahan mengajarkanmu agar berupaya lebih baik lagi.

1339. Kita semua pasti pernah salah, namun ada perbedaan besar antara salah yang buatmu dewasa dan salah yang sengaja dilakukan.

1340. Cintai apapun yang akan kamu lakukan hari ini, kerena tidak ada yang menarik jika kamu tidak tertarik.

1341. Masa lalu memang menyimpan banyak kenangan, namun itu bukan alasan untuk tidak terus melangkah ke depan.

1342. Jangan bersedih ketika melakukan salah, karena kesalahan kita banyak belajar, karena kesalahan kita menjadi pintar.

1343. Sesibuk-sibuknya seorang pria, pasti akan berusaha menyisakan sedikit waktu untuk dapat menghubungi wanita yang ia cinta.

1344. Hidup itu seperti drama, dan kamu bisa memilih untuk menjadi penontonnya atau pemainnya.

1345. Jangan terlalu lelah untuk mencari, lebih baik belajar menerima dia dengan setulus hati.

1346. Seseorg yang menemanimu dalam kesusahan jauh lebih berharga dari pada seratus orang yang menemanimu dalam kesenangan.

1347. Kebahagiaan tak akan bermakna jika kamu tidak menyertakan orang disekitarmu yang sedang bersedih.

1348. Hidup penuh maaf adalah jalan bagi kelapangan dan kedamaian jiwa.

1349. Janganlah hanya menginginkan yang mudah, janganlah keinginanmu untuk yang mudah, menjauhkanmu dari belajar menguasai yang sulit.

1350. Sesulit apapun masalah yang kita hadapi, ia harus diselesaikan, bukan dihindari.

Habib Bin Zaid RA



Habib bin Zaid merupakan sahabat Anshar yang memeluk Islam pada masa awal, sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah, yakni pada Ba'iatul Aqasbah kedua. Saat itu ia hadir di Mina (Bukit Aqabah) bersama kedua orang tuanya, Zaid bin Ashim dan Nusaibah binti Ka'ab, pahlawan wanita Islam yang lebih dikenal dengan nama Ummu Umarah. Bisa jadi sebelumnya mereka telah memeluk Islam di Madinah lewat dakwah sahabat Nabi SAW, Mush'ab bin Umair, dan mengukuhkan keislamannya di hadapan Nabi SAW pada Ba'iatul Aqabah kedua tersebut.

Seperti umumnya sahabat pada masa awal, Habib membaktikan hidupnya untuk berjuang membela dan menegakkan panji-panji Islam di bumi Arabia. Pada perang Uhud, ia berjuang bahu membahu dengan ibunya Nusaibah dan beberapa sahabat lainnya dalam menghadang serangan kaum kafir Quraisy yang mengarah kepada Nabi SAW. Saat itu keadaan beliau sangat kritis, karena terjatuh dalam lubang dan dalam keadaan terluka. Tetapi kisah paling menarik dalam kehidupannya adalah ketika Musailamah al Kadzdzab mengangkat dirinya sebagai nabi, sebagai sekutu dari Nabi Muhammad SAW dalam kenabian.

Musailamah adalah seorang tokoh dari Bani Hanifah di Yamamah, ia mempunyai kekuatan pasukan perang yang ditakuti oleh kabilah Arab lainnya. Sebelum dipegang Musailamah, pemimpin Yamamah adalah Haudzah bin Ali. Nabi SAW pernah mendakwahi Haudzah untuk memeluk Islam. Sahabat Salith bin al Amiry yang membawa surat dakwah Nabi SAW ini diterima dengan baik dan ramah oleh Haudzah. Ia bersedia memeluk Islam sesuai ajakan Nabi SAW, tetapi mengajukan syarat untuk berbagi kekuasaan. Ia mengirim surat balasan tersebut dan memberikan berbagai macam hadiah bagi Nabi SAW, tetapi beliau tidak menanggapi syarat Haudzah.

Ketika Nabi SAW dalam perjalanan pulang dari Fathul Makkah, beliau mendengar kabar kematian Haudzah dari Malaikat Jibril. Beliau memberitahukan kematian Haudzah kepada para sahabat, kemudian bersabda,
"Dari Yamamah ini, akan muncul seorang pendusta yang mengaku sebagai nabi. Dia akan menjadi pembunuh sepeninggalku…"
Ketika ada yang bertanya tentang siapa yang dibunuhnya, beliau bersabda, "Kalian dan teman-teman kalian….."

Pengakuan Musailamah sebagai nabi dan rasul tersebut ternyata mendapat dukungan cukup besar, khususnya dari pasukannya dan penduduk Yamamah. Dengan kekuatan yang dimilikinya, ia melakukan penyebaran kebohongannya tersebut dan memaksa mereka mempercayainya. Jika menolak, mereka akan mengalami teror dan penyiksaan yang tak terkira. Dan puncak kedurhakaannya adalah ketika ia mengirim surat kepada Nabi SAW untuk menuntut hak kenabian dan kekuasaan karena merasa berserikat dalam kenabian, bahkan dengan kurang ajarnya, ia menulis dalam awal suratnya,
"Dari Musailamah Rasulullah kepada Muhammad Rasulullah….."

Nabi SAW mengirim balasan surat kepada Musailamah untuk membuka kedok kebohongannya, dan agar menghentikan provokasinya kepada masyarakat Arab. Dan pilihan Nabi SAW untuk membawa surat tersebut adalah Habib bin Zaid. Habib tahu betul resiko apa yang akan dihadapinya jika bertemu Musailamah dalam menyampaikan surat Nabi SAW. Tetapi baginya, resiko tersebut tidak ada bedanya dengan menerjuni berbagai pertempuran yang selama ini dilakukannya bersama beliau dan para sahabat lainnya, justru kesyahidan-lah yang selalu didambakannya. Karena itu dengan tegar dan semangat baja, dibawalah langkahnya menuju tempat kediaman Musailamah di Yamamah.

Sesungguhnya telah menjadi etika umum saat itu, seorang utusan tidak boleh dilukai dan dibunuh, semarah apapun kepada mereka dan pengirimnya, kecuali jika ia juga menjadi mata-mata. Tetapi Musailamah memang penipu yang licik dan sombong, yang tidak lagi menghargai etika dalam hubungan antar bangsa dan kabilah. Ketika Habib menyerahkan surat dari Nabi SAW, Musailamah membaca dengan angkuhnya kemudian memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Habib dan menyiksanya tanpa peri kemanusiaan.

Habib bin Zaid merupakan sahabat Anshar yang memeluk Islam pada masa awal, sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah, yakni pada Ba'iatul Aqasbah kedua. Saat itu ia hadir di Mina (Bukit Aqabah) bersama kedua orang tuanya, Zaid bin Ashim dan Nusaibah binti Ka'ab, pahlawan wanita Islam yang lebih dikenal dengan nama Ummu Umarah. Bisa jadi sebelumnya mereka telah memeluk Islam di Madinah lewat dakwah sahabat Nabi SAW, Mush'ab bin Umair, dan mengukuhkan keislamannya di hadapan Nabi SAW pada Ba'iatul Aqabah kedua tersebut.

Seperti umumnya sahabat pada masa awal, Habib membaktikan hidupnya untuk berjuang membela dan menegakkan panji-panji Islam di bumi Arabia. Pada perang Uhud, ia berjuang bahu membahu dengan ibunya Nusaibah dan beberapa sahabat lainnya dalam menghadang serangan kaum kafir Quraisy yang mengarah kepada Nabi SAW. Saat itu keadaan beliau sangat kritis, karena terjatuh dalam lubang dan dalam keadaan terluka. Tetapi kisah paling menarik dalam kehidupannya adalah ketika Musailamah al Kadzdzab mengangkat dirinya sebagai nabi, sebagai sekutu dari Nabi Muhammad SAW dalam kenabian.

Musailamah adalah seorang tokoh dari Bani Hanifah di Yamamah, ia mempunyai kekuatan pasukan perang yang ditakuti oleh kabilah Arab lainnya. Sebelum dipegang Musailamah, pemimpin Yamamah adalah Haudzah bin Ali. Nabi SAW pernah mendakwahi Haudzah untuk memeluk Islam. Sahabat Salith bin al Amiry yang membawa surat dakwah Nabi SAW ini diterima dengan baik dan ramah oleh Haudzah. Ia bersedia memeluk Islam sesuai ajakan Nabi SAW, tetapi mengajukan syarat untuk berbagi kekuasaan. Ia mengirim surat balasan tersebut dan memberikan berbagai macam hadiah bagi Nabi SAW, tetapi beliau tidak menanggapi syarat Haudzah.

Ketika Nabi SAW dalam perjalanan pulang dari Fathul Makkah, beliau mendengar kabar kematian Haudzah dari Malaikat Jibril. Beliau memberitahukan kematian Haudzah kepada para sahabat, kemudian bersabda,
"Dari Yamamah ini, akan muncul seorang pendusta yang mengaku sebagai nabi. Dia akan menjadi pembunuh sepeninggalku…"
Ketika ada yang bertanya tentang siapa yang dibunuhnya, beliau bersabda, "Kalian dan teman-teman kalian….."

Pengakuan Musailamah sebagai nabi dan rasul tersebut ternyata mendapat dukungan cukup besar, khususnya dari pasukannya dan penduduk Yamamah. Dengan kekuatan yang dimilikinya, ia melakukan penyebaran kebohongannya tersebut dan memaksa mereka mempercayainya. Jika menolak, mereka akan mengalami teror dan penyiksaan yang tak terkira. Dan puncak kedurhakaannya adalah ketika ia mengirim surat kepada Nabi SAW untuk menuntut hak kenabian dan kekuasaan karena merasa berserikat dalam kenabian, bahkan dengan kurang ajarnya, ia menulis dalam awal suratnya,
"Dari Musailamah Rasulullah kepada Muhammad Rasulullah….."

Nabi SAW mengirim balasan surat kepada Musailamah untuk membuka kedok kebohongannya, dan agar menghentikan provokasinya kepada masyarakat Arab. Dan pilihan Nabi SAW untuk membawa surat tersebut adalah Habib bin Zaid. Habib tahu betul resiko apa yang akan dihadapinya jika bertemu Musailamah dalam menyampaikan surat Nabi SAW. Tetapi baginya, resiko tersebut tidak ada bedanya dengan menerjuni berbagai pertempuran yang selama ini dilakukannya bersama beliau dan para sahabat lainnya, justru kesyahidan-lah yang selalu didambakannya. Karena itu dengan tegar dan semangat baja, dibawalah langkahnya menuju tempat kediaman Musailamah di Yamamah.

Sesungguhnya telah menjadi etika umum saat itu, seorang utusan tidak boleh dilukai dan dibunuh, semarah apapun kepada mereka dan pengirimnya, kecuali jika ia juga menjadi mata-mata. Tetapi Musailamah memang penipu yang licik dan sombong, yang tidak lagi menghargai etika dalam hubungan antar bangsa dan kabilah. Ketika Habib menyerahkan surat dari Nabi SAW, Musailamah membaca dengan angkuhnya kemudian memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Habib dan menyiksanya tanpa peri kemanusiaan.

Nilai Kehidupan



Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.
“Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini,” katanya dalam hati.
Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. “Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini.”

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, “Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya.”
Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda,
“Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini.”

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir,
“Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain”.

Segera timbul kesadaran baru.
“Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain”.

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.
Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.
Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.