Cari Artikel

Mayat Bangkit Dari Kubur


Jika Nauf bisa menghidupkan kuda milik Birdlaun milik Raja Faris atas izin Allah, maka Nabi Isa bisa menghidupkan orang yang sudah mati atas izin Allah juga. Itulah mukjizat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya untuk menunjukkan kebesarannya.

Tapi dasar orang kafir, walaupun Nabi Isa bisa menunjukkan mukjizat menghidupkan orang yang sudah mati, mereka masih menyangkalnya. "Sesungguhnya engkau hanya dapat menghidupkan mayat yang baru yang ada kemungkinan memang belum mati benar. Coba kau hidupkan mayat-mayat terdahulu jika kau bisa." Ujar mereka.
Merasa ditantang kaumnya, Nabi Isa lalu berkata;
"Silakan pilih mayat sekehendakmu," jawabnya.
"Coba hidupkan Sam dan Nuh," kata mereka.

Kemudian Nabi Isa pergi ke makam Sam dan Nuh. Setelah shalat di atas kuburnya, Isa berdoa kepada Allah meminta Allah menghidupkan mayat itu. Atas kekuasaan Allah kedua mayat yang sudah lama meninggal itu bangkit kembali dari kuburnya. Rambut di kepala dan jenggotnya sudah memutih.

Begitu melihat keduanya hidup kembali, Isa bertanya,
"Mengapa rambutmu sudah memutih semacam itu?"
Keduanya lalu menjawab bahwa mendengar panggilan Isa, ia mengira hari kiamat sudah tiba.
"Berapa lama kau sudah meninggal?" tanya Isa.
"Empat ribu tahun, tetapi sampai sekarang belum hilang rasa sakit sakaratul maut." Jawabnya.

Melihat mukjizat Allah, berimanlah semula orang-orang yang kafir itu.

Kisah Anak yang Melakukan Qiyamul lail



Syekh Ibnu Zhafar al-Makki mengatakan,
“Saya dengar bahwa Abu Yazid Thaifur bin Isa al-Busthami ra ketika menghafal ayat berikut: Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil. (QS. Al-Muzzammil: 1-2)
Dia berkata kepada ayahnya,
"Wahai Ayahku! Siapakah orang yang dimaksud Allah SWT dalam ayat ini?"
Ayahnya menjawab,
"Wahai anakku! Yang dimaksud ialah Nabi Muhammad SAW.
Dia bertanya lagi,
"Wahai Ayahku! Mengapa engkau tidak melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW?" Ayahnya menjawab,
"Wahai anakku! Sesungguhnya qiyamul lail terkhusus bagi Nabi SAW dan diwajibkan baginya tidak bagi umatnya."
Lalu dia tidak berkomentar.”

“Ketika dia telah menghafal ayat berikut; Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. (QS. Al-Muzzammil: 20)
Lalu dia bertanya, ‘Wahai Ayahku! Saya mendengar bahwa segolongan orang melakukan qiyamul lain, siapakah golongan ini?’ Ayahnya menjawab, ‘Wahai anakku! Mereka adalah para sahabat –semoga ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu terlimpa kepada mereka semua.’ Dia bertanya lagi,
"Wahai ayahku! Apa sisi baiknya meninggalkan sesuatu yang dikerjakan oleh Nabi SAW dan para sahabatnya?"
Ayahnya menjawab,
"Kamu benar anakku."
Maka, setelah itu ayahnya melakukan qiyamul lail dan melakukan shalat.”

“Pada suatu malam Abu Yazid bangun, ternyata ayahnya sedang melaksanakan shalat, lalu dia berkata,
"Wahai ayahku! Ajarilah aku bagaimana cara saya bersuci dan shalat bersamamu?" Lantas ayahnya berkata,
"Wahai anakku! Tidurlah, karena kamu masih kecil."
Dia berkata,
"Wahai Ayahku! Pada hari manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan berkelompok-kelompok untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya, saya akan berkata kepada Rabbku, ‘Sungguh, saya telah bertanya kepada ayahku tentang bagaimana cara bersuci dan shalat, tetapi ayah menolak menjelaskannya. Dia justru berkata, ‘Tidurlah! Kamu masih kecil’ Apakah ayah senang jika saya berkata demikian?’.”
Ayahnya menjawab,
"Tidak. Wahai anakku! Demi Allah, saya tidak suka demikian."
Lalu ayahnya mengajarinya sehingga dia melakukan shalat bersama ayahnya.”

Keutamaan‬‬ Shalat Berjamaah Dan Diawal Waktu



Dari Abu Hurairah (Abdurrahman bin Shaher) r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda,
“Shalat berjama’ah pahalanya melebihi shalat sendirian baik di tempat pekerjaan atau di rumah, dua puluh lima derajat. Yang demikian itu karena jika seseorang telah menyempurnakan wudhu kemudian pergi ke masjid tanpa tujuan lain selain shalat maka tidak bertindak selangkah melainkan diangkat sederajat dan dihapuskan daripadanya satu dosa hingga masuk ke masjid. Apabila telah berada di dalam masjid maka ia dianggap mengerjakan shalat selama ia masih menantikan shalat (selama bertahan karena menunggu shalat) dan Malaikat memohonkan rahmat atau mendoakan seseorang selama ia dalam majelis shalatnya. Malaikat berdoa, Ya Allah, kasihanilah dia; ya Allah, ampunilah dia; ya Allah, maafkanlah dia. Demikian itu selama ia tidak mengganggu dan belum berhadats di tempat itu.” (Bukhari – Muslim)

‪ Wallohu'alam...

Kata Mutiara Islami Dari Imam Aĺ-Ghazali




2601. Ilmu itu kehidupan hati dari pada kebutaan, sinar penglihatan dari pada kezaliman dan tenaga badan dari pada kelemahan.

2602. Yang paling besar di bumi ini bukan gunung dan lautan, melainkan hawa nafsu yang jika gagal dikendalikan maka kita akan menjadi penghuni neraka.

2603. Sifat utama pemimpin ialah beradab dan mulia hati.

2604. Kita tidak akan sanggup mengekang amarah dan hawa nafsu secara keseluruhan hingga tidak meninggalkan bekas apapun dalam diri kita. Namun jika mencoba untuk mengendalikan keduanya dengan cara latihan dan kesungguhan yang kuat, tentu kita akan bisa.

2605. Belum pernah saya berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit dari pada jiwa saya sendiri, yang kadang-kadang membantu saya dan kadang-kadang menentang saya.

2606. Barang siapa yang memilih harta dan anak-anaknya dari pada apa yang ada di sisi Allah, niscaya ia rugi dan tertipu dengan kerugian yang amat besar.

2607. Barang siapa yang menghabiskan waktu berjam-jam lamanya untuk mengumpulkan harta kerana ditakutkan miskin, maka dialah sebenarnya orang yang miskin.

2608. Barangsiapa yang meyombongkan diri kepada salah seorang daripada hamba-hamba Allah, sesungguhnya ia telah bertengkar dengan Allah pada haknya.

2609. Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan.

2610. Berani adalah sifat mulia kerana berada di antara pengecut dan membuta tuli.

2611. Kalau besar yang dituntut dan mulia yang dicari, maka payah melaluinya, panjang jalannya dan banyak rintangannya.

2612. Jadikan kematian itu hanya pada badan kerana tempat tinggalmu ialah liang kubur dan penghuni kubur sentiasa menanti kedatanganmu setiap masa.

2613. Pelajari ilmu syariat untuk menunaikan segala perintah Allah SWT dan juga ilmu akhirat yang dapat menjamin keselamatanmu di akhirat nanti.

2614. Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad.

2615. Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal.

2616. Ibadah dan pengetahuan sambil makan haram adalah seperti konstruksi pada kotoran.

2617. Bersungguh-sungguhlah engkau dalam menuntut ilmu, jauhilah kemalasan dan kebosanan kerana jika tidak demikian engkau akan berada dalam bahaya kesesatan.

2618. Pemurah itu juga suatu kemuliaan kerana berada di antara bakhil dan boros.

2619. Cinta merupakan sumber kebahagiaan dan cinta terhadap Allah harus dipelihara dan dipupuk, suburkan dengan shalat serta ibadah yang lainnya.

2620. Ciri yang membedakan manusia dan hewan adalah ilmu. Manusia adalah manusia mulia yang mana ia menjadi mulia kerana ilmu, tanpa ilmu mustahil ada kekuatan.

2621. Hadapi kawan atau musuhmu itu dengan wajah yang menunjukkan kegembiraan, kerelaan penuh kesopanan dan ketenangan. Jangan menampakkan sikap angkuh dan sombong.

2622. Seboleh-bolehnya jangan bertengkar dengan seseorang dalam apa jua masalah kerana pertengkaran itu mengandungi pelbagai penyakit dan dosanya jauh lebih besar dari pada faedahnya, riak, takbur, hasad dan dengki.

2623. Pelajari ilmu syariat untuk menunaikan segala perintah Allah SWT dan juga ilmu akhirat yang dapat menjamin keselamatanmu di akhirat nanti.

2624. Siapa yang berumur melebihi empat puluh tahun sedangkan kebaikannya masih belum melebihi kejahatannya, maka layaklah ia mempersiapkan dirinya untuk memasuki neraka.

2625. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.

2626. Yang jauh itu waktu, yang dekat mati, yang besaar itu nafsu, yang berat itu amanah, yang mudah berbuat dosa, yang panjang itu amal saleh, yang indah saling memaafkan.

2627. Waktu akan terasa jauh apabila kita tidak pandai untuk memanfaatkan dengan baik ,waktu akan berjalan terus sesuai dangan perputaran dari, dari detik ke menit, dari hari ke minggu, dari minggu ke bulan, dari bulan ketahun. Apabila sudah berlalu tidak akan mungkin kembali lagi. Seperti pepata arab mengatakan waktu bagaikan pedang.

2628. Kematian kita sadar bahwa kematian adalah susuatu yang pasti dan dirasakan oleh setiap orang, kematian tidak bisa ditawar-tawar, tidak bisa dimajukan atau dimundurkan kapan dan dimana saja sperti firaman Allah dalam surat Alimran yang artinya: "Setiap manusia pasti akan merasakan kematian."

2629. Nafsu adalah suatu keingininan untuk melakukan hal hal yang berlawanan dengan ajaran agama, hukum, apabila dalam kehidupan ini sudah dikuasai nafsu maka kehidupan ini akan semerawut, kita tidak tahu lagi mana yang halal, mana yang haram, mana yang jadi milik kita, mana hak orang lain. Orang orang yang dikuasai hawa nafsu dalam kehidupannya dikatakan dalam firman Allah dalam surat Araaf ayat 179 yang artinya; dan kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan, mereka mempunyai mata tetapi tidak digunakan untuk melihat (tanda tanda kekuasaan allah) mereka mempunyai telinga tetapi tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah) mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang orang yang lelai. Inilah gambaran kehidupan yang di kuasai nafsu.

2630. Kerja seorang guru tidak ubah seperti kerja seorang petani yang sentiasa membuang duri serta mencabut rumput yang tumbuh di celah-celah tanamannya.

2631. Carilah teman untuk menenangkan hati dan fikiran, maka perhatikanlah baik-baik tentang keselamatanmu dan kesejahteraannya.

2632. Dahulukanlah temanmu dari pada dirimu sendiri dalam masalah duniawi, atau atau paling tidak hendaklah bersedia memberikan bantuan materi kepada temanmu yang memerlukannya.

2633. Bantulah sekuat tenaga temanmu yang sedang memerlukan sebelum dia meminta batuan.

2634. Maafkanlah temanmu yang sedang berbuat kesalahan dan jangan sekali sekali mencelannya.

2635. Do'akanlah temanmu, baik selagi hidup maupun sesudah dia meninggal dunia.

2636. Terimalah alasan yang benar, sekalipun dari pihak lawan.

2637. Sampaikanlah berita gembira kepada temanmu tentang perbuatan-perbuatannya yang mendapat sambutan baik dari orang lain, dan perhatikanlah pembicaraannya dengan baik tanpa membantah.

2638. Jagalah rahasia temanmu, tutupilah keburukannya dan diamlah jangan memperbesar keselahannya yang sedang dibicarakan oleh orang lain.

2639. Jangan segan-segan kembali kepada yang benar, manakala terlanjur salah dalam memberikan keterangan.

2640. Berikan contoh dan teladan yang baik kepada murid dengan melaksanakan perintah agama dan meninggalkan larangan agama, agar demikian apa yang engkau katakana mudah diterima dan diamalkan oleh murid.

2641. Dengarkan dan perhatikan segala yang dikatakan oleh ibu bapakmu, selama masih dalam batas batas agama.

2642. Selalulah berusaha mencari keredhaan orang tuamu.

2643. Bersikaplah sopan santun, ramah tamah dan merendah diri terhadap orang tuamu.

2644. Bersikaplah lemah lembut dan sopan santun dengan menundukan kepala.

2645. Bila mencari teman untuk mencapai kebahagian akhirat, perhatikanlah benar-benar urusan agamanya. Dan bila mencari teman untuk keperluan duniawi, maka perhatikanlah ia tentang kebaikan budi pekertinya.

2646. Sabar dan tabahlah dalaml menghadpi segala persoalan.

2647. Janganlah sombong terhadap sesama mahluk, kecuali terhadap mereka yang zalim.

2648. Bersikap tawadduklah dalam segala bidang pergaulan.

2649. Janganlah suka bergurau dan bercanda.

2650. Bersikap lemah lembut terhadap murid dan hendaklah dapat menyesuaikan diri atau mengukur kemampuan murid.

Abdullah Bin Mas'ud RA



Abdullah bin Mas’ud adalah seorang sahabat Muhajirin dari Bani Zahrah, termasuk dalam sahabat as sabiqunal awwalin, sahabat yang memeluk Islam pada masa awal didakwahkan. Perawakan tubuhnya pendek dan kurus, tidak seperti umumnya orang-orang Arab di masanya. Tetapi dalam hal ilmu-ilmu keislaman, khususnya dalam hal Al-Qur’an, ia jauh melampaui para sahabat pada umumnya.
Kisah keislamannya cukup unik, karena ia melihat dan mengalami secara langsung mu’jizat Rasulullah SAW.

Ketika masih remaja, Abdullah bin Mas'ud bekerja mengembalakan kambing milik Uqbah bin Abi Mu'aith, salah seorang tokoh Quraisy yang sangat memusuhi Nabi SAW.
Suatu ketika saat sedang bekerja di suatu padang, dia didatangi oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar yang sedang kehausan dan meminta susu. Tetapi karena hanya melaksanakan amanah mengembalakan, Abdullah bin Mas'ud pun tidak bisa memenuhi permintaan itu. Karena memang sedang kehausan, Rasulullah SAW meminta/meminjam anak kambing betina yang belum digauli pejantan, yang tentunya tidak mungkin mengeluarkan air susu.

Ibnu Mas’ud remaja memenuhi permintaan beliau tersebut. Setelah anak kambing itu diletakkan di depan Nabi SAW, beliau mengikat dan mengusap susunya dan berdoa dengan kata-kata yang tidak difahami Ibnu Mas'ud. Sungguh ajaib, kantung susunya jadi penuh dengan air susu, Abu Bakar datang dengan membawa batu cekung, dan memerah air susunya, Abu Bakar meminum susu tersebut sampai kenyang, kemudian memerah lagi dan memberikan kepada Ibnu Mas'ud. Dan terakhir Abu Bakar memerah lagi untuk Rasulullah SAW. Setelah selesai minum, beliau berkata,
"Mengempislah!!"
Seketika kantung susu anak kambing itu mengempis kembali seperti semula, dan ia berlari kembali ke kumpulannya.

Ibnu Mas'ud sangat takjub melihat pemandangan tersebut, ia mendekati Rasulullah SAW dan minta diajarkan kata-kata yang diucapkan Nabi SAW tersebut. Maka beliau menyampaikan tentang risalah Islamiah yang beliau bawa, dan seketika itu Abdullah bin Mas'ud memeluk Islam.

Nabi SAW memandang cukup intens kepadanya, kemudian bersabda,
"Engkau akan menjadi seorang yang terpelajar..!!"
Tentu saja Ibnu Mas'ud tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Nabi SAW, apalagi saat itu ia hanyalah seorang miskin yang mencari upah dengan menggembala kambing milik orang lain. Tetapi di sela-sela waktu senggangnya, ia selalu mendatangi majelis pengajaran Nabi SAW yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sejak sebelum beliau menggunakan rumah Arqam bin Abi Arqam.
Sedikit demi sedikit pengetahuannya makin bertambah, bahkan dengan cepat ia mampu menghafal dan menguasai wahyu-wahyu, yakni Al-Qur’an.

Suatu ketika Rasullullah SAW ingin ada seseorang yang membacakan Al-Qur'an kepada orang-orang Quraisy karena mereka belum pernah mendengarnya, dan ternyata Abdullah bin Mas'ud yang mengajukan dirinya. Tetapi Nabi SAW mengkhawatirkan keselamatannya, beliau ingin orang lain saja, yang mempunyai kerabat kaum Quraisy, yang bisa memberikan perlindungan jika ia disiksa. Tetapi Ibnu Mas'ud tetap mengajukan diri, bahkan setengah memaksa, sambil berkata,
"Biarkanlah saya, ya Rasulullah, Allah pasti akan membela saya…!!”
Sungguh suatu semangat besar yang didorong jiwa muda yang berapi-api, sehingga kurang mempertimbangkan keselamatan dirinya. Dan tanpa menunggu lagi, ia berjalan ke majelis pertemuan kaum Quraisy di dekat Ka'bah, dan Nabi SAW membiarkannya. Sampai di sana, ia berdiri di panggung atau mimbar di mana orang-orang Quraisy biasanya melantunkan syair-syair mereka, dan mulai membaca ayat-ayat Qur'an dengan mengeraskan suaranya. Yang dibacanya adalah Surah ar Rahman. Orang-orang kafir itu memperhatikan dirinya sambil bertanya,
"Apa yang dibaca oleh Ibnu Ummi Abdin itu?"

Saat itu mereka belum mengetahui kalau Ibnu Mas’ud telah memeluk Islam, jadi mereka membiarkannya saja untuk beberapa saat lamanya.

Salah satu dari orang Quraisy itu tiba-tiba berkata,
"Sungguh, yang dibacanya itu adalah apa yang dibaca oleh Muhammad…!!"

Merekapun bangkit menghampiri, dan memukulinya hingga babak belur.
Namun selama dipukuli, ia tidak segera menghentikan bacaannya sebatas ia masih mampu melantunkannya. Ketika mereka berhenti memukulinya, ia segera kembali ke tempat Nabi SAW dan para sahabat berkumpul.Melihat keadaan tubuhnya yang tidak karuan akibat pukulan-pukulan tersebut, salah seorang sahabat berkata,
"Inilah yang kami khawatirkan akan terjadi pada dirimu!!"
Tetapi dengan tegar Ibnu Mas'ud berkata,
"Sekarang ini tak ada lagi yang lebih mudah bagiku daripada menghadapi musuh-musuh Allah tersebut. Jika tuan-tuan menghendaki, esok saya akan mendatangi mereka lagi dan membacakan lagi surah lainnya…"

Mereka berkata,
"Cukuplah sudah, engkau telah membacakan hal yang tabu atas mereka…!!"

Nabi SAW hanya tersenyum melihat perbincangan di antara sahabat-sahabat beliau, tanpa banyak memberikan komentar apa-apa.
Peristiwa tersebut menjadi pertanda awal dari apa yang diramalkan oleh Rasulullah SAW, ia akan menjadi seorang yang terpelajar, yakni dalam bidang Al-Qur'an dan ilmu keislaman lainnya. Sungguh suatu lompatan besar, dari seorang buruh upahan penggembala kambing, miskin dan terlunta-lunta, tiba-tiba menjadi seseorang yang ilmunya dibutuhkan banyak orang, khususnya dalam bidang Al-Qur'an.
Ia memang hampir tidak pernah terpisah dengan Rasulullah SAW, pengetahuannya terus tumbuh dan berkembang dalam bimbingan beliau.
Ia mendengar 70 surah Al-Qur'an langsung dari mulut Rasulullah SAW, dan tidak ada sahabat lainnya yang sebanyak itu mendengar langsung dari Nabi SAW. Ia juga selalu merekam (mengingat) peristiwa demi peristiwa yang berhubungan dengan surah-surah Al-Qur'an.
Jika ia mendengar kabar tentang seseorang yang mengetahui suatu peristiwa yang berhubungan dengan Al-Qur'an, yang ia belum mengetahuinya, segera saja ia memacu untanya untuk menemui orang tersebut demi melengkapi pemahamannya.

Tentang kemampuannya di bidang Al-Qur'an, Nabi SAW bersabda,
"Barang siapa yang ingin mendengar Al-Qur'an tepat seperti ketika diturunkannya, hendaknya ia mendengarbacaan Al-Qur'an Ibnu Ummi Abdin (yakni, Abdullah bin Mas'ud). Barang siapa ingin membaca Al-Qur'an tepat seperti saat diturunkan, hendaklah ia membaca seperti bacaan Ibnu Ummi Abdin…"
Beliau juga pernah bersabda,
"Berpegang teguhlah kalian kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi Abdin…"
Bahkan tak jarang Nabi SAW memerintahkan Abdullah bin Mas'ud untuk membacakan suatu surah untuk beliau, dan beliau akan memerintahkannya berhenti setelah beliau tak dapat menahan tangis karena mendengar bacaannya.
Beliau seolah dibawa "bernostalgia" dengan suasana ketika ayat tersebut diturunkan, karena bacaannya memang tepat seperti saat ayat-ayat Al-Qur’an itu diturunkan.

Secara penampilan fisik, mungkin Abdullah bin Mas'ud tidak meyakinkan. Perawakan tubuhnya kurus dan kecil, tidak terlalu tinggi, kedua betisnya kecil dan kempes sehingga pernah menjadi bahan tertawaan beberapa sahabat. Hal itu terjadi ketika ia sedang memanjat dan memetik dahan pohon arak untuk digunakan sikat gigi (siwak) oleh Nabi SAW. Melihat sikap mereka ini, beliau bersabda,
"Tuan-tuan mentertawakan kedua betis Ibnu Mas'ud, padahal di sisi Allah, timbangan (kebaikan) keduanyalebih berat daripada gunung Uhud…."

Abdullah bin Mas'ud tidak pernah tertinggal mengikuti pertempuran bersama Rasulullah SAW, begitu juga beberapa pertempuran pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar.

Ketika perang Badar usai, Nabi SAW ingin mengetahui keadaan Abu Jahal, maka Abdullah bin Mas'ud pun beranjak pergi mencarinya, begitu juga beberapa sahabat lainnya. Sebenarnya saat pertempuran berlangsung, beliau telah didatangi dua pemuda Anshar, Mu'adz bin Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin Afra. Mereka berdua mengaku telah membunuh Abu Jahal. Setelah memeriksa pedang kedua pemuda tersebut, beliau pun membenarkan pengakuan mereka. Hanya saja beliau ingin memperoleh kejelasan informasinya dan kepastian kematiannya.

Ibnu Mas'ud bergerak di antara mayat yang bergelimpangan, dan akhirnya menemukan tubuh Abu Jahal, yang masih sekarat, nafasnya tinggal satu-satu. Tubuh Ibnu Mas'ud yang kecil berdiri di atas tubuh Abu Jahal yang kokoh kekar terkapar. Ia menginjak leher Abu Jahal dan memegang jenggotnya untuk mendongakkan kepalanya, dan berkata,
"Apakah Allah telah menghinakanmu, wahai musuh Allah!!"
"Dengan apa ia menghinakan aku? Apakah aku menjadi hina karena menjadi orang yang kalian bunuh? Atau justru orang yang kalian bunuh itu lebih terhormat? Andai saja bukan pembajak tanah yang telah membunuhku…"

Memang, dua pemuda Anshar yang membunuhnya adalah para pekerja kebun kurma. Mungkin ia merasa lebih berharga jika saja yang membunuhnya adalah seorang pahlawan perang seperti Hamzah atau Umar. Kemudian ia berkata kepada Ibnu Mas'ud yang masih menginjak lehernya,
"Aku sudah naik tangga yang sulit, wahai penggembala kambing…."

Ibnu Mas'ud mengerti maksud Abu Jahal, ia melepaskan injakan pada lehernya. Tak berapa lama kemudian Abu Jahal tewas, ia memenggal kepala Abu Jahal dan membawanya kepada Nabi SAW. Sampai di hadapan beliau, ia berkata,
"Wahai Rasulullah, ini kepala musuh Allah, Abu Jahal…!"

"Demi Allah yang tiada Illah selain Dia," Beliau mengucap tiga kali, kemudian bersabda lagi,
"Allahu Akbar, segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janjiNya, menolong hambaNya dan mengalahkan pasukan musuhNya…"

Ada suatu peristiwa berkesan pada Perang Tabuk yang selalu menjadi keinginan dan angan-angan Abdullah bin Mas’ud. Suatu malam ia terbangun dan ia melihat ada nyala api di arah pinggir perkemahan. Ia berjalan ke perapian tersebut, dan ia melihat tiga orang bersahabat, Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar bin Khaththab sedang memakamkan jenazah salah seorang sahabat, Abdullah Dzulbijadain al Muzanni. Nabi SAW berada di lubang kuburan, Abu Bakar dan Umar berada di atas. Ia mendengar beliau bersabda,
"Ulurkanlah kepadaku lebih dekat…!!"
Nabi SAW menerima jenazah Abdullah tersebut dan meletakkan di liang lahat, kemudian beliau berdo'a,
"Ya Allah, aku telah ridha padanya, maka ridhai pula ia olehMu..!!"

Melihat pemandangan tersebut, Ibnu Mas'ud berkata,
"Alangkah baiknya jika akulah pemilik liang kubur itu…."

Namun ternyata keinginannya tidak terpenuhi karena tiga orang mulia yang terbaik tersebut mendahuluinya menghadap Allah.

Ia wafat pada zaman khalifah Utsman, dan dalam satu riwayat disebutkan, yang memimpin (mengimami) shalat jenazahnya adalah sahabat Ammar bin Yasir.